page hit counter -->

LAPORAN PRAKTIKUM SELEKSI TERNAK SAPI POTONG

Penampilan ternak saat hidup mencerminkan produksi dan kualitas karkasnya. Ketepatan penaksir dalam menaksir nilai ternak tergantung pada pengetahuan penaksir dan kemampuan menterjemahkan keadaan dari  ternak itu. Keadaan ternak yang perlu mendapat perhatian pada saat menaksir pro-duktivitas ternak adalah umur dan berat, pengaruh kelamin, perdagingan, derajat kegemukan dan persentase karkas.
Penilaian ternak dilaksanakan berdasarkan atas apa yang terlihat dari segi penampilannya saja dan terkadang terdapat hal-hal yang oleh peternak dianggap sangat penting, akan tetapi ahli genetika berpendapat bahwa hal tersebut sebenarnya tidak ada pengaruhnya terhadap potensi perkembangbiakan atau produksi. Penentuan seleksi ternak sebaiknya kedua cara penilaian digunakan. Penilaian ternak tersebut dilakukan dengan cara memberikan score kepada masing-masing ternak sehingga menghasilkan urutan atau rangking tertinggi berdasarkan nilai rekor performanya, juga baik dalam memenuhi persyaratan secara fisik.

II. TINJAUAN PUSTAKA
A.   Seleksi Ternak
Seleksi dari segi genetik diartikan sebagai suatu tindakan untuk membiarkan ternak-ternak tertentu berproduksi, sedangkan ternak lainnya tidak diberi kesempatan berproduksi. Ternak-ternak pada generasi tertentu bisa menjadi tetua pada generasi selanjutnya jika terdapat dua kekuatan. Kedua kekuatan itu adalah seleksi alam dan seleksi buatan (Noor, 2004).
Nilai pemuliaan masing-masing ternak yang diketahui dengan pasti, maka penentuan peringkat keunggulan ternak dalam populasi dapat diketahui dengan mudah. Nilai pemuliaan ternak tetua sangat menentukan nilai pemuliaan dan performa anaknya. Nilai pemuliaan dapat menjadi dasar dalam melakukan seleksi dengan memilih ternak yang nilai pemuliaannya paling tinggi untuk dijadikan tetua (Bourdon, 1997).
Seleksi dalam pemuliaan ternak adalah memilih ternak yang baik untuk digunakan sebagai bibit yang menghasilkan generasi yang akan datang. Untuk bidang peternakan, yang diseleksi adalah sifat-sifat terukur seperti kecepatan pertumbuhan, bobot lahir, produksi susu dan bobot sapih. Sifat-sifat ini memberikan manfaat secara ekonomi disamping harus mempunyai kemampuan mewarisi yang tinggi yang dapat ditentukan dari nilai heritabilitasnya (Falconer, 1972).
B.   Sapi Potong
Sapi potong merupakan sapi yang dipelihara dengan tujuan utama sebagai penghasil daging. Sapi potong biasa disebut sebagai sapi tipe pedaging. Adapun ciri-ciri sapi pedaging adalah tubuh besar, berbentuk persegi empat atau balok, kualitas dagingnya maksimum, laju pertumbuhan cepat, cepat mencapai dewasa, efisiensi pakannya tinggi, dan mudah dipasarkan. Sapi potong adalah jenis sapi khusus dipelihara untuk digemukkan karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup baik. Sapi-sapi ini umumnya dijadikan sebagai sapi bakalan, dipelihara secara intensif selama beberapa bulan, sehingga diperoleh pertambahan bobot badan ideal untuk dipotong (Abidin, 2008).
Sapi Peranakan Ongole merupakan persilangan sapi ongole jantan murni dengan sapi betina Jawa. Sapi peranakan ongole mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: warna kelabu kehitam-hitaman pada bagian kepala, leher dan lutut berwarna gelap sampai hitam, bertanduk pendek, bobot badan sapi PO mencapai 430 - 500 kg pada sapi jantan dan 320 - 400 kg pada sapi betina. Pertambahan bobot badan harian (PBBH) sapi Peranakan Ongole sebesar 0,4 - 0,8 kg (Aziz, 1993).
Parameter standar untuk seleksi sapi bakalan mencakup kualitas dan kuantitas sapi yang dapat dievaluasi dengan penilaian dan pengamatan tubuh sapi bagian luar. Bakalan yang akan digemukkan sangat mempengaruhi keberhasilan penggemukan sapi. Kriteria pemilihan bakalan: berasal dari induk yang memiliki potensi genetik yang baik, bakalan agak kurus, umur bakalan 2 - 2,5 tahun, sehat dan tidak mengidap penyakit, serta bentuk tubuh yang proporsional. Bobot badan sapi PO bakalan yang adalah 250 – 350 kg dengan pertambahan bobot badan 0,6 - 0,8 kg/hari dan bobot jual 584 - 600 kg (Fikar dan Ruhyadi, 2010). 
Penilaian untuk menentukan tingkat dan kualitas akhir ternak melalui perabaan yang dirasakan melalui ketipisan, kerapatan, serta perlemakannya. Bagian-bagian daerah perabaan pada penilaian (judging) ternak sapi meliputi; bagian rusuk, bagian Tranversusprocessus pada tulang belakang, bagian pangkal ekor, bagian bidang bahu. Penilaian tersebut dilakukan pada setiap individu ternak sapi yang akan dipilih dengan cara mengisikan skor yang sesuai dengan penilaian melalui pengamatan, pandangan dan perabaan. Penilaian harus dilakukan sesubjektif mungkin untuk menunjang hasil yang lebih akurat, penilaian tersebut lazimnya dilengkapi lagi dengan pengukuran bagian-bagian tubuh yaitu tinggi pundak/gumba, panjang badan, lingkar dada dan dalam dada (Sugeng, 1998).
Penilaian ternak sapi dapat dilihat dari bobot badan ternak tersebut. Bobot badan yang sering digunakan sebagai kriteria penilaian sapi potong adalah bobot sapih, bobot badan umur satu tahun dan bobot badan umur 18 bulan. Kecepatan pertambahan bobot badan sebelum dan sesudah disapih, atau pertambahan bobot badan pada tenggang waktu tertentu. Ukuran tubuh yang sering diukur sebagai kriteria penilaian sapi potong adalah tinggi gumba, lingkar dada dan panjang badan (Hardjosubroto,1994).  
III. MATERI DAN METODE
A.   Materi Praktikum
Alat dan bahan yang digunakan ada praktikum pemuliaan ternak adalah sebagai berikut:
1.  Sapi potong jenis Peranakan Ongole.
2.  Alat tulis.
3.  Kamera.
B.   Metode Praktikum
1.  Melakukan pengukuran pada sapi potong Peranakan Ongole yang meliputi lingkar dada, bobot badan, panjang badan dan tinggi gumba.
2.  Mengamati sapi potong Peranakan Ongole yang berada di dalam kandang meliputi penampilan umum, kepala dan leher, tubuh bagian depan, tubuh bagian tengah dan tubuh bagian belakang.
3.  Mencatat hasil pengamatan di dalam tabel yang telah tersedia.
4.  Mendokumentasikan ternak yang diamati.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.   Sapi Potong
1. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil Pengukuran dan Pengamatan Sapi Potong
No.
Ketentuan
Sapi Potong
1
2
3
4
1
Bangsa
PO
PO
PO
PO
2
Umur ( bulan )
24
12
18
18
3
Berat Badan ( kg )
466
446
482
375
4
Lingkar dada ( cm )
168
157
148
149
5
Panjang badan ( cm )
133
116
117
107
6
Tinggi gumba ( cm )
142
125
120
131
Sumber : Laporan Sementara Praktikum Pemuliaan Ternak 2014
Tabel 2. Hasil Penilaian Sapi Potong PO secara Individu
No
Juri
Sapi Perah Nomor
1
2
3
4
1.
Thomas Saputro
1
3
2
4
2.
Desi Wulandari
1
4
3
3
3.
Khisom Alwi
1
1
3
4
4.
Rika Suwistin O
1
2
2
4
5.
Wahyu Agus T
1
3
2
4
Sumber : Laporan Sementara Praktikum Pemuliaan Ternak 2014


Tabel 3. Penilaian Sapi Potong PO Berdasarkan Score Individu
No.
Ketentuan
Skor Sempurna
Sapi Potong Nomor
1
2
3
4
1.
Penampilan umum (40)





-       Berat : sesuai dengan umur
5
3
3
4
3
-       Konformasi : seimbang, panjang, simetris bagian atas dan bawah tubuh lurus
10
7,8
7
6,8
6
-       Lingkar dada : dalam melinkar penuh
5
3
3
3
2
-       Keadaan : perdagingan halus
10
7,8
6,6
6,6
7
-       Temprament : tenang, tidak tegang
5
4
4
3,8
2
-       Pergerakan : jinak, manis
10
8
8
9
6,8
-       Tipe bangsa : warna tubuh, sifat lain khas bangsanya
5
3,8
4
3
2,8
2
Kepala dan leher (7)





-       Dahi atas : lurus, feminim, kuat dan sesuai bangsa
1
1
0,6
0,5
1
-       Mata : besar dan jernih
1
0,7
1
0,5
1
-       Dahi bawah : pendek dan lurus
1
1
0,7
0,7
0,6
-       Moncong : lebar, lubang, hidung besar, bibir tipis, mulut lebar
1
0,7
1
0,5
0,8
-       Telinga : ukuran sedang, bentuk baik
1
0,8
1
0,6
0,8
-       Leher : pendek, gemuk, terkait baik dengan punggung, bebas dari otot
2
1,5
0,7
1
1,5
3
Tubuh bagian depan (7)





-       Punggung : halus, kuat dan lurus
3
2
2,2
1,5
1,5
-       Dada : kuat, bersih dan berdaging
2
1
1
1
1
-       Kaki depan : lurus, pendek, lebar dan kuat
2
1,3
1,5
1,4
1
4
Tubuh bagian tengah (30)





-       Bahu : penuh, lurus baik dengan punggung dan tekait baik dengan punggung
3
2,3
2
2
2,2
-       Punggung : lurus, gemuk dan lebar
8
7
6
6
5
-       Lingkar dada : kapasitas besar, melingkar penuh dan simetris
4
3,5
3
2,5
2
-       Pinggang : kuat, panjang, gemuk, lebar dan halus
10
8
8
6
6
-       Flank : penuh dan berdanging
2
1,5
1,6
1
0,8
5
Tubuh bagian belakang (16)






-       Paha : halus, tertutup danging
2
1,6
1
1,5
1

-       Pinggul : penuh, lebar, halus, bersih
4
2,5
2,5
2
2

-       Pangkal ekor : lurus dan halus
2
1,4
1,5
1
1

-       Paha bawah : dalam, gemuk, lebar, penuh danging
2
1
1,4
1
0,9

-       Pantat/bokong : penuh, dalam dan lebar
4
3
2,5
2
1,7

-       Kaki : lurus, pendek, lebar dan kuat
2
1,2
1,2
1
1

Total
100
81,4
76
69,9
62,4
Sumber : Laporan Sementara Praktikum Pemuliaan Ternak 2014


Kriteria skoring :
a.  Exellent                  : nilai 90 – 100
b.  Good Plus               : nilai 85 – 89
c.  Very Good                         : nilai 80 – 84
d.  Good                      : nilai 75 – 79
e.  Fair                                     : nilai 70 – 74
f.  Poor                        : nilai di bawah 69
2. Pembahasan
Gambar 1. Sapi PO nomor 1
Sapi PO nomor urut 1 berumur 24 bulan memiliki lingkar dada 168 cm dan panjang badan 133. Hasil penilaian praktikan sapi PO nomor urut 1 mendapatkan score 37,4 untuk penampilan umum; kepala dan leher mendapat score 5,7; tubuh bagian depan mendapat score 4,3; tubuh bagian tengah mendapat score 22,3 dan score 10,7 untuk tubuh bagian belakang. Score yang didapat sapi PO nomor urut 1 dari hasil penilaian praktikan ialah 81,4. 
Gambar 2. Sapi PO nomor 2
Sapi PO nomor urut 2 berumur 12 bulan memiliki lingkar dada 157 cm dan panjang badan 116. Hasil penilaian praktikan sapi PO nomor urut 2 mendapatkan score 35,7 untuk penampilan umum; kepala dan leher mendapat score 5; tubuh bagian depan mendapat score 4,7; tubuh bagian tengah mendapat score 20,6 dan score 10,1 untuk tubuh bagian belakang. Score yang didapat sapi PO nomor urut 2 dari hasil penilaian praktikan ialah 76. 
Gambar 3. Sapi PO nomor 3
Sapi PO nomor urut 3 berumur 18 bulan memiliki lingkar dada 148 cm dan panjang badan 117. Hasil penilaian praktikan sapi PO nomor urut 3 mendapatkan score 36,2 untuk penampilan umum; kepala dan leher mendapat score 3,8; tubuh bagian depan mendapat score 3,9; tubuh bagian tengah mendapat score 17,5 dan score 8,5 untuk tubuh bagian belakang. Score yang didapat sapi PO nomor urut 3 dari hasil penilaian praktikan ialah 69,9. 
Gambar 4. Sapi PO nomor 4
Sapi PO nomor urut 4 berumur 18 bulan memiliki lingkar dada 149 cm dan panjang badan 107. Hasil penilaian praktikan sapi PO nomor urut 4 mendapatkan score 29,6 untuk penampilan umum; kepala dan leher mendapat score 5,7; tubuh bagian depan mendapat score 3,5; tubuh bagian tengah mendapat score 16 dan score 7,6 untuk tubuh bagian belakang. Score yang didapat sapi PO nomor urut 1 dari hasil penilaian praktikan ialah 62,4.
Praktikum penilaian (judging) dilakukan oleh setiap praktikan dengan mengukur dan mengamati. Praktikan melakukan pengukuran lebar dada, panjang badan dan tinggi gumba menggunakan mistar. Umur ternak dilihat dengan cara melihat gigi pada sapi. Hasil penilaian rata-rata sapi potong PO yang didapat dari 5 orang praktikan dari yang tertinggi hingga yang terendah berdasarkan penilaian rata-rata yaitu tertinggi sapi potong nomor 1, kemudian nomor urut 2 diperoleh sapi potong nomor 2 dan nomor urut ketiga diperoleh sapi potong nomor 3 dan yang terendah sapi potong nomor 4. Penilaian ternak sapi yang dilakukan praktikan dapat diketahui ternak sapi yang terbaik dan memiliki kesehatan yang baik, sehingga penilaian (judging) sangat bermanfaat untuk  memilih sapi yang terbaik dengan cara mengamati.
Penilaian yang dilakukan praktikan telah sesuai dengan menurut pendapat Sugeng (1998), penilaian untuk menentukan tingkat dan kualitas akhir  ternak melalui perabaan yang dirasakan melalui ketipisan, kerapatan, serta perlemakannya. Bagian-bagian daerah perabaan pada penilaian (judging) ternak sapi meliputi; bagian rusuk, bagian Tranversusprocessus pada tulang belakang, bagian pangkal ekor, bagian bidang bahu. Penilaian tersebut dilakukan setiap individu ternak sapi dengan cara mengisikan skor yang sesuai dengan penilaian melalui pengamatan, pandangan dan perabaan. Penilaian harus dilakukan sesubjektif mungkin untuk menunjang hasil yang lebih akurat, penilaian tersebut lazimnya dilengkapi lagi dengan pengukuran bagian-bagian tubuh yaitu tinggi pundak/gumba, panjang badan, lingkar dada dan dalam dada.

V. KESIMPULAN
A.   Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat praktikan peroleh dari praktikum Ilmu Pemuliaan Ternak ini ialah :
1. Penilaian (judging) dilakukan pada setiap individu ternak yang akan dipilih dengan cara mengisikan skor yang sesuai dengan penilaian melalui pengamatan, pandangan dan perabaan.
2. Hasil penilaian rata-rata sapi potong PO yang diperoleh dari urutan sapi nomor 1, 2,3 dan 4 yaitu 81,4; 76; 69,9 dan 62,4.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 2008. Penggemukan Sapi Potong. AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Aziz, M. A. 1993. Agroindustri Sapi Potong. Cetakan V. BPFE. Yogyakarta.
Bourdon. R. M. 1997. Understanding Animal Breeding. Prentice Hall. Inc., New Jersey.
Falconer, D. S. 1972. Introduction To Quantitative Genetics. Longman. London.p. 365
Fikar, S., dan D. Ruhyadi. 2010. Buku Pintar Beternak dan Bisnis Sapi Potong. PT AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Harjosubroto. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.
Noor, R. 2004. Genetika Ternak. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sugeng, Y. B. 1998. Beternak Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel