PENGATURAN SIKLUS BERTELUR AYAM KAMPUNG
Senin, 29 Desember 2014
Edit
Ayam
kampung merupakan ayam lokal di Indonesia yang kehidupannya sudah lekat dengan
masyarakat, ayam kampung juga dikenal dengan sebutan ayam buras (bukan ras),
atau ayam sayur. Penampilan ayam kampung sangat beragam, begitu pula sifat
genetiknya, penyebarannya sangat luas karena populasi ayam buras dijumpai di
kota maupun desa. Potensinya patut dikembangkan untuk meningkatkan gizi
masyarakat dan menaikkan pendapatan keluarga.
Diakui atau tidak selera konsumen terhadap ayam kampung sangat tinggi.
Hal itu terlihat dari pertumbuhan populasi dan permintaan ayam kampung yang
semakin meningkat dari tahun ke tahun (Bakrie et al.,2003). Hal ini
terlihat dari peningkatan produksi ayam kampung dari tahun ke tahun, dimana
pada tahun 2001–2005 terjadi peningkatan sebanyak 4,5 % dan pada tahun
2005–2009 konsumsi ayam kampung dari 1,49 juta ton meningkat menjadi 1,52 juta
ton (Aman, 2011).
Mempertimbangkan potensi itu, perlu diupayakan jalan keluar untuk meningkatkan populasi dan produktivitasnya. Ayam kampung mempunyai kelebihan pada daya adaptasi tinggi karena mampu menyesuaikan diri dengan berbagai situasi, kondisi lingkungan dan perubahan iklim serta cuaca setempat. Ayam kampung memiliki bentuk badan yang kompak dan susunan otot yang baik. Bentuk jari kaki tidak begitu panjang, tetapi kuat dan ramping, kukunya tajam dan sangat kuat mengais tanah. Ayam kampung penyebarannya secara merata dari dataran rendah sampai dataran tinggi.
Produksi telur ayam kampung lebih rendah
dari ayam ras, yaitu 50 butir per ekor per tahun untuk sistem pemeliharaan
secara semi intensif. Untuk meningkatkan jumlah produksi beberapa cara dapat
dilakukan dengan cara penetasan telur dengan mesin tetas atau dengan induk
entog (itik manila). Telur-telur yang ada disangkar diambil dan dimasukkan ke
dalam sangkar entok yang sudah siap mengeram atau dipindahkan ke dalam mesin
tetas, sehingga kalau induk ayam mau mengerami telur di sangkarnya tidak jadi
karena sangkarnya kosong. Induk ayam yang
mulai mengeram kemudian dipegang dan dimandikan setiap hari dengan tujuan untuk menghilangkan sifat
mengeram induk ayam secepat mungkin.
Baca Juga: Tipe Ayam Berdasarkan Fungsinya
Biasanya induk ayam yang diperlakukan
seperti ini sifat mengeramnya lama kelamaan menghilang, 2-3 minggu setelah
sifat mengeram menghilang maka babon akan memperlihatkan sifat birahinya dan
akan bertelur kembali. Langkah ini dilakukan bertujuan agar dapat dihasilkan
telur yang lebih banyak. Dengan metode ini diharapkan silklus bertelur induk ayam buras dapat mencapai 9 kali per tahun, dengan produksi telur dapat
mencapai ± 115 butir per ekor per tahun
dengan asumsi produksi telur per periode bertelur rata-rata 13 butir atau dapat
menghasilkan ± 72 ekor anak ayam pertahun apabila setiap kali periode bertelur
ditetaskan dan diasumsikan menetas 8 ekor. Ini berarti bahwa ayam buras mampu
menghasilkan anak ayam lebih banyak bila dikehendaki.