page hit counter -->

Laporan Praktikum KESEHATAN TERNAK

Manajemen pemeliharaan yang baik, khususnya program kesehatan ternak menjadi hal yang paling mendasar untuk meningkatkan produksi. Pemeriksaan kesehatan ternak itu sendiri meliputi pemeriksaan fisik dan pemeriksaan sistema. Kesehatan hewan adalah suatu status kondisi tubuh hewan dengan seluruh sel yang menyusun dan cairan tubuh yang kandungannya secara fisiologis fungsi normal. Kerusakan sel mungkin terjadi secara normal sebagai akibat proses pertumbuhan yang dinamis demi kelangsungan hidup, sehingga terjadi pergantian sel tubuh yang rusak atau mati bagi hewan yang sehat. Kerusakan mungkin saja tidak mengalami pergantian bagi hewan yang mengalami gangguan karena serangan penyakit atau gangguan lain yang rusak fungsi sel dan jaringan.
Pencegahan penyakit adalah suatu tindakan untuk melindungi individu terhadap serangan penyakit atau menurunkan keganasannya. Vaksin merupakan salah satu diantara berbagai cara yang efektif untuk melindungi individu terhadap serangan macam berbagai jenis penyakit tertentu. Tindakan vaksinasi adalah salah satu usaha agar hewan yang divaksinasi memiliki daya kebal sehingga terlindung dari serangan penyakit. Protozoa merupakan anggota dari hewan yang sederhana. Tubuh nya walaupun komplek, tersusun dari sel tunggal dan hampir semuanya mempunyai ukuran mikroskopis. Protozoa tersusun dari organela-organela tetapi bukan organ, karena mereka merupakan diferensiasi dari satu sel.
Biosekuriti, merupakan langkah awal pencegahan agar ayam tidak mudah terjangkiti penyakit salah satunya adalah dengan pengadaan vaksinasi. Vaksinasi harus dilakukan tepat waktu. Vaksinasi dapat meningkatkan kekebalan tubuh ayam. Tubuh akan membentuk antigen terhadap jenis bakteri atau virus yang dimasukkan ke dalam tubuhnya. Ternak tersebut akan menjadi kebal pada virus dan bakteri yang sama.
Vaksinasi sangat penting dalam dunia peternakan khususnya ayam, hal ini dilakukan agar penularan dan penyebaran penyakit dapat ditanggulangi sehingga tidak banyak ayam yang mati. Hewan  besar seperti sapi, kambing, dan domba diberikan injeksi intramuscular multivitamin B-complex dan antiparasit. Metode injeksi tersebut pada daerah subcutan atau intramuscular. Fungsi dari B-complex adalah untuk metabolisme karbohidrat, asam lemak dan protein, imunitas, menambah nafsu makan, dan membantu tumbuh kembang. Dosis yang diberikan sekitar 3 ml per ekor. Biosolamin juga dilakukan dengan cara injeksi. Fungsi dari pemberian biosalamin sebagai penguat otot, biasanya ini diberikan pada sapi yang pincang dan habis melahirkan.
B.     Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum Ilmu Kesehatan Ternak adalah agar mahasiswa dapat mengetahui penyakit yang terjadi pada ayam. Mahasiswa diharapkan mengetahui cara pemberian vaksin pada ayam dan mengetahui cara pengambilan sampel darah pada ayam. Khusus hewan besar mahasiswa diharapkan mengetahui cara pemberian vitamin dan antiparasit pada sapi dan domba.
C.    Waktu dan Tempat
Praktikum Ilmu Kesehatan Ternak dilaksanakan pada hari Minggu, 14 September 2013 pada pukul 08.30 – 13.00 WIB bertempat di Laboratorium Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta, Desa Jatikuwung, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar

II.                TINJAUAN PUSTAKA

A.    Kesehatan Ternak
Salah satu penghambat yang sering dihadapi dalam usaha peternakan adalah penyakit. Bahkan tidak jarang peternak mengalami kerugian dan tidak lagi beternak akibat adanya kematian pada ternaknya. Upaya pengendalian penyakit pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan pendapatan melalui cara pemeliharaan yang baik, sehingga peternak memperoleh pendapatan secara maksimal. Upaya yang dilakukan untuk pengendalian penyakit dapat dilakukan melalui usaha pencegahan penyakit dan atau pengobatan pada ternak yang sakit. Usaha pencegahan dinilai lebih penting dibandingkan pengobatan, (Jahja dan Retno, 1993).
Deteksi penyakit hewan secara dini merupakan bagian terpenting dalam upaya untuk mengantisipasi masuk dan berkembangnya penyakit-penyakit hewan di Indonesia. Bahri (1998) menyatakan bahwa dalam menghadapi era perdagangan bebas, maka Institusi (Laboratorium) Veteriner di Indonesia harus dapat mengembangkan diri dalam kemampuannya mendeteksi penyakit hewan secara dini.
Ayam yang telah diberi makan dengan baik dan dikelola dan divaksinasi terhadap penyakit-penyakit lokal terkenal biasanya tetap sehat. Penekanan haruslah pada pencegahan penyakit, tetapi jika ada suatu penyakit, ayam yang sakit harus dipisahkan dari ayam yang sehat. Tindakan kebersihan (sanitasi) yang ketat harus dilakukan dalam semua kandang dan seorang petugas dokter hewan atau penyuluh harus diberitahukan dengan segera (Indarto, 1997).
Ciri-ciri ayam kampung yang sehat yaitu bentuk tubuh besar, kokoh, mata bersinar terang. Gerakan tubuh lincah dan gesit. Bulu-bulu disekitar dubur kering dan bersih, kulit bersih, bulu mengkilap dan cerah, serta muka, jengger dan pial berwarna merah segar. Saat dilakukan pembedahan organ, tidak menunjukan adanya gangguan dari penyakit, baik dari virus maupun mikrobia (Hidayah, 2008).
Subronto (1989), menyatakan bahwa pada ternak yang terserang penyakit cacing dapat dilihat dengan adanya perubahan atau gejala-gejala yaitu anemia, kurus, bulu kusam, dan adanya rahang yang bengkak. Pemeriksaan feces dapat dilakukan dalam beberapa metode. Penyakit yang disebabkan oleh cacing ini dengan salah satu gejalanya yaitu terjadi anemia pada ternak.
B.     Vaksinasi
Salah satu faktor penghambat yang sering dihadapi dalam pemeliharaan ternak, adalah penyakit. Bahkan tidak jarang peternak mengalami kerugian dan tidak lagi berternak akibat adanya kematian pada ternaknya. Upaya pengendalian penyakit pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan pendapatan melalui cara pemeliharaan yang baik sehingga peternak memperoleh pendapatan secara maksimal. Upaya pengendalian penyakit dapat dilakukan melalui usaha pencegahan penyakit atau pengobatan pada ternak yang sakit. Usaha pencegahan dinilai lebih penting dibandingkan pengobatanya ( Jahja dan Retno, 2010 ).
Vaksinasi adalah suatu tindakan dimana hewan dengan sengaja dimasuki agen penyakit (disebut antigen) yang telah dilemahkan dengan tujuan untuk merangsang pembentukan daya tahan atau daya kebal tubuh terhadap suatu penyakit tertentu dan aman untuk tidak menimbulkan penyakit. Agen tersebut biasanya substansi biologis yang terdiri dari sejumlah jasad renik dari jenis penyakit yang diupayakan untuk dicegah agar tidak menyerang. Apabila kegagalan vaksinasi terjadi, paramedis harus segera menghubungi dokter hewan untuk melakukan analisis kegagalan vaksinasi. Dokter hewan akan menentukan apakah vaksinasi ulang perlu dilakukan. Vaksin adalah suatu produk biologi yang berisi sejumlah besar jasad renik yang diketahui sebagai penyebab penyakit. Daya kerja vaksin adalah spesifik, oleh karena itu setiap macam penyakit harus dipergunakan vaksin yang berbeda. Vaksin aktif (virus hidup) berarti virus dalam vaksin tersebut dalam keadaan hidup tetapi telah dikendalikan, yang akan tumbuh dan berkembang biak di tubuh induk semang. Vaksin inaktif (virus mati) adalah agen penyakit yang dikandung oleh vaksin dalam keadaan mati biasannya di dalamnya dicampurkan oil adjuvant (Akoso, 1993).
Vaksin  yang digunakan adalah vaksin inaktif dengan subtipe yang sama kepada unggas sehat. Ayam broiler diberikan vaksin pada umur 4 hari dengan suntikan subkutan (Irawan, 1996). Cara pemberian vaksin dapat dilakukan dengan melalui tetes mata, tetes hidung, injeksi/suntikan, atau dengan metode spray (penyemprotan halus). Cara tetes mata dan hidung merupakan metode yang mudah dilakukan, demikian pula terhadap vaksin Gumboro (Cahyono, 1995).  Kusumaningsih et al. (2001) melaporkan terdapat delapan jenis vaksin yang sering digunakan pada ayam petelur selama masa produksinya, yaitu vaksin newcastle disease (ND), infectious bronchitis (IB), infectious bursal disease (IBD), snot (coryza), pox, infectious laryngotracheitis (ILT), egg drop syndrome (EDS), dan swallon head syndrome (SHS). Menurut Akoso (2000) vaksin ternak nonunggas meliputi vaksin ternak besar (sapi potong, sapi perah kerbau, domba, kambing, dan babi) dan vaksin untuk hewan kecil atau hewan kesayangan (anjing dan kucing). Kebutuhan terhadap vaksin untuk ternak besar diprioritaskan untuk pengendalian penyakit strategis seperti SE (septicaemia epizootica), antraks, brucellosis, dan hog cholera.
C.    Pengambilan Sampel Darah
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Darah merupakan cairan tubuh yang terdapat dalam jantung dan pembuluh darah. Darah terdiri dari unsur plasma, seperti air 91-92%, protein, glukosa, enzim, hormon, dan unsur seluler, seperti eritrosit, leukosit, dan trombosit (Nurcahyo, 1998).
Hemoglobin mempunyai derivat yang terdiri dari oksihemoglobin yang merupakan penggabungan antara hemoglobin dengan oksigen, hemoglobin tereduksi disebut juga ferohemoglobin merupakan molekul yang telah melepaskan oksigen, methemoglobin disebut juga dengan ferihemoglobin, molekul ini didapat dari oksidasi oksihemoglobin atau hemoglobin tereduksi, karboksihemoglobin terjadi apabila darah dicampur dengan gas CO sehingga Hb akan mengikat CO menjadi HbCO, sianmethemoglobin, dapat terbentuk apabila Cn dicampur dengan methemoglobin dan sulfhemoglobin terbentuk apabila ferohemoglobin dicampur dengan H2S (Walungi, 1990).
Apabila pembuluh darah seekor hewan terpotong atau rusak, pertama-tama akan terjadi penyempitan bagian yang terluka itu. Hal ini terjadi karena : ( 1 ) Kontraksi miogenik dari otot polos, sebagai suatu spasme lokal dan ( 2 ) Reflek saraf simpatik yang merangsang serabut-serabut andregenik yang menginervasi otot polos dari dinding pembuluh lokal. Kontraksi ini menyempitkan bukaan pembuluh guna mengurangi arus darah yang akan keluar (Frandson, 1992).
Pembuluh nadi letaknya agak lebih dalam dari permukaan tubuh. Pembuluh nadi yang luka, darahnya akan memamcar keluar, jika luka ini tidak segera ditolong dapat menyebabkan kekurangan darah. Pembuluh nadi ialah pembuluh yang mengalirkan darah keluar jantung. Pembuluh balik ialah pembuluh darah yang mengalirkan darah masuk kedalam jantung. Pembuluh nadi dan pembuluh balik ujungnya bercabang-cabang menjadi pembuluh-pembuluh yang kecil yang disebut pembuluh kapiler (Murtidjo, 1992).
Pengambilan darah (venesectio) merupakan salah satu hal yang terpenting dari kegiatan peternakan. Tujuan pengambilan darah ternak yaitu untuk mengetahui tingkat kadar suatu zat yang terkandung dalam darah ternak tersebut. Pengambilan sampel darah pada ayam di lakukan pada vena pectoralis. Pembuluh darah ini terletak pada bagian bawah sayap ayam. Cairan darah atau sering disebut darah pada avertebrata mengandung sedikit dalam plasma darahnya. Unsur seluler darah terdiri dari sel darah merah, sel darah putih, trombosit (platelets) dan zat-zat terlarut lainnya, misal protein plasma (albumin, fibrinogen, dan globin) (Nurcahyo, 1998).

III.             MATERI DAN METODE

A.  Kesehatan Ternak
1.    Materi
a.    Ayam 
b.    Spuit
c.    Pisau
d.   Gunting
e.    Nampan
2.    Metode
a.    Ayam yang sakit disembelih untuk diperiksa organ dalamnya.
b.    Setelah mati, ayam kemudian dibelah bagian perut, sayap difiksasi terlebih dahulu.
c.    Ayam yang telah dibedah kemudian diamati organ-organya (sesuai lembar lapangan yang telah disediakan).
d.   Tiap organ diamati bentuk, warnanya normal atau tidak dan diamati perubahan patologi anatominya.
e.    Mencatat hasil pengamatan.
B.  Vaksinasi
1.    Materi
a.    Automatic Injection
b.    Alat penggores
c.    Spuit
d.   Kapas
e.    Alkohol
f.     Vaksin cacar
g.    Vaksin ND
h.    Vaksin AI
i.      Vitamin, obat dan anti parsit
2.    Metode
a.       Alat vaksinasi yang berupa Automatic Injection, spuit, dan alat penggores dipersiapkan
b.      Vaksin yang akan diberikan, dimasukkan ke alat vaksinasi
c.       Ayam yang akan divaksin dipersiapkan
d.      Vaksin disuntikkan kedaerah intramuscular dari ayam.
e.       Vaksin digoreskan pada sayap
f.       Vaksin ND Inaktif diteteskan pada mata sebelah kiri
g.      1 ml biosolamine disuntikkan pada bagian intramuscular sapi
h.      0,35 ml panmectine disuntikkan disekitar leher domba secara subcutan
i.        1 ml biosolamine disuntikkan pada paha kambing secara intramuscular.
C.  Pengambilan Darah
1.    Materi
a.    Eppendorf
b.    Spuit
c.    Alkohol
d.   Kapas
2.    Metode
a.     Alat untuk pengambilan darah (spuit, alkohol, kapas) dipersiapkan telebih dahulu
b.     Kapas yang akan igunakan dengan alkohol yang tersedia
c.     Kapas beralkohol dioleskan kebagian sayap kanan ayam
d.    Spuit ditusukkan pada bagian intramuskular dari ternak
e.  Darah yang telah berhasil masuk dalam spuit dimasukkan dalam eppendorf.

IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Kesehatan Ternak
1.    Hasil pengamatan
Tabel 1. Hasil Pengamatan Bagian Luar Hewan Ayam
Nama Organ
Kondisi/keadaan
Catatan
Mata
Tidak normal
Mata terlihat sayu dan berwarna biru pucat, tertutup dan tidak berlendir
Hidung
Normal
Tidak berlendir
Bulu tubuh
Normal
Tampak sebagian tidak menutupi tubuh
Kaki
Normal
Tidak bisa berdiri sempurna (lemas)
Gerakan
Normal
Karena sakit, ayam lemas hanya diam terkapar
Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Kesehatan Ternak (2013)

Tabel 2. Pengamatan Organ dalam (visceral)
Nama Organ
Warna
Bentuk dan ukuran
Catatan
Lidah
Agak kebiruan, putih pucat
Normal
Berwarna biru dikarenakan vaksin ND B1
Tenggorokan
Merah muda
Normal
Normal
Kerongkongan
Merah muda
Normal
Normal
Tembolok
Putih Kekuningan
Normal, kempes
Tidak ada sisa makanan (kosong)
Hati
Merah hati
Normal
Tidak ada cacing dan Lendir
Jantung
Merah tua
Normal
Tidak ada lemak dan lendir
Empedu
Hijau tua
Normal
Normal
Lien
Merah muda
Normal
Normal
Proventikulus
Putih kekuningan
Normal
Kosong tidak ada makanan
Ventrikulus
Merah tua
Normal
Sisa makanan masih segar
Duodenum
Merah muda dominan putih
Normal
Terdapat cacing  panjang 3,5 cm
Usus halus
Putih kekuningan
Normal
Terdapat banyak cacing
Usus besar
Putih kekuningan
Normal
Ada cacing
Cecca
Hijau kehitaman
Normal
Banyak cacing
Pankreas
Putih kekuningan
Normal
-
Ginjal
Merah
Normal
Normal
Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Kesehatan Ternak (2013)
2.    Pembahasan
        Praktikum kesehatan ternak dilakukan untuk mengetahui perbedaan ayam yang sakit dan ayam sehat. Pengamatan yang dilakukan adalah dengan melihat penampakan luar baik secara fisik maupun perilaku. Pengamatan organ bagian dalam dilakukan dengan cara membedah ayam dengan cara manual yaitu dengan penyembelihan terlebih dahulu kemudian melakukan pembedahan. Ayam yang sehat dan yang tidak akan terlihat melalui penampakan organ dalamnya.
        Hasil pengamatan saat melihat kondisi eksterior atau bagian luar dari ayam yang diamati pada saat praktikum yaitu dalam keadaan normal namun dapat dipastikan bahwa ayam tersebut tidak sehat. Kondisi tersebut dapat dilihat dari mata yang terlihat mengantuk, bulu yang kusam, keadaan kaki yang lemas serta gerakan yang tidak lincah seperti ayam-ayam sehat pada umumnya.

                                Gambar 1. Pengamatan eksterior
        Pengamatan dari keadaan organ dalam setelah dilakukan pembedahan, meliputi lidah, tenggorokan, kerongkongan, tembolok, hati, jantung, empedu, lien, proventrikulus, ventrikulus, duodenum, usus besar, ceca, pancreas, dan ginjal, empedu. Kondisi organ tampak normal tidak menunjukan adanya kelainan.
a.       Lidah

                             Gambar 2. Lidah Ayam.
Pengamatan yang dilakukan didapat warna biru pada lidah. Bentuk lidah juga normal. Warna biru pada lidah disebabkan karena ayam telah divaksin ND B1, cairan vaksin ini masuk dari mata ke mulut. Lidah tidak terdapat lendir yang banyak, hanya terdapat saliva agak mengental sedikit.
b.      Tenggorokan dan kerongkongan

Gambar 3. Tenggorokan dan kerongkongan
Kondisi tenggorokan  (1) pada ayam saat diamati berwarna merah muda dan dalam keadaan normal, tidak ditemukan bekas luka dan benda asing pada tenggorokan. Tenggorokan berbentuk normal,  seperti pita yang menghubungkan pita suara dengan paru. Organ ini terbentuk dari cincin tulang rawan yang melekat satu sama lain oleh selaput elastis vibrosa. Kondisi kerongkongan  (2) pada ayam juga dalam keadaan normal, berwarna merah muda, serta tidak ada lendir.
c.       Tembolok
Tembolok  pada ayam berwarna putih kekuningan, dan berbentuk seperti kantong . Tembolok merupakan pelebaran dari esophagus. Tembolok merupakan tempat menyimpan makanan. Berdasarka hasil pengamatan tembolok ayam yang kelompok  kami amati berbentuk normal, namun kempes hal tersebut dikarenakan tidak ada sisa makanan didalam tembolok
d.      Hati

           Gambar 4. Hati                       Gambar 5. Pembedahan hati
            Menurut pendapat dari Medion (2012), warna hati yang merah kusam dan mudah hancur ketika dipegang, hati tersebut terserang Fatty liver syndrome, bahwa gejala yang nampak  hati membesar dan rapuh. Warna hati pada ayam saat diamati yaitu merah tua, bentuk hati normal dan saat dilakukan pembedahan tidak terdapat cacing. Hal tersebut menunjukan bahwa hati pada ayam tersebut dalam keadaan normal dan tidak terserang penyakit hati..
e.       Jantung

                      Gambar 6. Jantung
            Warna jantung dari ayam yang diamati adalah merah tua dan berbentuk oval. Dilihat dari bentuk dan warna , ayam tersebut memiliki jantung yang normal, serta tidak ada lemak dan lendir disekitar jantung ayam tersebut.
f.       Empedu

                                      Gambar 7. Empedu
            Menurut Sukarno (2008), fungsi dari getah empedu adalah untuk menetralkan asam lambung (HCl), membentuk sabun terlarut dengan lemak bebas. Getah empedu yang berfungsi menetralkan asam lambung berguna agar enzim pencernaan dapat bekerja. Empedu pada ayam yang kita amati berwarna hijau tua memiliki bentuk yang normal yaitu bulat memanjang dn berukuran kecil serta dalam keadaan normal.
g.      Lien

Gambar 8. Lien
      Warna lien pada ayam saat pengamatan yaitu merah muda, bentuk dan ukuran lien normal. Terletak di dalam rongga perut berdekatan dengan empedal.
h.      Proventiculus
Proventiculus atau sering sering disebut perut kelenjar merupakan pelebaran dan penebalan dari ujung akhir esofagus. Proventriculus pada ayam berbentuk oval, dan berwarna putih kekuningan. Berdasarkan hasil pengamatan setelah dilakukan pembedahan proventiculus daam keadaan normal, tidak ada bekas luka maupun benda asing didalamnya dan proventiculus ayam tersebut kosong, sudah tidak ada sisa makanan.
i.        Ventriculus

Gambar 9. ventriculus
Warna ventruculus ayam yang kami amati yaitu merah tua, bentuknya normal, setelah dilakukan pembedahan terdapat sisa makanan yang masih segar dalam jumlah sedikit dan lebih banyak terdapat gridnya. Ventrikulus juga mengandung bahan-bahan yang mudah terkikis seperti pasir, karang dan kerikil. Fungsi rempela atau ventrikulus adalah menggiling dan menghancurkan makanan menjadi partikel-partikel yang lebih kecil yang biasanya dibatu oleh grit. Berat rempela adalah 1,6 -2,3% dari berat hidup (Suprijatna et al., 2005).
j.        Duodenum, Usus Halus, dan Secca
Warna dari duedenum ayam pada saat praktikum yaitu merah muda tetapi dominan putih, namun pada saat  dilakukan pembedahan yaitu  pada duodenum, usus halus, usus besar dan secca dipastikan ayam ini mengalami ascaridiosis . Hal ini dapat diketahui pada dinding usus halus setelah dibuka terlihat sangat banyak cacing ascaridia galli, yang diduga sebagai penyebab penyakit ascaridiosi. Kerusakan utama yang ditimbulkan adalah penurunan efisiensi pakan, namun kematian hanya timbul pada infeksi yang sangat berat.
               
                   Gambar 10. Duodenum, usus halus Gambar 11.Cacing Ascaridia galli
                                       dan secca
Cacing A. Galli merupakan cacing terbesar dalam kelas nematoda yang terdapat pada unggas. Tampilan cacing dewasa adalah semitransparan, berukuran besar, dan  berwarna putih kekuning-kuningan (Soulsby 1982). Cacing ini memiliki kutikula ekstraseluler yang tebal untuk melindungi membran plasma hipodermal nem atoda cacing dewasa. Bagian anterior terdapat sebuah  mulut yang dilengkapi dengan tiga buah bibir, satu bibir terdapat pada dorsal dan  dua lainnya pada lateroventral. Kedua sisi terdapat sayap yang sempit dan  membentang sepanjang tubuh. Permin et al., (1998) menyatakan bahwa cacing jantan dewasa berukuran panjang 51 – 76 mm dan cacing betina dewasa 72 – 116 mm. Cacing jantan memiliki preanal sucker dan  dua spicula berukuran panjang 1 – 2,4 mm, sedangkan cacing betina memiliki vulva dipertengahan tubuh. Telur A. Galli berbentuk oval, kerabang lembut, tidak  bersegmen, Menurut Permin et al., (1998) siklus hidup A. Galli bersifat langsung  yaitu; pematangan seksual berlangsung didalam traktus gastrointestinal inang  definitif dan stadium infektif (L2) berlangsung didalam telur resisten berembrio di  lingkungan bebas. Telur dikeluarkan bersama feses inang definitif dan akan mencapai stadium infektif (L2) dalam waktu 10 – 20 hari tergantung kepada temperatur serta kelembaban lingkungan. Cacing yang terdapat di usus halus pada ayam saat pembedahan memiliki panjang rata-rata 3,5 cm, dengan warna putih kekuningan serta semi transparan.
Menurut Sonjaya (2006), Unggas yang terinfeksi oleh cacing ini akan terlihat lesu, diare dan kurus serta nafsu makan menurun. Berdasarkan pengamatan, akibat terinfeksi cacing A. Galli ayam kelompok kami terlihat lesu dan kurus, setelah dilakukan pembedahan pada usus halus feses berwarna kuning cair, dan pada tembolok tidak ditemukan sisa makanan, dikarenakan nafsu makan ayam berkurang sehingga mengalami diare.
k.      Ginjal
              Warna ginjal pada ayam yang diamati adalah merah dan berbentuk bulat serta memiliki ukuran yang normal. Dilihat dari keadaan ginjal, ayam tersebut dikatakan normal atau tidak mengalami gangguan ginjal.
B.     Vaksinasi
1.    Hasil Pengamatan
Tabel 3. Pemberian Vitamin dan Vaksin
Nama vaksin
Dosis
Cara Pemberian
Vit B Complex
3-5 ml
Injeksi Intramusculer (pada sapi, kambing, dan domba)
Anti Parasit
0,35 ml
Injeksi Intramusculer (pada domba)
ND B Clone
1 tetes
Tetes mata (ayam)
Fowl pox
1 gores
Digoreskan pada sayap
    Sumber : Data primer Praktikum Ilmu Kesehatan Ternak (2013)
2.    Pembahasan
               Vaksinasi adalah suatu tindakan dimana hewan dengan sengaja dimasuki agen penyakit (disebut antigen) yang telah dilemahkan dengan tujuan untuk merangasang pembentukan daya tahan atau daya kebal tubuh terhadap suatu penyakit tertentu dan aman untuk tidak menimbulkan penyakit. Agen tersebut biasanya substansi biologis yang terdiri dari sejumlah jasad renik dari jenis penyakit yang diupayakan untuk dicegah agar tidak menyerang (Widyani, 2008).
               Jenis-jenis vaksin ND antara lain vaksin ND inaktif/ vaksin kill (vaksin yang mengandung virus yang sudah diinaktifkan) dan vaksin ND aktif yaitu vaksin yang mengandung virus yang masih hidup atau masih aktif, tetapi sifatnya sudah tidak ganas lagi bagi ayam yang divaksin. Virus ini tidak lagi dapat membuat ayam yang divaksin sakit, tetapi merangsang ayam untuk membentuk antibodi (zat penolak) sehingga timbul kekebalan. Berdasarkan jenis virus yang digunakan sebagai bahan, vaksin aktif ND dibedakan menjadi vaksin lentogenik dan vaksin mesogenik (Sundaryani, 2007).

                                         Gambar 12. Vaksin ND B1
                    Vaksin cacar yang dilakukan pada saat praktikum adalah  dengan menggunakan vaksin Fowl pox yaitu dengan cara digoreskan pada sayap. Langkah-langkah vaksinasi dilakukan dengan cara mensterilkan jarum penusuk terlebih dahulu.  Melarutkan vaksin ke dalam botol pelarut dengan mengocoknya. Mencelupkan jarum penusuk pada larutan vaksin. Menggoreskan jarum penusuk pada lipatan sayap ayam. Pemberian vaksin ini berfungsi untuk mencegah terjadinya penyakit Fowl Pox.

                                   Gambar 13. Proses Vaksinasi Fowl Pox
               Hewan besar seperti sapi, kambing, dan domba diberikan injeksi intramuscular multivitamin B-complex dan anti parasit. Dosis yang diberikan sekitar 3-5 ml per ekor. Fungsi dari B-complex adalah untuk metabolisme karbohidrat, asam lemak & protein, imunitas, menambah nafsu makan dan membantu tumbuh kembang. Menurut Sundaryani (2007), fungsi dari pemberian biosalamin juga sebagai penguat otot, biasanya ini diberikan pada sapi yang pincang dan habis melahirkan.

                                 Gambar 14. Pemberian Vit B Compleks pada Sapi
C.    Pengambilan Sampel Darah
1.      Hasi Pengamatan

2.      Pembahasan
Gambar 16. Sampel darah pada ependorf
               Pengambilan darah pada ayam dilakukan dengan menggunakan spuit, yaitu dengan cara mengambil darah pada vena pectoralis di bagian sayap, kemudian darah ditampung pada ependorf.  Pengambilan sampel darah ternak dapat juga digunakan untuk mengidentifikasi suatu penyakit yang menyerang atau diderita ternak tersebut. Sonjaya (2010), menyatakan bahwa pengambilan sampel darah pada ternak tidak bisa diakukan dengan cara sembarangan, diperlukan kecermatan dan ketelitian yang tinggi. Karena apabila terjadi kesalahan maka darah tidak akan terhisap keluar dan akan terjadi pengebungan vena dan apabila tidak dilakukan dengan cara yang benar maka akan menimbulkan sakit pada hewan yang diambil sampel darahnya. Metode yang kami gunakan yaitu dengan menggunakan suntikan, kesalahan terjadi pada saat pengambilan darah dikarenakan kurangnya ketelitian dan kecermatan saat pengambilan, akibatnya darah tidak tehisap keluar dan vena mengalami penggembungan.

V.    KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
         Kesimpulan yang dapat kami ambil dari praktikum Ilmu Kesehatan Ternak adalah sebagai berikut: pengamatan yang kami lakukan yaitu pengamatan secara eksterior dan interior pada ayam. ayam yang diamati pada saat praktikum yaitu dalam keadaan normal namun dapat dipastikan bahwa ayam tersebut tidak sehat. Kondisi tersebut dapat dilihat dari mata yang terlihat mengantuk, bulu yang kusam, keadaan kaki yang lemas serta gerakan yang tidak lincah dan terdapat banyak cacing di usus halusnya, dipastikan ayam tersebut terkena penyakit Ascaridiosis.
         Pemberian vaksinasi pada unggas dilakukan dengan tiga cara, antara lain: tetes mata, injection dan goresan. Hewan besar seperti sapi, kambing, dan domba diberikan injeksi intramuscular multivitamin B-complex dan antiparasit. Fungsi dari pemberian B-complex adalah untuk metabolisme karbohidrat, asam lemak & protein, imunitas, menambah nafsu makan dan membantu tumbuh kembang
B.    Saran
         Saran yang dapat diberikan sebagai pertimbangan untuk praktikum selanjutnya adalah: lebih siap lagi dalam penyiapan preparat praktikum. Koordinasi lebih ditingkatkan agar tidak terjadi kemuluran waktu dan dapat berjalan dengan lancar.

DAFTAR PUSTAKA

Akoso, B. T. 1993. Manual Kesehatan Unggas. Kanisius. Yogyakarta.         
Akoso, B.T. 2000. Kebutuhan Bahan Biologis Untuk Menunjang Pengamanan Ternak Terhadap Penyakit. Direktorat Bina Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Peternakan. Makalah Disajikan Pada Seminar Dan Pameran Teknologi Peternakan Dan Veteriner 14−15 Maret 2000, Di Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian, Jakarta.
Bahri, S. 1998. Beberapa Aspek Keamanan Pangan Asal Hewan Ternak di Indonesia. Balai Besar Penelitian Veteriner. Bogor.
Cahyono, B. 1995. Cara Meningkatkan Budidaya Ayam Ras Pedaging. Yayasan Pustaka Nusantara . Yogyakarta.
Frandson, R.D.  1992.  Anatomi Dan Fisiologi Ternak.  Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Hidayah N. 2008. Pengaruh Penambahan Variasi Konsentrasi Starter Probiotik pada Pakan Terhadap Perkembangan Ayam Kampung. Universitas Hasanuddin. Makasar.
Indarto, P. 1997. Manajemen Pemeliharaan Unggas. Universitas Brawijaya Press. Malang
Irawan. 1996. Pedoman Pengendalian Hewan Menular. Direktorat Jendral Peternakan. Jakarta. Easterday, B.C., V.S. Hinsaw, And D.A. Halvorson. 1997. Influenza: Diseases Of Poultry. P. 583-595. In B.W. Calnek, H.J. Barnes, C.W. Beard, L.R. Mc Dougald, And Y.M. Saif (Eds.).
Jahja dan Retno. 1993. Petunjuk Mendiagnosa Penyakit Ayam. Medion. Bandung.
Jahja dan Retno. 2010. Penyakit Ayam dan Penanggulangannya. Medion. Banndung.
Kusumaningsih, A., S. Bahri, A. Nurhadi, E. Martindah, Dan E. Masbulan. 2001. Studi Kebijakan Penyediaan Dan Pengembangan Vaksin Dan Bahan Biologis Veteriner Untuk Menunjang Peningkatan Mutu Bibit Ternak Di Indonesia. Prosiding Hasil-Hasil Penelitian Bagian Proyek Rekayasa Teknologi Pe Ternakan Armp-Ii Tahun 1999/2000. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Peternakan, Bogor. Hlm. 391−404.
Medion. 2012. Konsultasi Hati Memar. http://info.medion.co.id/index.php/konsultasi-teknis/layer/penyakit/hati-memar-malaria. Diakses pada 28 September  2013
Murtidjo, B. A. 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ayam. Kanisius . Yogyakarta.
Nurcahyo, H. 1998. Anatomi dan Fisiologi Hewan. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
Permin A et al. 1998. Studies on  Ascaridia galliin Chickens Kept at Different Stocking Rates. J. of Avi. Pathol. 27: 382-389.
Sonjaya. 2006. Macam-macam Penyakit cacing. Edisi 2. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sonjaya. 2010. Cacingan dan Pengobatannya. Penebar Swadaya. Jakarta.
Soulsby, EJL.1982. Helminth, Arthropods and Protozoaor Domesticated Animals. 7rd Ed. Lea and Febiger Philadelphia.
Subronto, 1989. Ilmu Penyakit Ternak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Sundaryani, T. 2007. Teknik Vaksinasi dan Pengendalian Penyakit Ayam. Penebar Swadaya. Jakarta.
Suprijatna, E., N. Atmomarsono. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Yogyakarta.
Widayani, R. 2008. Kesehatan Hewan. Suwagatri Press. Cirebon
Wulangi, S.K. 1990. Fisiologiperedaran. Institute Teknologi Bandung. Bandung.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel