SELEKSI PADA KAMBING
Kamis, 18 Desember 2014
Edit
Diperkirakan ternak kambing
merupakan hewan yang kedua didomestifikasi setelah anjing. Menurut Sumaprastowo
(1980), kambing mempunyai sifat yang lebih lincah dan sanggup membela diri
dengan berkelahi. Kambing yang dipelihara ada dua tipe yaitu kambing potong dan
kambing perah. Kambing perah yaitu domba yang sudah dipelihara buat diambil
susunya selama ribuan tahun dan sudah diperah sebelum manusia memerah sapi.
Saat ini kebutuhan akan ternak kambing perah meningkat sangat pesat, tetapi
populasi kambing perah yang tersedia berbanding terbalik dengan kebutuhan
kambing perah. Oleh karena itu, untuk mendapatkan bibit yang unggul untuk
meningkatkan produktivitas ternak yaitu dilakukan seleksi. Seleksi adalah suatu
proses memilih ternak yang disukai yang akan dijadikan sebagai tetua untu
generasi berikutnya. Selain dari proses seleksi untuk meningkatkan
produktivitas ternak juga dibutuhkan pakan dan manajemen yang baik.
Peningkatan
produktivitas kambing perah dalam pemuliaan dapat diupayakan melalui
persilangan dan seleksi. Persilangan mempunyai tujuan utama untuk menggabungkan
dua sifat atau lebih yang berbeda yang semula terdapat dalam dua bangsa ternak
ke dalam satu bangsa silangan. Seleksi terhadap suatu sifat produksi dapat
dilakukan secara langsung yaitu dengan menseleksi sifat yang diinginkan, namun
juga dapat dilakukan secara tidak langsung dengan menseleksi sifat lain yang
memiliki korelasi genetik positif.
Pemilihan indukan
kambing perah yang akan diperah adalah hal yang paling penting dilakukan oleh
peternak kambing perah. Seleksi dilakukan secara cermat untuk menghindari
resiko yang mungkin terjadi seperti: kurang maksimalnya produktivitas susu
kambing yang dihasilkan, penyakit mastitis sampai cacat pada kambing. Semua
resiko ini dapat membawa kerugian pada peternak. Kambing yang diperah terkena
penyakit mastitis maka produksi susu akan berkurang sampai terhenti.
BAB II. ISI
A.
Seleksi pada Kambing
Seleksi pada kambing adalah
suatu proses memilih ternak kambing yang disukai
yang akan dijadikan sebagai tetua untuk generasi berikutnya. Tujuan umum dari seleksi adalah untuk
meningkatkan produktivitas ternak melalui perbaikan mutu bibit. Dengan adanya seleksi pada kambing, maka ternak kambing yang
mempunyai sifat yang diinginkan akan dipelihara, sedangkan
kambing yang mempunyai sifat yang tidak diinginkan akan diafkir.
Terdapat dua hal yang perlu diperhatikan sebelum
melakukan seleksi, yaitu tujuan seleksi harus jelas, misalnya pada kambing apakah tujuannya untuk meningkatkan
produksi susu atau produksi daging, atau keduanya. Dan yang kedua, seleksi memerlukan waktu.
B. Metode Seleksi
1. Seleksi untuk satu sifat
Seleksi dapat menggunakan catatan fenotip
yang berasal dari ternak itu sendiri, berdasarkan informasi fenotip dari
saudara-saudaranya, atau gabungan
keduanya. Secara garis besar seleksi dapat dibedakan menjadi
2, yaitu:
a. Seleksi Individu
Seleksi individu adalah metode seleksi yang paling
sederhana dan sangat baik diterapkan jika nilai heritabilitas tinggi dan sifat/fenotip
dapat diukur baik pada ternak jantan ataupun betina. Dengan seleksi individu, ternak-ternak dievaluasi berdasarkan catatan fenotip ternak itu sendiri.
b. Seleksi Keluarga
Seleksi keluarga dapat
digunakan jika nilai heritabilitas rendah, hewan ternak betina banyak menghasilkan keturunan, dan fenotip dapat diukur pada salah satu jenis kelamin. Contohnya produksi susu pada kambing perah atau produksi telur pada ayam petelur. Tapi kita
perlu juga menyeleksi ternak-ternak jantan sebagai tetua. Apabila
keadaan ini terjadi, kita bisa memakai catatan fenotip dari
saudara-saudaanya, baik saudara sekandung atau saudara tiri.
c. Seleksi silsilah (pedigree)
Pada seleksi silsilah ini
pertimbangan diberikan pada nilai pemuliaan tetua. Seleksi silsilah ini berguna
untuk sifat-sifat yang ditunjukkan oleh satu jenis kelamin saja (misalnya
jumlah anak sekelahiran), untuk sifat-sifat yang ditunjukkan sampai akhir hidupnya
(misalnya longevity), atau sifat yang ditunjukkan setelah ternak
tersebut dipotong (komposisi karkas). Nilai dari seleksi silsilah tergantung
kedekatan hubungan antara tetua dengan individu yang diseleksi, jumlah catatan
dari yang dimiliki tetua, kecermatan nilai pemuliaan untuk tetua serta nilai
heritabilitas dari sifat yang diseleksi.
d. Uji Zuriat
Uji zuriat adalah bentuk dari
seleksi silsilah dan merupakan metoda untuk menghitung nilai pemuliaan dari
keturunannya. Agar uji zuriat mempunyai kecermatan yang tinggi, uji zuriat
terhadap pejantan ternak kambing harus dikawinkan dengan sejumlah besar ternak
betina. Kecermatan perkiraan nilai pemuliaan seekor pejantan akan meningkat
bila jumlah anak yang mempunyai informasi performanya meningkat. Uji zuriat ini
merupakan metoda yang ideal karena nilai pemuliaan rata-rata dari keturunannya
secara individu relatif terhadap pembandingnya diestimasi secara langsung,
dengan nilai setengah dari nilai pemuliaan. Akan tetapi uji zuriat sangat mahal
dan selang generasinya sangat panjang, karena seleksi terhadap tetua tidak
dapat dilakukan sampai keturunannya dapat diukur sifat yang diuji.
2. Seleksi untuk beberapa sifat
Keputusan untuk melakukan seleksi
jarang dilakukan terhadap satu sifat saja. Hal ini dikarenakan keuntungan dalam
beternak kambing tidak hanya tergantung dari satu sifat saja melainkan dari
beberapa sifat, misalnya pertumbuhan anak, fertilitas induk, dan kemampuan
menyusui induk. Oleh sebab itu dalam praktek biasanya dilakukan seleksi
beberapa sifat secara bersamaan. Makin meningkat jumlah sifat yang diseleksi,
tekanan seleksi terhadap semua sifat akan menjadi berkurang. Oleh karena itu
metoda seleksi untuk beberapa sifat harus dilakukan untuk memperoleh
peningkatan mutu genetik yang maksimum. Beberapa metoda seleksi terhadap
beberapa sifat antara lain adalah :
a. Seleksi tandem
Dalam hal ini kita menyeleksi/ memperbaiki sifat yang
pertama terlebih dahulu, kemudian setelah sifat yang pertama mencapai
tingkat yang diinginkan, sifat kedua baru dimulai diperbaiki. Seleksi ini baik
jika sifat-sifat yang menjadi tujuan perbaikan tidak saling terikat. Jika saling
terikat keadaan ideal akan sulit dicapai.
b. Seleksi Batasan Sisihan
Dengan cara ini seluruh sifat yang akan dipertimbangkan
secra bersamaan dengan diberi tingkat/batas ideal yang didinginkan.
c. Seleksi Indeks
Seleksi ini mungkin lebih baik dibandingkan dengan
kedua cara terdahulu, tetapi perhitungannya lebih sulit karena
perlu diketahui parameter-parameter genetik, seperti nilai heritabilitas, korelasi genetik, korelasi
fenotipik, dan pembobotan ekonomi untuk masing-masing sifat.
Apabila semuanya telah diketahui, suatu indeks dibentuk. Nilai pemuliaan
akhirnya diduga berdasarkan indeks tersebut.
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Seleksi
1. Seleksi diferensial
Seleksi diferensial adalah keunggulan ternak-ternak
yang terseleksi terhadap rata-rata populasi (keseluruhan ternak). Kalau sifat
tersebut dapat diukur pada ternak jantan dan betina, maka seleksi biasanya
dilakukan secara terpisah. Seleksi diferensial adalah rata-rata dari keduanya.
2. Heritabilitas
Kata heritabilitas berasal dari bahasa inggris “Heritability”
yang berarti kekuatan/kemampuan penurunan suatu sifat. Kata ini
digunakan untuk mengungkapkan kekuatan suatu sifat diturunkan pada
generasi berikutnya. Dalam pemuliabiakan ternak nilai ini perlu diketahui
sebelum melakukan perbaikan mutu bibit/genetik ternak. Kegunaan
diketahuinya nilai heritabilitas adalah sebagai
berikut:
1. mengetahui kekuatan suatu sifat akan diturunkan oleh
tetua pada anaknya
2. merupakan suatu petunjuk tentang keberhasilan
program pemuliabiakan
3. semakin tinggi nilai heritabilitas, semakin baik
program perbaikan mutu bibit yang diharapkan.
Nilai heritabilitas dalam arti sempit lebih banyak
digunakan karena lebih mudah diduga. Nilai heritabilitas berkisar antara 0
sampai 1, tetapi secara garis besar dapat dikelompokan menjadi tiga kelas, yaitu:
1. Nilai heritabilitas rendah berkisar antara antara 0
dan 0,1
2. Nilai heritabilitas sedang berkisar antara 0,1 dan
0,3
3. Nilai heritabilitas tinggi lebih besar dari 0,3
3. Interval
generasi
Interval generasi dapat diartikan sebagai rata-rata
umur tetua/induk ketika anaknya dilahirkan. Setiap jenis ternak mungkin mempunyai
interval generasi yang berbeda. Interval generasi dipengaruhi oleh umur
pertama kali ternak tersebut dikawinkan dan lama bunting, dengan demikian
interval generasi oleh faktor lingkungan seperti pakan dan tatalaksana.
Pemberian pakan yang jelek dapat memperpanjang interval generasi. Semakin cepat
interval generasi, semakin cepat perbaikan mutu bibit yang diharapkan.
D. Memilih ternak untuk dijadikan bibit
Bibit merupakan
faktor dasar yang tidak bisa diabaikan,
bila bibit itu jelek, walaupun tatalaksana dan makanan termasuk baik,
produktivitas ternak tetap tidak maksimal. Pemilihan bibit pada pemeliharaan
kambing bertujuan untuk menyediakan bibit ternak yang baik dan bermutu, baik
untuk induk maupun pejantan. Pemilihan bibit ternak kambing harus disesuaikan
dengan tujuan pemeliharaan dan bangsa kambing yang ada, contohnya untuk
penghasil susu sebaiknya dipilih dari kambing Etawah/kambing Saanen. Bibit yang
akan dipilih umurnya diatas 3 bulan atau lepas sapih.
Memilih ternak untuk dijadikan bibit
dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu berdasarkan : Silsilah danVisual.
1. Seleksi berdasarkan Silsilah
Seleksi menggunakan silsilah keturunan didasarkan pada
catatan prestasi tetua dari individu. Biasanya dilaksanakan pada seleksi galur
murni, dimana hasilnya tidak perlu tampak. Dalam “garis keturunan” yang sama tidak semua sifat yang dituju dapat
diturunkan. Biasanya cara ini diaplikasikan pada seleksi
hewan-hewan muda yang belum berproduksi; atau terhadap sifat yang terkait
seks. Misalnya memilih pemacak pada kambing perah, padahal seekor jantan tidak
pernah menghasilkan susu, maka yang dilihat adalah produksi susu induknya.
Selain untuk menduga sifat unggul calon bibit yang
dipilih, silsilah juga berguna untuk menghindari kemungkinan sifat kurang baik
yang akan diturunkan, misalnya sifat keibuan yang tidak baik, kesulitan
melahirkan dan lain-lain.
Seleksi calon bibit berdasarkan silsilah tidak dapat
dilakukan jika tidak ada pencatatan (recording) yang baik dari peternak.
Oleh karena itu, sangatlah penting bagi pertenak melakukan recording,
selain sebagai bahan evaluasi usaha juga sangat berguna untuk seleksi calon
bibit.
2. Seleksi berdasarkan Visual (eksterior)
Memilih ternak berdasarkan visual berarti kita memilih
ternak berdasarkan sifat-sifat yang tampak. Memilih bibit dengan cara ini
hampir sama saja dengan seleksi untuk tujuan produksi. Ternak untuk bibit
sebaiknya dipilih pada waktu masih muda, paling tidak seumur pasca sapih,
sehingga masih ada waktu untuk pemeliharaan yang ditujukan sebagai bibit.
Seleksi bibit jantan biasanya lebih diutamakan karena
jantan mempunyai keturunan lebih banyak daripada ternak betina (seekor pejantan
yang baik dan sehat akan mampu melayani 20 - 30 ekor betina). Selain
sifat-sifat produksi, faktor kesehatan harus diperhatikan, faktor ini erat
kaitannya dengan kemampuan reproduksi. Secara umum ternak calon bibit tidak
cacat, kaki lurus dan tegak, lincah, dan tidak pernah terserang penyakit yang
berbahaya. Pertumbuhan kelamin harus normal, kondisi tubuh tidak terlalu gemuk
atau kurus.
Cara ini biasa dilakukan oleh petani ternak ketika
memilih ternak di pasar hewan, dimana asal usul ternak pada umumnya tidak
diketahui, dalam keadaan seperti itu biasanya dipilih ternak yang penampakan
fisiknya paling bagus dibanding ternak yang lain. Berikut ini
ciri-ciri visual yang perlu dipertimbangkan dalam memilih
bibit kambing:
a)
Sifat Umum
1)
Umur
pubertas/dewasa kelamin.
2)
Kesuburan dan
jumlah anak sampai sapih.
3)
Bobot lahir,
bobot sapih dan bobot badan dewasa.
4)
Sifat keindukan.
b) Sifat Khusus
Yang harus diperhatikan adalah:
1)
Bentuk tubuh
2) Tidak ada cacat
Untuk Betina Calon Bibit:
c) Bentuk Tubuh
1) Bentuk tubuh kompak/padat.
2) Dada dalam dan lebar.
3) Garis punggung lurus.
4) Bulu bersih dan mengkilat.
5) Badan sehat dan tidak cacat.
d) Bentuk Kaki
1) Bentuk kaki normal.
2) Kaki lurus dan kuat.
3) Tumit tinggi.
e) Bentuk
Ambing
1) Bentuk ambing normal dan simetris (kiri dan kanan sama
besar).
2) Tidak terlalu menggantung.
3) Jumlah putting dua buah.
4) Bila diraba halus dan kenyal.
5) Tidak ada infeksi atau pembengkakan
f) Kesuburan
1) Asal dari keturunan kembar/lebih dari dua.
2) Alat kelamin normal.
g) Keadaan Gigi
1) Jumlah gigi lengkap.
2) Rahang atas dan bawah rata.
h) Sifat
Keindukan
1)Mempunyai sifat mengasuh anak yang baik.
2)Penampilan jinak dan sorot matanya bersifat ramah.
i) Umur
1) Betina muda siap dikawinkan pertama kali pada umur
lebih kurang 10-12 bulan, walaupun pada umur 8 bulan sudah menunjukan birahi
sebaiknya jangan dikawinkan dahulu karena belum dewasa tubuh.
2) Induk masih produktif sampai umur 5-6 tahun.
Pejantan Calon Bibit:
j) Bentuk Tubuh
1) Tubuh besar, relatif panjang.
2) Pilih yang besar diantara jantan yang umurnya sama.
3) Dada dalam dan lebar.
4) Bagian tubuh belakang lebih besar dan tinggi.
5) Badan sehat dan tidak cacat.
6) Bulu bersih dan mengkilat.
k) Bentuk Kaki
1) Bentuk kaki normal.
2) Kaki lurus dan kuat.
3) Tumit tinggi.
l) Kesuburan
1) Calon pejantan berasal dari keturunan kembar.
2) Alat kelamin kenyal dan dapat ereksi.
3) Buah zakar normal (ada buah, sama besar dan kenyal).
m) Penampilan
1) Penampilan gagah.
2) Aktif, besar tenaga dan nafsu kawinnya.
n) Umur
1) Untuk dikawinkan sebaiknya dipilih pejantan yang
berumur antara 1,5 sampai 3 tahun.
o) Cacat Tubuh
Kambing yang mempunyai cacat tubuh jangan dipilih untuk
bibit. Cacat tubuh tersebut antara lain:
1) Rahang atas dan bawah tidak rata.
2) Mata buta atau rabun. Untuk mengetahui ternak buta atau
tidak, dapat diketahui dengan menunjuk-nunjukkan jari telunjuk di depan
matanya, apabila ada reaksi dengan mengedipkan mata maka ternak tersebut tidak
buta.
3) Kaki berbentuk hurup X.
4) Tanduk yang tumbuh melingkar menusuk leher.
5) Buah zakar hanya satu atau mempunyai dua buah tetapi
besarnya tidak sama.
6) Adanya infeksi atau pembengkakan pada ambing/buah susu
(untuk betina).
7) Tumit rendah.
8) Ternak majir atau mandul.
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Seleksi pada kambing adalah
suatu proses memilih ternak kambing yang disukai
yang akan dijadikan sebagai tetua untuk generasi berikutnya. Metode seleksi dibagi menjadi dua, yang pertama yaitu
Seleksi untuk satu sifat meliputi seleksi individu, seleksi keluarga, seleksi
silsilah, dan uji zuriat. kemudian yang kedua adalah seleksi untuk beberapa
sifat yang meliputi seleksi tandem, seleksi batasan silsilah, dan seleksi
indeks. Faktor yang mempengeruhi keberhasilan seleksi antara lain adalah
Seleksi diferensial adalah keunggulan ternak-ternak yang terseleksi terhadap
rata-rata populasi, Heritabilitas ternak tersebut, dan interval generasi. Memilih
ternak untuk dijadikan bibit dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu berdasarkan
Silsilah dan Visual. Seleksi menggunakan silsilah keturunan didasarkan pada
catatan prestasi tetua dari individu, Sedangkan Seleksi secara visual berarti
kita memilih ternak berdasarkan sifat-sifat yang tampak pada individu tersebut.