CARA BETERNAK AYAM KAMPUNG
Minggu, 28 Desember 2014
Edit
Ayam kampung merupakan ayam asli, yang sudah beradaptasi dengan lingkungan tropis Indonesia. Masyarakat pedesaan memeliharanya sebagai sumber pangan keluarga akan telur, daging, dan sebagai tabungan yang sewaktu-waktu dapat diuangkan. Permintaan daging ayam kampung oleh masyarakat pedesaan yang berpendapatan tinggi, sedang dan rendah pernah mencapai 2,36; 1,54 dan 0,84 kg/kapita/tahun, sementara, masyarakat perkotaan hanya mencapai 0,98; 0,73 dan 0,44 kg/kapita/tahun untuk masing-masing yang berpendapatan tinggi, sedang dan rendah.
Daging dan telur ayam kampung bagi masyarakat merupakan panganan komplemen atau bisa merupakan panganan khusus, misalnya telur dipakai untuk campuran jamu tradisional dan daging ayam panggang atau ayam goreng bumbu kelapa sangat diminati konsumen berpenghasilan menengah dan berpenghasilan tinggi, serta sering dipakai pada acara khusus. Harga per satuan untuk telur maupun daging, relatif stabil dan lebih tinggi dibandingkan dengan harga per satuan produk ayam ras impor. Harga ayam afkir (tua) relatif lebih tinggi dibandingkan ayam afkir ayam ras impor.
Produksi telur rata-rata ayam Kampung umumnya, mencapai 20 % (73 butir per tahun per ekor) pada pemeliharaan semi intensif dan sekitar 30 % (110 butir per tahun per ekor) pada pemeliharaan intensif. Bobot rata-rata pada umur 3 bulan ayam Kampung pada pemeliharaan intensif mencapai 0,80 kg/ekor jantan dan 0,70 kg/ekor betina. Selain dijual hidup, juga dapat dijual karkas dan potongan karkas (paha, dada, sayap, ceker, kepala, hati, rempela, usus, jantung) yang mempunyai nilai harga jual tersendiri.
Mengubah sistem beternak ayam kampung dari sistem ekstensif ke sistem semi intensif atau intensif memang tidak mudah, apalagi cara beternak sistem tradisional (ekstensif) sudah mendarah daging di masyarakat kita. Akan tetapi, kalau dilihat nilai kemanfaatan dan hasil yang dicapai tentu akan menjadi faktor pendorong tersendiri untuk mencoba beternak dengan sistem intensif. Untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam usaha beternak ayam kampung, maka perlu kiranya memperhatikan beberapa hal berikut :
A. BIBIT
Bibit mempunyai kontribusi sebesar 30% dalam keberhasilan suatu usaha peternakan. Bibit ayam kampung (DOC) dapat diperoleh dengan cara : membeli DOC ayam kampung langsung dari pembibit, membeli telur tetas dan menetaskannya sendiri, atau membeli indukan untuk menghasilkan telur tetas kemudian ditetaskan sendiri baik secara alami atau dengan bantuan mesin penetas. Secara singkat DOC ayam kampung yang sehat dan baik mempunyai kriteria sebagai berikut : dapat berdiri tegap, sehat dan tidak cacat, mata bersinar, pusar terserap sempurna, bulu bersih dan mengkilap, tanggal menetas tidak lebih lambat atau cepat.
B. PAKAN
Kita ketahui bersama bahwa pakan mempunyai kontribusi sebesar 30% dalam keberhasilan suatu usaha. Pakan untuk ayam kampung sebenarnya sangat fleksibel dan tidak serumit kalau kita beternak ayam pedaging, petelur atau puyuh sekalipun. Bahan pakan yang bisa diberikan antara lain : konsentrat, dedak, jagung, pakan alternatif seperti sisa dapur/ warung, roti BS, mie instant remuk, bihun BS, dan lain sebagainya. Yang terpenting dalam menyusun atau memberikan ransum adalah kita tetap memperhatikan kebutuhan nutrisi ayam kampung yaitu protein kasar (PK) sebesar 12% dan energi metabolis (EM) sebesar 2500 Kkal/kg. Sedangkan air diberikan secara ad libitum (tak terbatas) dan pada tahap-tahap awal pemeliharaan perlu dicampur dengan vitamin+antibiotika.
C. PERKANDANGAN
Syarat kandang yang baik : jarak kandang dengan permukiman minimal 5 m, tidak lembab, sinar matahari pagi dapat masuk dan sirkulasi udara cukup baik. Sebaiknya memilih lokasi yang agak rindang dan terhalangi oleh bangunan atau tembok lain agar angin tidak berhembus langsung ke dalam kandang. Penyucihamaan kandang dan peralatannya dilakukan secara teratur sebagai usaha biosecurity dengan menggunakan desinfektan yang tepat dan tidak membahayakan bagi ternak itu sendiri. Banyak pilihan jenis desinfektan yang ditawarkan oleh berbagai produsen pembuatan obat. Ukuran kandang: tidak ada ukuran standar kandang yang ideal, akan tetapi ada anjuran sebaiknya lebar kandang antara 4-8 m dan panjang kandang tidak lebih dari 70 m. Yang perlu mendapat perhatian adalah daya tampung atau kapasitas kandang. Tiap meter persegi sebaiknya diisi antara 45-55 ekor DOC ayam kampung sampai umur 2 minggu, kemudian jumlahnya dikurangi sesuai dengan bertambahnya umur ayam. Bentuk kandang yang dianjurkan adalah bentuk postal dengan lantai yang dilapisi litter yang terdiri dari campuran sekam, serbuk gergaji dan kapur setebal ± 15 cm. Model atap monitor yang terdiri dari dua sisi dengan bagian puncaknya ada lubang sebagai ventilasi dan bahan atap menggunakan genteng atau asbes. Pemeliharaan ayam kampung di bagi dalam dua fase yaitu fase starter (umur 1-4 minggu) dan fase finisher (umur 5-8 minggu). Pada fase starter biasanya digunakan kandang bok (dengan pemanas) bisa bok khusus atau juga kandang postal yang diberi pagar. Suhu dalam kandang bok biasanya berkisar antara 30-32°C. Pada fase finisher digunakan kandang ren atau postal seperti model pemeliharaan ayam broiler.
D. MANAJEMEN PEMELIHARAAN
Manajemen atau tatalaksana pemeliharaan memegang peranan tertinggi dalam keberhasilan suatu usaha peternakan yaitu sekitar 40%. Bibit berkualitas serta pakan yang berkualitas belum tentu memberikan jaminan keberhasilan suatu usaha apabila manajemen pemeliharaan yang diterapkan tidak tepat. Sistem pemeliharaan pada ayam kampung bisa dilakukan dengan 3 cara yaitu :
E. PENGENDALIAN PENYAKIT
Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan tindakan antara lain :
Anonim, 2011. Cara Beternak Ayam Kampung Pedaging. Arsip Berita. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang. Jatim
Iskandar, S., 2010. Usaha Tani Ayam Kampung. Balai Penelitian Ternak Ciawi. Bogor. Jateng.
Pramudyati, Y. Suci, 2009. Petunjuk Teknis Beternak Ayam Buras. Gtz Merang Reed Pilot Project Bekerjasama Dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (Bptp) Sumatera Selatan. Sumatera
Daging dan telur ayam kampung bagi masyarakat merupakan panganan komplemen atau bisa merupakan panganan khusus, misalnya telur dipakai untuk campuran jamu tradisional dan daging ayam panggang atau ayam goreng bumbu kelapa sangat diminati konsumen berpenghasilan menengah dan berpenghasilan tinggi, serta sering dipakai pada acara khusus. Harga per satuan untuk telur maupun daging, relatif stabil dan lebih tinggi dibandingkan dengan harga per satuan produk ayam ras impor. Harga ayam afkir (tua) relatif lebih tinggi dibandingkan ayam afkir ayam ras impor.
Produksi telur rata-rata ayam Kampung umumnya, mencapai 20 % (73 butir per tahun per ekor) pada pemeliharaan semi intensif dan sekitar 30 % (110 butir per tahun per ekor) pada pemeliharaan intensif. Bobot rata-rata pada umur 3 bulan ayam Kampung pada pemeliharaan intensif mencapai 0,80 kg/ekor jantan dan 0,70 kg/ekor betina. Selain dijual hidup, juga dapat dijual karkas dan potongan karkas (paha, dada, sayap, ceker, kepala, hati, rempela, usus, jantung) yang mempunyai nilai harga jual tersendiri.
Mengubah sistem beternak ayam kampung dari sistem ekstensif ke sistem semi intensif atau intensif memang tidak mudah, apalagi cara beternak sistem tradisional (ekstensif) sudah mendarah daging di masyarakat kita. Akan tetapi, kalau dilihat nilai kemanfaatan dan hasil yang dicapai tentu akan menjadi faktor pendorong tersendiri untuk mencoba beternak dengan sistem intensif. Untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam usaha beternak ayam kampung, maka perlu kiranya memperhatikan beberapa hal berikut :
A. BIBIT
Bibit mempunyai kontribusi sebesar 30% dalam keberhasilan suatu usaha peternakan. Bibit ayam kampung (DOC) dapat diperoleh dengan cara : membeli DOC ayam kampung langsung dari pembibit, membeli telur tetas dan menetaskannya sendiri, atau membeli indukan untuk menghasilkan telur tetas kemudian ditetaskan sendiri baik secara alami atau dengan bantuan mesin penetas. Secara singkat DOC ayam kampung yang sehat dan baik mempunyai kriteria sebagai berikut : dapat berdiri tegap, sehat dan tidak cacat, mata bersinar, pusar terserap sempurna, bulu bersih dan mengkilap, tanggal menetas tidak lebih lambat atau cepat.
B. PAKAN
Kita ketahui bersama bahwa pakan mempunyai kontribusi sebesar 30% dalam keberhasilan suatu usaha. Pakan untuk ayam kampung sebenarnya sangat fleksibel dan tidak serumit kalau kita beternak ayam pedaging, petelur atau puyuh sekalipun. Bahan pakan yang bisa diberikan antara lain : konsentrat, dedak, jagung, pakan alternatif seperti sisa dapur/ warung, roti BS, mie instant remuk, bihun BS, dan lain sebagainya. Yang terpenting dalam menyusun atau memberikan ransum adalah kita tetap memperhatikan kebutuhan nutrisi ayam kampung yaitu protein kasar (PK) sebesar 12% dan energi metabolis (EM) sebesar 2500 Kkal/kg. Sedangkan air diberikan secara ad libitum (tak terbatas) dan pada tahap-tahap awal pemeliharaan perlu dicampur dengan vitamin+antibiotika.
C. PERKANDANGAN
Syarat kandang yang baik : jarak kandang dengan permukiman minimal 5 m, tidak lembab, sinar matahari pagi dapat masuk dan sirkulasi udara cukup baik. Sebaiknya memilih lokasi yang agak rindang dan terhalangi oleh bangunan atau tembok lain agar angin tidak berhembus langsung ke dalam kandang. Penyucihamaan kandang dan peralatannya dilakukan secara teratur sebagai usaha biosecurity dengan menggunakan desinfektan yang tepat dan tidak membahayakan bagi ternak itu sendiri. Banyak pilihan jenis desinfektan yang ditawarkan oleh berbagai produsen pembuatan obat. Ukuran kandang: tidak ada ukuran standar kandang yang ideal, akan tetapi ada anjuran sebaiknya lebar kandang antara 4-8 m dan panjang kandang tidak lebih dari 70 m. Yang perlu mendapat perhatian adalah daya tampung atau kapasitas kandang. Tiap meter persegi sebaiknya diisi antara 45-55 ekor DOC ayam kampung sampai umur 2 minggu, kemudian jumlahnya dikurangi sesuai dengan bertambahnya umur ayam. Bentuk kandang yang dianjurkan adalah bentuk postal dengan lantai yang dilapisi litter yang terdiri dari campuran sekam, serbuk gergaji dan kapur setebal ± 15 cm. Model atap monitor yang terdiri dari dua sisi dengan bagian puncaknya ada lubang sebagai ventilasi dan bahan atap menggunakan genteng atau asbes. Pemeliharaan ayam kampung di bagi dalam dua fase yaitu fase starter (umur 1-4 minggu) dan fase finisher (umur 5-8 minggu). Pada fase starter biasanya digunakan kandang bok (dengan pemanas) bisa bok khusus atau juga kandang postal yang diberi pagar. Suhu dalam kandang bok biasanya berkisar antara 30-32°C. Pada fase finisher digunakan kandang ren atau postal seperti model pemeliharaan ayam broiler.
D. MANAJEMEN PEMELIHARAAN
Manajemen atau tatalaksana pemeliharaan memegang peranan tertinggi dalam keberhasilan suatu usaha peternakan yaitu sekitar 40%. Bibit berkualitas serta pakan yang berkualitas belum tentu memberikan jaminan keberhasilan suatu usaha apabila manajemen pemeliharaan yang diterapkan tidak tepat. Sistem pemeliharaan pada ayam kampung bisa dilakukan dengan 3 cara yaitu :
- Ekstensif /tradisional (diumbar), tanpa ada kontrol pakan dan kesehatan
- Semi intensif (disediakan kandang dengan halaman berpagar), ada kontrol pakan dan kesehatan ternak akan tetapi tidak ketat
- Intensif (dikandangkan seperti ayam ras), ada kontrol pakan dan kesehatan dengan ketat
E. PENGENDALIAN PENYAKIT
Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan tindakan antara lain :
- Menjaga sanitasi lingkungan kandang, peralatan kandang dan manusianya
- Pemberian pakan yang fresh dan sesuai kebutuhan ternak
- Melakukan vaksinasi secara teratur
- Pemilihan lokasi peternakan di daerah yang bebas penyakit
- Manajemen pemeliharaan yang baik
- Kontrol terhadap binatang lain.
Anonim, 2011. Cara Beternak Ayam Kampung Pedaging. Arsip Berita. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang. Jatim
Iskandar, S., 2010. Usaha Tani Ayam Kampung. Balai Penelitian Ternak Ciawi. Bogor. Jateng.
Pramudyati, Y. Suci, 2009. Petunjuk Teknis Beternak Ayam Buras. Gtz Merang Reed Pilot Project Bekerjasama Dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (Bptp) Sumatera Selatan. Sumatera