page hit counter -->

KARAKTERISTIK SAPI MADURA ASLI INDONESIA


Sapi Madura merupakan hasil persilangan antara sapi Bali (Bos sundaicus) dengan sapi Zebu (Bos indicus), Oleh karena itu sebenamya sapi Madura merupakan sapi persilangan. Sapi Madura termasuk sapi potong yang memiliki kemampuan daya adaptasi yang baik terhadap stress pada lingkungan tropis, keadaan pakan yang kurang baik mampu hidup dan berkembang dengan baik, serta tahan terhadap caplak. Sapi Madura menunjukkan respon yang cukup baik dengan perbaikan lingkungan. Sapi Madura sebagai sapi potong tipe kecil memiliki variasi berat badan sekitar 300 kg dan pemeliharaan yang baik dengan pemenuhan kebutuhan pakan dengan pakan yang baik mampu mencapai berat badan ≥ 500 kg, ditemukan pada sapi Madura yang menang kontes (Soehadji, 2001) Performans berat badan sapi Madura mempunyai keragaman yang cukup luas, didapatkan berat badan yang tinggi (± 500 kg) dan didominasi oleh berat badan yang cukup rendah (± 300 kg).

Menurut Moore (1984) bahwa angka pertambahan berat badan harian yang dicapai sapi-sapi lokal di Indonesia berkisar antara 0,5–0,8 kg/ekor/hari dan sebagian besar peternakan rakyat lebih rendah. Sapi madura memiliki persentase karkas yang cukup baik, mampu mencapai 60% yang didapatkan pada ternak yang dilakukan dengan pengelolaan dan kecukupan pakan yang mempengaruhi kondisi ternak. Biasanya karkas sapi madura rata-rata 50-60%.
KARAKTERISTIK SAPI MADURA ASLI INDONESIA
Komformasi sapi Madura pada bagian kepala bertanduk yang mengarah dorsolateral, tanduk besar dan pada sapi jantan memiliki gumba (punuk) sedangkan yang betina tidak tampak adanya punuk (kecil). Warna bulu merah bata–merah coklat, warna sapi jantan dan betina sama sejak lahir sampai dewasa; garis punggung (linea spinosum) kehitaman-coklat tua masih ditemukan, warna keputih-putihan pada daerah bawah kaki. Badan mirip Sapi Bali tetapi memiliki punuk walaupun berukuran kecil.

Menurut Karnaen dan Arifin (2007), sapi Madura secara fisiologis dan biologi memiliki ciri-ciri :
1.   Usia pubertas sapi Madura berkisar antara 510-640 hari.
2.   Rata-rata panjang  siklus  birahi  pada  musim kemarau  lebih  panjang  dibandingkan  dengan siklus  birahi  pada  musim  hujan,  sebaliknya rata-rata  lama  periode  birahi  pada  musim hujan  lebih  pendek  dibandingkan dibandingkan dengan lama periode birahi pada musim kemarau.
3.   Beberapa sifat reproduksi dan produksi sapi Madura pada musim hujan dan musim kemarau tidak sama.

Kontribusi sapi Madura sebagai sapi potong yang berkembang dengan baik di Jawa Timur khususnya di pulau Madura mempunyai kontribusi yang cukup besar sampai 24 % dari kebutuhan suply sapi potong yang berasal dari Jawa Timur. Kasus penyakit yang pernah terjangkit pada sapi Madura adalah penyakit Surra, ngorok, ingusan, distomatosis, scabies dan gangguan reproduksi dan defisiensi nutrisi.

Sumber :
Didi Budi Wijono Dan Bambang Setiadi. 2004. Potensi Dan Keragaman Sumberdaya Genetik Sapi Madura. Lokakarya Nasional Sapi Potong.
Karnaen dan Arifin, J. 2007. Kajian Produktivitas Sapi Madura. J ilmu ternak 7(2):135-139
Moore, C.P. 1984. Production rate in tropical beef cattle. W.A.R
Soehadji. 2001. Kebijakan pengembangan ternak potong di Indonesia tinjauan khusus sapi Madura. Pros. Pertemuan Ilmiah Hasil Penelitian dan  Pengembangan Sapi Madura. Sumenep. Hal.1-12.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel