page hit counter -->

LAPORAN PRAKTIKUM ABATOIR

Konsumsi daging di masyarakat masih sangat tinggi meskipun harga daging tinggi, apalagi di saat hari raya permintaan daging akan meningkat oleh sebab itu pasar daging masih berpotensi cerah dan sampai kapanpun daging masih dikonsumsi meski persentase kebutuhan tidak terlalu tinggi. Pada saat ini pemenuhan kebutuhan daging berasal dari peternak-peternak tradisional yang juga dipelihara secara tradisional. Biasanya peternak-peternak ini berternak sampai ternaknya siap untuk dipotong yang kemudian dijual ke RPH (Rumah Potong Hewan) di kota tersebut untuk selanjutnya dilaksanakan pemotongan yang pada akhirnya hasil-hasil potongan ini dijual ke pasaran. Untuk itu peran RPH sangat berarti bagi kebutuhan konsumsi daging masyarakat.
Kegiatan pemotongan hewan potong diadakan di rumah potong hewan, adapun arti dari rumah potong hewan (RPH) ialah suatu bangunan dengan desain tertentu yang digunakan sebagai tempat memotong hewan selain unggas bagi konsumsi masyarakat luas. Usaha pemotongan hewan merupakan usaha kegiatan yang dilakukan perseorangan atau badan hukum yang melakukan pemotongan hewan di rumah pemotongan hewan milik sendiri atau pihak lain atau menjual jasa pemotongan hewan.
Pemotongan hewan potong adalah kegiatan untuk menghasilkan daging yang terdiri dari ante mortem (pemeriksaan kesehatan sebelum menyembelih, penyembelihan, penyelesaian penyembelihan dan pemeriksaan post mortem (pemeriksaan kesehatan setelah menyembelih), yang termasuk hewan potong adalah sapi, domba, kambing, kerbau, kuda. Karkas adalah bagian hewan potong yang disembelih setelah kepala dan kaki dipisahkan, dikuliti, dan isi rongga perut dan dada dikeluarkan.
Pemotongan atau penyembelihan ternak yang dilakukan di RPH harus dapat memenuhi beberapa syarat yang sesuai dengan peraturan yang berlaku dan juga untuk memenuhi daging yang ASUH (Aman, Sehat, Utuh dan Halal) agar dapat memenuhi kebutuhan, keamanan dan kesehatan pangan masyarakat veteriner. Tempat pemotongan merupakan tempat dimana kita dapat melihat teknik pemotongan dan cara perlakuan sebelum dan sesudah ternak disembelih atau dipotong.
Sapi, kambing/domba dan babi merupakan sumber protein yang dapat   dikonsumsi dan dimanfaatkan hasilnya. Daging adalah salah satu produk yang diambil dari hewan-hewan tersebut, dimana di dalamnya mengandung protein yang berasal dari hewan atau yang biasa disebut dengan protein hewani. Untuk memperoleh daging, sebelumnya dilakukan penyembelihan terlebih dahulu yang kemudian diperoleh hasil yang diinginkan serta hasil ikutan lainnya yang juga dapat dimanfaatkan. Proses penyembelihan juga melalui cara-cara yang telah ditetapkan.
B.     Tujuan Praktikum
1.    Pemotongan Sapi
a. Agar mahasiswa dapat mengetahui, membedakan dan melaksanakan proses pengistirahatan ternak, penyembelihan ternak, pemotongan kepala dan kaki, pengulitan, eviserasi, prosesing kepala dan jeroan, dan pemotongan karkas.
b.    Agar mahasiswa dapat mengetahui peralatan yang digunakan pada proses pemotongan sapi
c.    Agar mahasiswa dapat mengetahui daerah pemasaran dari hasil pemotongan sapi di Surakarta
2.    Pemotongan Kambing/Domba
a. Agar mahasiswa dapat mengetahui, membedakan dan melaksanakan proses pengistirahatan ternak, penyembelihan ternak, pemotongan kepala dan kaki, pengulitan, eviserasi, prosesing kepala dan jeroan, dan pemotongan karkas.
b.    Agar mahasiswa dapat mengetahui peralatan yang digunakan pada proses pemotongan kambing/domba
c.    Agar mahasiswa dapat mengetahui daerah pemasaran dari hasil pemotongan kambing/domba di Surakarta
3.    Pemotongan Babi
a. Agar mahasiswa dapat mengetahui, membedakan dan melaksanakan proses pengistirahatan ternak, penyembelihan ternak, pemotongan kepala dan kaki, pengulitan, eviserasi, prosesing kepala dan jeroan, dan pemotongan karkas.
b.    Agar mahasiswa dapat mengetahui peralatan yang digunakan pada proses pemotongan babi
c.    Agar mahasiswa dapat mengetahui daerah pemasaran dari hasil pemotongan babi di Surakarta
C.    Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Abatoar dan Teknik Pemotongan Ternak ini dilaksanakan pada :
1.      Pemotongan sapi dilaksanakan pada hari Rabu 24 Oktober 2012 pukul 02.00-04.00 di RPH Jagalan, Surakarta.
2.    Pemotongan kambing/domba dilaksanakan pada hari Selasa 23 Oktober 2012 pukul 02.00-04.00 di RPH Pasar Kliwon, Surakarta.
3.    Pemotongan babi dilaksanakan pada hari Rabu 24 Oktober 2012 pukul 04.00-05.30 di Rumah Potong Babi Jagalan, Surakarta.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.    Pemotongan Sapi
Metode pelaksanaan pemotongan ternak yang berlaku di Indonesia ada dua cara yaitu dengan pemingsanan dan tanpa pemingsanan. Metode dengan pemingsanan biasanya dilakukan oleh RPH modern dan besar dan sebelum dilakukan pemotongan terlebih dahulu diadakan pemingsanan agar ternak tidak stress dan aman bagi pemotong. Untuk metode tanpa pemingsanan biasanya dilakukan di rumah potong tradisional, penyembelihan dengan cara ini ternak direbahkan dengan paksa dengan tali yang diikatkan pada kaki-kaki ternak yang dihubungkan dengan ring-ring besi pada rumah potong tradisional, dengan menarik tali-tali ternak akan roboh. Perlakuan ini akan menyebabkan ternak merasa sakit karena masih sadar (Kartasudjana, 2001).   
Semua sapi yang akan dipersiapkan untuk dipotong harus diperlakukan dengan baik. Sapi ditempatkan di tempat tertentu yang cukup tenang. Sapi harus diberi kesempatan beristirahat yang cukup. Sapi yang datang dari luar daerah yang jauh harus diistirahatkan terlebih dahulu agar tidak tertekan. Sapi yang mengalami perlakuan kasar akan mengakibatkan goncangan yang berat. Sapi juga harus memperoleh jaminan makanan dan minuman (Sugeng, 2003).
Tahapan prose ante mortem adalah tahapan yang menyangkut pemeriksaan kesehatan, berat badan, jenis kelamin dan umur ternak yang akan dipotong. Pemeriksaan kesehatan ternak bertujuam melindungi konsumen dari adanya penyakit menular. Sebelum dipotong, ternak dipuasakan terlebih dahulu. Pemuasaan ternak sekitar 12 – 24 jam, agar ternak mengeluarkan sebagian kotoran dan darah secara tuntas. Tahapan proses post mortem adalah tahapan yang menyangkut proses pemeriksaan, pelayuan, pendinginan, dan pengangkutan karkas (Murtidjo, 1993).
Berdasarkan sistem HACCP maka dikenali ada empat kendali titik kritis selama proses penyembelihan di RPH yaitu pelepasan kulit, pengeluaran jeroan, pemisahan tulang dan pendinginan. Titik kendali kritis ini harus dapat dikendalikan untuk menekan pencemaran mikroba pada daging. Selama proses penyembelihan di RPH disarankan para pekerja menggunakan dua pisau dengan cara bergantian salah satu pisau direndam dalam air panas >82o C untuk menghindari pencemaran silang (Bolton el al, 2001).
Kemungkinan sapi mati setelah proses stunning itu ada, hal ini terlihat darah keluar yang keluar tidak merah segar akan tetapi bervariasi dari merah ke coklat kehitaman, dan keluar darahnya juga tidak selancar dan sebanyak sapi yang disembelih tanpa di stunning. Ada yang menjelaskan ini tergantung dari teknik stunningnya, akan tetapi mengingat ketahanan setiap hewan bervariasi besar maka resiko kematian sesudah stunning dan sebelum pemotongan masih besar (Apriyantono, 2004). 
B.       Pemotongan Kambing / Domba
Menurut Soeparno (1998), yang menyatakan bahwa syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam penyembelihan ternak adalah 1) ternak sehat, harus berdasarkan pemeriksaan dokter hewan yang berwenang; 2) ternak tidak dalam kondisi lelah atau habis dipekerjakan; 3) ternak sudah tidak produktif lagi atau tidak dipergunakan sebagai bibit.
Metode penyembelihan ada dua, yaitu metode konvensional dan dengan metode modern, yaitu dengan menggunakan stunning gun. Penggunaan stunning gun dapat merusak otak dan kerusakannya menyebar ke daging. Selain itu penggunaan kejutan juga dapat menghentikan detak jantung. Kualitas daging yang didapatkan kurang higienis karena darah tidak keluar secara optimal akibat berhentinya detak jantung (Anonim, 2007).
Penyembelihan hewan dilakukan dengan proses sebagai berikut:                 
1.      Penyembelihan dilakukan pada saat hewan masih sehat dan hidup
2.      Sebaiknya binatang yang akan disembelih disenang-senangkan dulu, tidak stress dan ditempatkan di tempat penampungan dalam waktu beberapa jam (tidak langsung turun dari kendaraan)
3.      Proses penyembelihan hewan dilakukan dengan memotong tiga saluran, yaitu : saluran pernafasan, saluran pencernaan dan pembuluh darah nadi.
4.       Pada saat menyembelih hewan, sebelumnya berdoalah
5.      Sebaiknya pemotong melakukan proses penyembelihan dengan menghadap kiblat
6.      Proses pemotongan hanya dilakukan dalam satu kali pengerjaan, tidak bisa diulang-ulang jika salah satu saluran tersebut belum terputus
7.      Binatang harus benar-benar sudah dalam keadaan mati sebelum dilakukan proses lanjutan (pemberian air panas, penghilangan bulu, pembongkaran karkas, dll),
Pada pemotongan hewan untuk dimanfaatkan produknya sebagai makanan maka tidak boleh meninggalkan residu apapun pada produk uang ada. Hewan yang dipotong harus diklasifikasikan lagi yaitu ternak yang sudah tidak produktif. Pemotongan betina produktif menjadi ilegal karena melanggar undang-undang yang berlaku jadi harus benar-benar yang sudah tidak bisa menjalani fungsi utama agat bisa lebih bermanfaat di akhir hidupnya (Setiatin, 2004).
Karkas adalah tubuh ternak yang telah disembelih dan dipisahkan kepala, keempat kaki, kulit, darah, dan alat-alat jerohannya, sedangkan dressing percentage atau persentasi karkas adalah perbandingan berat karkas dengan bobot hidup waktu disembelih dikalikan dengan 100%. Karkas pada kambing domba dapat dibagi menjadi karkas kiri (karkas bagian tubuh sebelah kiri) dan karkas kanan (karkas bagian tubuh sebelah kanan) (Santosa, 2004).
C.    Pemotongan Babi
Pada babi, pemotongannya memiliki perbedaan yang menonjol, perbedaan tersebut adalah tidak dilakukan penyembelihan, karkas tidak dikuliti dan adanya proses pengerokan bulu. Pada proses pemotongan babi ada proses penyeduhan untuk memudahkan pengerokan bulu. Rendaman karkas dari pemotongan babi cukup tinggi yaitu 60-70% karena bagian kulitnya tetap menempel bersama karkas. Penyimpanan dan pematangan daging babi diperlukan untuk menghasilkan mutu daging yang tinggi. Di samping RPB harus terpisah RPH lain tempat penangannya juga harus terpisah satu sama lain (Anonim, 2009).
Sebelum disembelih, seharusnya ternak diistirahatkan agar tida stres dan kelelahan, bila ternak tersebut mengalami kelelahan setelah mengalami perjalanan jauh maka bisa berdampak pada daging. Daging ternak yang mengalami kelelahan bercirikan warna gelap, tekstur keras kering, memiliki pH tinggi, daya mengikat air tinggi, peristiwa tersebut dinamakan daging Dark Firm Dry (DFD). Yang kemudian terjadi perubahan dalam fisik kimia maupun sensori (Wulf et al, 2002).  
Pembatasan atau pengontrolan pemberian pakan pada babi grower dan finisher sudah biasa dilakukan di Eropa. Alasan utama pembatasan ini adalah harga karkas yang tergantung dari tebal lemak punggung yang berlebihan. Keuntungan lain dari pembatasan ini adalah efisiensi penggunaan makanan dan mengurangi banyaknya makanan yang terbuang. Hasil pemotongan ternak dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian karkas dan bagian bukan karkas. Bagian karkas mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi, sesuai dengan tujuan pemotongan ternak yaitu untuk mendapatkan daging. Ada beberapa persyaratan untuk memperoleh hasil pemotongan yang baik, yaitu: (1) ternak harus tidak diperlakukan secara kasar, (2) ternak harus tidak mengalami stress, (3) penyembelihan dan pengeluaran darah harus secepat dan sesempurna mungkin, (4) kerusakan karkas harus minimal, dan cara pemotongan harus (5) higienis, (6) ekonomis, (7) aman bagi pekerja abatoar (rumah tempat pemotongan hewan) (Sinaga, 2009).
Cara-cara pengeluaran darah :
1.     Dilakukan dengan cara memotong pembuluh darah di leher atau menusukkan pisau ke jantung. Gunakan pisau yang sangat tajam agar tidak menyiksa hewan.
2.     Darah dari tubuh hewan yang dipotong sebaiknya dikeluarkan sebanyak mungkin.
3.     Jika darah dari hewan potong tidak dikeluarkan sebanyak mungkin, maka darah tersebut akan tertahan di dalam daging atau daging masih mengandung banyak darah.Jika daging masih banyak mengandung darah, maka daging tersebut cepat sekali menjadi busuk. Daging busuk mengandung banyak kuman, tidak bergizi dan terdapat bau yang tidak sedap (Anonim, 2003).
Pemeriksaan sebelum penyembelihan (ante mortem) dilakukan paling lama 24 jam sebelum disembelih yang bertujuan agar hanya hewan yang sehat saja yang disembelih. pemingsanan dapat merusak otak dan kerusakannya menyebar ke daging. Selain itu pemingsanan dengan penggunaan kejutan juga dapat menghentikan detak jantung sehingga kualitas daging yang didapatkan kurang higienis karena darah tidak keluar secara optimal akibat berhentinya detak jantung (Anonim, 2007).
III. MATERI DAN METODE
A.    Pemotongan Sapi
1.      Materi
a.   RPH Jagalan Surakarta
b.  Sapi peranakan Simpo
2.      Metode
a.   Meminta ijin terlebih dahulu kepada petugas yang ada di RPH sapi tersebut dengan didampingi oleh assisten.
b.  Mengamati cara penanganan prosesing pemotongan dari ternak sapi yang datang, pengistirahatan, persiapan penyembelihan, pemotongan kepala dan kaki, pengulitan, eviserasi, prosesing kepala dan jeroan dan pemotongan karkas.
c.   Mengamati bagaimana cara penanganan limbah yang meliputi penampungan darah, pembuangan isi rumen dan penanganan kulit sapi.
d.  Mengamati peralatan yang digunakan pada prosesing pemotongan ternak sapi dan bagaimana cara penggunaannya.
e.   Membuat laporan sementara dari hasil yang telah diamati dan meminta pengesahan dari assisten.
B.     Pemotongan Kambing/Domba
1.      Materi
a.   RPH Pasar Kliwon Surakarta
b.  Kambing kacang, domba ekor gemuk, domba ekor tipis
2.      Metode
a.   Meminta ijin terlebih dahulu kepada petugas yang ada di RPH domba/kambing dengan didampingi oleh asisten.
b.  Mengamati cara penanganan prosesing pemotongan dari ternak kambing/domba, pengistirahatan, persiapan penyembelihan, penyembelihan, pemotongan kepala dan kaki, pengulitan, eviserasi, prosesing kepala dan jeroan dan pemotongan karkas.
c.       Mengamati cara penanganan limbah yang meliputi penampungan darah, pembuangan isi rumen, penanganan kulit, dan peralatan yang digunakan pada prosesing pemotongan kambing/domba dan bagaimana cara pengunaannya.
d.    Membuat laporan sementara dari hasil yang telah diamati dan meminta pengesahan dari assisten.
C.    Pemotongan Babi
1.      Materi
a.    RPH Jagalan Surakarta
b.  Babi landrace dan yorkshire
2.      Metode
a.   Meminta ijin terlebih dahulu kepada petugas yang ada di RPH babi tersebut dengan didampingi oleh assisten.
b.  Mengamati cara penanganan prosesing pemotongan dari ternak babi yang datang, pengistirahatan, persiapan penyembelihan, pemotongan kepala dan kaki, pengulitan, eviserasi, prosesing kepala dan jeroan dan pemotongan karkas.
c.   Mengamati cara penanganan limbah yang meliputi penampungan darah, pembuangan isi rumen dan penanganan sisa scalding.
d.  Mengamati peralatan yang akan digunakan dalam prosesing pemotongan ternak babi dan bagaimana cara penggunaannya.
e.   Membuat laporan sementara dari hasil yang telah diamati dan meminta pengesahan dari assisten.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Pemotongan Sapi
1.      Hasil Pengamatan
a.    Cara pengistirahatan/pemuasaan
Sapi yang masuk di RPH untuk dipotong, dimasukkan kedalam kandang minimal 11-24 jam untuk diistirahatkan kemudian dilakukan pemeriksaan ante mortem. Pemuasaan tidak dilakukan tetapi di beri pakan dan minum dalam jumlah yang sedikit.
b.   Cara Pemingsanan
Sebelum dipotong tidak dilakukan pemingsanan karena kurang efisien dan biaya yang tidak mencukupi untuk penanganan.
c.    Cara Penyembelihan
Penyembelihan diawali dengan pengikatan kaki belakang pada tiang kemudian kaki kiri depan dan belakang diikat. Tali pengikat kaki belakang ditarik sehingga sapi terjatuh dilantai. Kemudian setelah ternak terjatuh langsung dilakukan penyembelihan oleh jagal. Penyembelihan dengan memotong saluran pernapasan, saluran makanan, vena jugularis dan arteri karotid.
d.   Cara Pengulitan
Pengulitan dilakukan seketika setelah ternak telah dipotong, walaupun ternak belum sepenuhnya mati. Untuk satu ekor sapi ada beberapa orang yang menangani, sehingga ada yang menguliti dimulai dari leher, dan ada yang memulai dari kaki bagian bawah. Pengulitan dimulai dari leher sampai bagian punggung dan yang terakhir pada bagian ekor yang disertai dengan pemotongan ekor. Setelah selesai pengulitan, kulit dilipat dan disimpan.
e.       Cara Eviserasi
Eviserasi dilakukan setelah penyembelihan dan pengulitan yaitu  dengan cara menarik kaki bagian belakang dengan alat pengikat hingga posisi kepala berada atau menghadap ke bawah. Pengeluaran bagian dalam dimulai dengan membelah rongga dada sampai pada abdominal, kemudian pengeluaran jantung, ginjal, paru-paru dan hati. Sedangkan pada daerah abdominal dibelah dan mengeluarkan rumen.
f.       Cara Karkasing
Karkasing dilakukan setelah proses eviserasi selesai. Pada saat  karkasing, dipisahkan seperempat bagian depan dimulai dari paha depan dan seperempat bagian belakang dilakukan antara rusuk 12 dan 13.. Badan dibagi menjadi dua bagian, yaitu tulang punggung dan ekor diambil kemudian daging dipisahkan dari tulang dan kepala, setelah itu dilakukan penimbangan karkas. 
g.      Cara Pelayuan
RPH Jagalah tidak melakukan proses pelayuan, karena ternak yang telah  melakukan proses pemotongan sampai karkasing akan segera diambil oleh pedagang-pedagang untuk langsung dijual.
h.      Cara penanganan kepala dan kaki
Penganganan yang dilakukan pada kepala yaitu memisahkan kulit-kulit yang ada pada bagian kepala dan selanjutnya pada kaki depan dipotong terlebih dahulu kemudian siap dipasarkan.
i.        Cara penanganan darah
Penanganan pada darah sapi adalah dengan menampung darah di dalam wadah yang diberi air dan garam, darah yang telah ditampung dibiarkan menjendal atau koagulasi. Tujuan pemberian garam yaitu untuk mempercepat proses penggumpalan. Dipotong dadu supaya memudahkan untuk penjualan, biasanya ada pedagang langsung yang datang untuk mengambilnya sendiri dan dijual langsung diantarkan kepada konsumen harga per kilonya mencapai Rp. 3.000,-
j.        Cara penanganan isi rumen
Penanganan rumen sebelum pencucian dilakukan post mortem apabila jerohan tersebut layak untuk di konsumsi maka rumen tempatkan dalam kereta dorong kemudian dibawa ketempat pembersihan, dan disemprot dengan air.
k.      Peralatan yang digunakan:
- Pisau                                                       - Ember          
                  - Kapak                                                     - Bak penampung darah
                  - Katrol                                                      - Alat penggantung    
                  - Selang air                                                - Timbangan
                  - Tali                                                          - Tangga
                   - kereta dorong
2.   Pembahasan
a.       Cara Pengistirahatan
Di RPH Jagalan sebelum dilakukan pemotongan, sapi-sapi tersebut diistirahatkan dalam kandang namun tanpa dilakukan pemuasaan. Pengistirahatan ternak bertujuan agar ketika disembelih darah dapat keluar sebanyak mungkin dan ternak tidak mengalami stress. Pengistirahatan di RPH Jagalan dilakukan selama 12 jam, pengistirahatan selama 12 jam ini sudah cukup untuk mengurang stress pada ternak sehingga pada saat pemotongan, darah dapat keluar dengan lancar.
Selama pengistirahatan dilakukan pemeriksaan ante mortem yaitu pemeriksaan penyakit dan abnormalitas pada ternak sebelum dipotong biasanya dilihat dari fisiknya erhadap hama dan penyakit, pernafasan dan pemeriksaan feses. Umumnya penyakit yang menyerang adalah cacing. Pemuasaan pada ternak sebelum dipotong di RPH Jagalan tidak dilakukan. Ternak masih diberi pakan tetapi porsi pemberiannya dikurangi, hal ini bertujuan agar bobot badan sapi tidak susut terlalu banyak.
b.      Cara Pemingsanan
Pemingsanan (Stunning) pada sapi tidak dilakukan di RPH Jagalan. Sebab jika dilakukan pemingsanan terlebih dahulu dapat menyebabkan daging yang dihasilkan dari sapi yang disembelih tadi akan berwarna gelap karena ternak terkejut terkena alat pemingsan. Hal ini sangat bertentangan dengan teori yang menyebutkan bahwa pemingsanan dilaksanakan dengan alasan untuk keamanan, menghilangkan rasa sakit sesedikit mungkin pada ternak selain itu juga memudahkan penyembelihan dan kualitas kulit dan karkas yang dihasilkan lebih baik.
c.       Cara Penyembelihan
Sebelum dilakukan penyembelihan, sapi terlebih dahulu direbahkan ke arah barat dengan mengikat keempat kaki dan moncongnya, hal ini dilakukan untuk mempermudah proses penyembelihan dan keamanan dalam melaksanakan proses penyembelihan  karena di RPH ini pemingsanan pada sapi tidak dilakukan. Kemudian penyembelihan dilakukan dengan meletakkan pisau pada leher dan memotong pembuluh arteri karoted dan vena jugularis. Cara penyembelihan sudah sesuai dengan teori, yaitu penyembelihan dilaksanakan dengan memotong kerongkongan,  jalan pernapasan dan dua urat darah pada leher. Selanjutnya dilakukan penyembelihan dengan posisi ternak yang menggantung, sehingga menyebabkan darah keluar dengan sempurna.
d.      Cara Pengulitan
Pengulitan dilakukan di lantai yang diawali dengan membuka kulit pada masing-masing pergelangan kaki kaki kemudian dilanjutkan dengan menyayat dan membuka kulit pada daerah dada dan perut dengan menggunakan pisau pengulitan. Setelah itu sedikit demi sedikit sapi ditarik sambil dilakukan pengulitan pada bagian punggung sampai selesai dan kemudian sapi digantung. Metode ini telah sesuai dengan teori yang ada yaitu, pengulitan dimulai setelah dilakukan pemotongan kepala dan keempat kaki bagian bawah. Pengulitan di RPH Jagalan dilakukan oleh beberapa orang jadi ada yang memulai dari kaki bawah dan ada yang mulai dari leher.
e.       Cara Eviserasi
Eviserasi merupakan pengeluaran organ dalam dengan membelah rongga dada sampai abdominal dengan menggunakan kapak, setelah terbelah maka dikeluarkan saluran pernapasan dan saluran pencernaan. Tujuan dari eviserasi adalah  mengeluarkan organ pencernaan (rumen, intestinum, hati, empedu) dan isi rongga dada (jantung, esophagus, paru dan trachea). Eviserasi di RPH Jagalan dilakukan setelah pengulitan selesai yaitu dengan cara sapi digantung dengan posisi kedua kaki belakang diatas kemudian eviserasi dilakukan dengan cara membelah rongga dada dan rongga perut dengan membuat sayatan sepanjang ventral tengah abdominal, lalu  mengeluarkan rongga perut yang terdiri dari intestinum, mesentrium, rumen dan bagian lain dari lambung, hati, empedu dan kandung kemih, diafragma dibuka dan kemudian mengeluarkan rongga dada yang terdiri dari jantung, paru dan trakea.
f.    Karkasing
Langkah-langkah karkasing yang dilakukan di RPH Jagalan sudah sesuai dengan teori yang ada yaitu pembelahan dilaksanakan dengan membagi karkas menjadi dua bagian sebelah kanan dan kiri dengan menggunakan gergaji tepat pada garis tengah punggung. Karkas dirapikan dengan melakukan pemotongan pada bagian – bagian yang kurang bermanfaat dan ditimbang untuk memperoleh berat karkas segar.
Untuk mendapatkan karkas yang berkualitas baik, maka karkas disemprot dengan air tekanan tinggi dan dilanjutkan dengan dicuci air hangat yang dicampur garam, dan dibungkus dengan kain putih untuk merapikan lemak subkutan.
g.    Cara Pelayuan
Tujuan dari pelayuan adalah untuk mengurangi suhu daging dan mendinginkan  serta mempermudah proses grading (penilaian kualitas karkas). Di RPH jJagalan tidak dilakukan pelayuan, sebab daging yang telah dipotong langsung dibeli konsumen dan dipasarkan. Namun sebaiknya dilakukan pelayuan pada suhu 280 sampai 320 F pada ruang pendingin selam 12 sampai 24 jam agar panas tubuhnya dapat berkurang. Karkas kemudian dimasukkan dalam ruang pendingin dengan suhu 320 sampai 340F untuk penyimpanan berikutnya.
h.      Penanganan kepala dan kaki
Penanganannya ialah kepala dan kaki dilakukan pengerokan bulu dan pembersihan pada kedua bagian tersebut, setelah bersih kepala dan kaki bisa langsung dijual atau ditampung oleh pedagang khusus.
i.        Penanganan darah
Darah ditampung pada tempat penampung darah yang diberi garam dan air, tujuannya agar darah cepat membeku dan terhindar dari mikrobia, setelah membeku darah dipasarkan sesuai pesanan. Ditinjau dari kesehatan, penanganan darah untuk dikonsumsi sangat tidak dibenarkan sebab darah merupakan media untuk pertumbuhan dan perkembangan bakteri. Jadi darah merupakan limbah.
j.        Penanganan isi rumen
Setelah isi rumen dikeluarkan dari rongga perut maka selanjutnya ditaruh ke kereta dorong yang selanjutnya dilakuan pembersihan dengan air bertekanan tinggi. Rumen dibawa ke tempat pembersihan jeroan. Isi rumen dikeluarkan dan dialirkan ke penampungan untuk disaring oleh penyaring. Setelah disaring, akan disalurkan ke sungai-sungai.   
k.   Peralatan yang digunakan                        
Peralatan yang digunakan pada pemotongan sapi di RPH Jagalan adalah:
1.      Pisau tajam yang digunakan untuk menyembelih sapi
2.      Kapak yang digunakan untuk membelah tubuh sapi menjadi dua pada bagian garis punggung.
3.      Ember digunakan untuk menampung ait yang digunakan untuk membersihkan peralatan yang digunakan untuk menyembelih.
4.      Bak penampung darah yang digunakan untuk menampung darah pada saat penyembelihan berlangsung dan untuk pembuatan saren.
5.      Alat penggantung yang digunakan untuk menggantung sapi pada saat pengeluaran jerohan dan karkasing.
6.      Selang air digunakan untuk membersihkan lantai dan membersihkan isi rumen.
7.      Tali yang digunakan untuk mengikat kaki dan moncong pada saat penyembelihan.
8.      Timbangan yang digunakan untuk menimbang karkas yang telah dihasilkan.
9.      Gerobak dorong yang digunakan untuk mengangkut jeroan isi rongga dada dan juga isi rongga perut
10.  Tangga digunakan untuk alat bantu dalam menyembelih agar terjadi kesamaan posisi antara sapi yang disembelih dengan penyembelih
11.  Katrol digunakan untuk mengatrol/membantu mengangkat alat penggantung
B.     Pemotongan Kambing/Domba
1.  Hasil Pengamatan
a.       Cara Pengistirahatan
Ternak ditempatkan pada kandang pengistirahatan, tidak diberi makan atau dipuasakan kurang lebih selama 16 jam.
b.      Cara Pemingsanan
Pemingsanan pada kambing/domba tidak dilakukan
c.       Cara Penyembelihan
Penyembelihan pada kambing dilakukan oleh satu orang kambing di rebahkan pada saluran air dan di potong bagian leher pada pangkal dada, setelah selesai pemotongan kepala di patahkan dan dijepitkan pada saluran air dengan tujuan supaya kambing/domba tidak meronta-ronta kemana-mana
d.      Cara Pengulitan
Pengulitan dilakukan setelah proses penyembelihan berakhir. Kambing yang telah selesai disembelih diikat kaki belakangnya, kemudian kaki belakang digantungkan pada pengait, digantung dengan posisi kepala menghadap ke bawah, kemudian disayat pada bagian keempat kaki, dan dilanjutkan dengan sayatan pada bagian dada sampai pada punggung dengan menggunakan tangan dan sedikit batuang dengan pisau.
e.       Cara Eviserasi
Eviserasi dilakukan setelah kambing selesai dikuliti yaitu dengan membelah rongga perut dan rongga dada dan mengambil semua isi rongga dada dan rongga perut, dilakukan pemeriksaan pada organ-organ dalamnya dan apabila layak untuk dikonsumsi maka langsung dibersihkan dan siap untuk dijual.
f.       Cara Karkasing
Karkasing dilakukan setelah semua isi rumen dikeluarkan dan dipisahkan, cara karkasing yaitu dengan memotong bagian shank depan sampai pada bagian bahu, memotong dada dan leher, kemudian memotong loin dan daging pada punggung. Tulang rusuk dipotong dan dipisahkan sendiri, sebelum itu dilakukan pemotongan bagian kaki depan terlebih dahulu dan digantungkan, daging yang telah dipotong kecil sebagian dimasukan ke lemari pendinging dan sebagian langsung di jual di depan RPH
g.      Cara Pelayuan
Pelayuan pada daging kambing/domba tidak dilakukan .
h.      Cara Penanganan Kepala dan Kaki
Penanganan Kepala yaitu dengan merendam dalam air panas kurang lebih lima menit kemudian dilakukan pengerokan, tanpa membuka terlebih dahulu isi kepalanya (otak).
i.        Cara Penanganan Darah
Darah penyembelihan lagsung dialirkan ke bak penampungan dan tidak dilakukan penanganan seperti di RPH sapi.
j.        Cara Penanganan Isi Rumen
Rumen dipisahkan dari karkas kemudian dilakukan pemisahan isi rumen dengan karkas saat eviserasi, kemudian rumen dibagi menjadi dua bagian rumen hijau dan merah, stelah dipisahkan  dibersihkan dan apabila layak di konsumsi selanjutnya dijual.
k.      Peralatan Yang Digunakan
Pisau pemotong, ember, alat pengasah, alat penggantung, keranjang tempat karkas, dan timbangan
2.      Pembahasan
a.       Cara pengistirahatan
Sebelum dilakukan pemotongan kambing, RPH pasar kliwon melakukan pengistirahatan yang dilakukan dengan cara kambing-kambing yang baru datang di tampung dalam kandang penampungan yang dikategorikan berdasarkan nama pemilik dan dipuasakan selama 12-24 jam. Tujuan dari pengistirahatan adalah agar kambing tidak mengalami stress sehingga pada saat disembelih darah dapat mengalir sempurna dan menghasilkan karkas yang bermutu baik. Sedangkan pemuasaan adalah bertujuan agar pada saat disembelih tidak ada aktivitas dalam saluran pencernaan yang menghasilkan sisa pencernaan berupa feses yang dapat menjadi sarana perkembangbiakan bakteri. Pada saat proses pengistirahatan ini dilakukan pemeriksaan antemortem yang dilakukan oleh petugas dinas peternakan Surakarta. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya kambing yang terserang penyakit yang berbahaya dan membahayakan konsumen bila dikonsumsi. Pemeriksaan sebelum penyembelihan (ante mortem) dilakukan paling lama 24 jam sebelum disembelih yang bertujuan agar hanya hewan yang sehat saja yang disembelih.
b.      Cara pemingsanan
Pada pemotongan kambing tidak dilakukan pemingsanan, karena pemingsanan dilakukan pada hewan besar yang bertujuan agar mempermudah dalam pelaksanaan penyembelihan dan untuk keamanan. Pemingsanan dapat merusak otak dan kerusakannya menyebar ke daging. Selain itu pemingsanan dengan penggunaan kejutan juga dapat menghentikan detak jantung sehingga kualitas daging yang didapatkan kurang higienis karena darah tidak keluar secara optimal akibat berhentinya detak jantung.
c.       Cara penyembelihan
Penyembelihan dilakukan dengan cara konvensional dengan merebahkan kambing kemudian memotong leher pada pangkal dada agar darah lebih cepat keluar dan kambing cepat mati. Pemotongan dilakukan dengan memotong saluran makanan, saluran pernapasan, vena jugularis dan arteri karotid.  Pada saat penyembelihan kambing harus setenang mungkin, kemudian kepala ditekan dengan satu tangan, dan tangan lain mengarahkan ujung pisau pada tenggorokan dibelakang rahang. Dengan satu gerakan mata pisau memotong pembuluh darah leher (urat nadi) dan darah terpancar keluar .
Kambing yang dipotong harus putus saluran kerongkongan (Oesophagus) saluran pernafasan (Trachea) dan saluran urat darah nadi. Pengikatan oesophagus/kerongkongan, secepatnya setelah pemotongan hewan untuk menghindari keluarnya isi rumen mengotori daging.
d.      Cara pengulitan
Cara pengulitan yang dilakukan di RPH pasar Kliwon adalah dengan kambing digantung dengan kepala di bawah, kemudian di sayat pada bagian keempat kaki, dan dilanjutkan dengan sayatan pada bagian dada sampai pada punggung. Pengulitan pada kambing/domba dilakukan dengan cara :
1.      Kambing/domba digantung, kemudian perut ditoreh dan dibuka dengan ujung pisau yang tajam dan jangan sampai lapisan selaput tipis yang terletak di bawah kulit tidak sobek atau berlubang
2.      Dari leher hingga ujung leher dilukai dengan pisau, lalu kulit kepala dikelupas. Kemudian kepala dipotong putus agar terpisah dari badan kambing.
3.      Potong kulit ke arah tulang dada, lalu kulit ditarik ke arah tulang dada dan leher. Dengan sebilah pisau pisahkan tulang dada
4.      Dalam keadaan tergantung, kulit dikelupas dengan cara menekankan kepalan tangan antara kulit dan dada, setelah itu antara kulit dan perut
5.      Dari bahu bagian depan kulit ditarik ke bawah dan dari pertengahan tulang dada ke bawah dan menekankannya ke belakang dengan mempergunakan kepalan tangan maka seluruh kulit pun akan jatuh
e.       Cara eviserasi
Cara eviserasi yang dilakukan dengan membelah rongga perut dan rongga dada dan mengambil semua isi rongga dada dan rongga perut. Eviserasi dimulai dengan menyayat pada bagian pelana, yaitu bagian di atas lubang pengeluaran sampai dada dengan hati-hati agar tidak memotong intestinum.
Pembedahan isi perut dimulai dari poros usus dubur. Poros usus dekat dubur diikat dengan tali yang kuat. Kemudian potong batang tenggorokan, lalu bagian sekat rongga dada. Dengan demikian semua isi rongga perut dan dada kambing jatuh bersamaan. Potongan organ bagian dalam ini selanjutnya dibersihkan di tempat lain. Bersihkan rongga perut dari sisa-sisa pembuluh darahnya, kemudian karkas digantung.
f.       Karkasing
Karkasing merupakan proses pemotongan bagian-bagian tubuh dari kambing. Karkasing dilakukan dengan memotong bagian shank depan sampai pada bagian bahu, memotong dada dan leher, kemudian memotong loin dan daging pada punggung. Potongan primal karkas dari kambing/domba terdiri dari neck (leher), shoulder (bahu), shank depan, breast (dada), flank paha, rack (rusuk) dan loin.
Menurut Anonim (2000) deboning (pemisahan daging dan tulang) sebaiknya menggunakan meja potong atau dapat pula dilakukan tetap dalam keadaan tergantung atau ditempat teduh yang dialasi plastik bersih dan dipotong-potong sesuai dengan yang diinginkan. Daging segera dipisahkan dengan jeroan atau organ-organ lain. Jeroan dan organ-organ lain dipotong pada tempat yang terpisah dengan tempat pemotongan daging dan segera dibungkus.
g.      Pelayuan
Di RPH pasar Kliwon pelayuan tidak dilakukan. Hal ini disebabkan karena setelah penyembelihan daging dan semua produk hasil penyembelihan langsung di ambil oleh pedagang atau konsumen langsung.
h.      Penanganan kepala dan kaki
Penanganan kepala dan kaki dilakukan dengan dilakukan pengerokan bulu pada bagian kepala dan kaki yang sebelumnya dilakukan perendaman air panas kurang lebih 5 menit untuk mempermudah pengerokan. Perendaman air panas tidak boleh terlalu lama karena akan menyebabkan kulit yang melekat pada kepala dan kaki terkelupas. Setelah itu kepala dan kaki langsung di ambil pedagang atau konsumen sesuai pesanan.
i.        Cara penanganan darah
Di RPH pasar Kliwon tidak dilakukan penanganan darah seperti pada pemotongan sapi. Hal ini disebabkan karena tidak ada yang membutuhkan darah kambing. Darah hasil penyembelihan langsung dibuang ke saluran air.
j.        Penanganan isi rumen
Seperti pada darah bahwa isi rumen hasil penyembelihan tidak dilakukan pengolahan. Isi rumen langsung dibuang ke tempat penampungan limbah.
k.       Peralatan yang digunakan 
Peralatan yang digunakan adalah pisau tajam untuk memotong kambing dan untuk menguliti, ember sebagai tempat air untuk mencuci tangan dan mencuci karkas, alat pengasah pisau digunakan untuk mengasah pisau apabila ketajamannya berkurang, alat penggantung untuk menggantung kambing setelah disembelih dan mempermudah dalam proses eviserasi, pengulitan serta karkasing, keranjang sebagai tempat karkas, dan timbangan untuk menimbang karkas setelah selesai karkasing. Untuk penanganan jeroan diperlukan peralatan berupa selang air yang digunakan untuk memompa air ke dalam jeroan terutama usus sehingga kotoran yang berada di dalam usus dapat keluar semua. Selain itu juga diperlukan pisau yang digunakan untuk menusuk usus yang berisi air tadi agar air di dalam usus dapat keluar semua.
C.    Pemotongan Babi
1.      Hasil Pengamatan
a.       Cara Pengistirahatan/Pemuasaan
Pengistirahatan dilakukan selama selama 12-24 jam tanpa dilakukan pemuasaan, untuk mengosongkan isi perut
b.      Cara Pemingsanan
Pemingsanan tidak dilakukan.
c.       Cara Penyembelihan
Penyembelihan pada babi dilakuan oleh 3-4 orang kemudian kedua kaki belakang dan kaki depan diikat pada bambu yang sudah di sisipkan diantara tubuhnya. Setelah itu diangkat ke atas meja dan selanjutnya dilakukan penusukan dari leher ke arah jantung. Diperkirakan kurang dari 3 menit babi sudah mati.
d.      Cara Pengulitan
Pengulitan babi tidak dilakukan tetapi pengerokan, babi dimasukkan dalam bak yang berisi air panas dengan suhu 40-60oC kemudian dilakukan pengerokan bulu jadi tidak dilakukan pengulitan karena kulit babi memiliki jaringan lemak yang sangat tebal dan harganya mahal.
e.       Cara Eviserasi
Eviserasi dilakukan setelah babi dikerok, kepala dipotong kemudian ditaruh di lantai dan dilakukan eviserasi dengan membelah rongga dada dan mengeluarkan ginjal, jantung, paru-paru, serta membelah abdominal untuk mengeluarkan saluran pencernaan.
f.       Cara Karkasing
Karkasing dilakukan setelah dieviserasi, kepala dipotong dan dipisahkan dengan bagian karkas. Babi yang telah digantung dipotong menjadi 2 bagian sama kemudian diambil lemak abdominal dan dipisahkan rusuk dan kulitnya. Kaki babi termasuk juga dalam karkas
g.      Cara Pelayunan
Pelayuan pada RPH babi tidak dilayukan
h.      Cara Penangangan Kepala dan Kaki
Penanganan Kepala dan Kaki yaitu setelah penusukan pada bagian jantung, kepala langsung dipotong kemudian dibersihkan dan dibawa oleh pembeli secara langsung. Tetapi kaki dimasukan dalam bagian karkas
i.        Cara Penanganan Darah
Darah ditampung dalam ember setelah menjendal dijual kepada konsumen.
j.        Cara Penanganan Isi Rumen
Rumen dipisahkan dari karkas dibersihkan dan dicuci setelah dicek apabila layak untuk dikonsumsi.
k.      Peralatan Yang Digunakan
Ember, bak air panas, pisau, alat penggantung, bambu, tong plastik untuk tempat karkas, selang air, sapu.
2.      Pembahasan
a.       Cara pengistirahatan
Pada RPH Babi di Jagalan, babi yang akan dipotong diistirahatkan 12-24 jam sebelum disembelih. Hewan harus dipuasakan tetapi diberi minum untuk mengurangi jumlah makanan yang tidak tercerna dan tinja di dalam saluran pencernaan dan memperbaiki daya simpan daging, Babi pada RPH diistirahatkan dalam kandang-kandang per kepemilikan. Pengistirahatan pada babi digunakan untuk mempermudah eviserasi dan mengurangi migrasi bakteri dari gastrointestinal ke darah yang berlanjut ke karkas.
b.      Pemingsanan
Penyembelihan babi kebanyakan secara tidak langsung yaitu dengan pemingsanan-pemingsanan misalnya menggunakan sengatan aliran listrik, yaitu dengan cara meletakkan alat yang mirip penjepit yang diletakkan di belakang telinga dengan voltase rendah sekitar 70 volt atau lebih. Sebelum dilakukan pemingsanan, babi terlebih dahulu disiram air pada badan babi agar bersih dan listrik mudah menjalar,  pada RPH babi Jagalan tidak dilakukan pemingsanan. Ini bertujuan agar darah yang keluar dapat sempurna dan untuk menghemat biaya.
c.       Penyembelihan
Proses penyembelihan babi pada RPH Jagalan yaitu 3-4 orang memegang babi dan seorang yang melakukan penyembelihan dengan cara menusukkan pisau pada bagian leher ke arah pembuluh-pembuluh darah besar dan jantung di dekat ujung anterior sternum sehingga darah dapat keluar sempurna.
d.      Pengulitan
Proses pengulitan tidak dilakukan pada babi. Hal ini disebabkan lemak subkutan pada babi banyak dan harganya mahal jika dijual, sehingga dilakukan pengerokan bulu. Pengerokan bulu dilakukan setelah disiram dengan air hangat dengan suhu 600-700 C agar tidak terjadi perlunakan daging yang akan menurunkan kualitas daging.
e.       Eviserasi
Setelah pengerokan bulu selesai, penanganan selanjutnya yaitu eviserasi. Eviserasi adalah pengeluaran organ dalam yang meliputi isi abdominal (visceral) dan isi rongga dada (pluck) dilaksanakan oleh seorang pekerja. Penyayatan dilakukan pada bagian leher menembus dada, memotong intestinum dan mengikuti garis tengah badan (garis tipis putih pada tengah dada) sampai diantara dua paha (pertemuan dua tulang paha) dan memotong bagian lambung, intestinum, hati dan empedu untuk mengeluarkan organ visceral dan perlemakan yang menempel pada rongga perut selanjutnya membran diafragma disayat dan dibuka sehingga memudahkan untuk mengambil isi rongga dada.
f.       Karkasing
Proses selanjutnya yaitu karkasing. Karkas dipotong-potong menjadi 2 bagian yang sama dengan cara digantung dan diambil lemak abdominal dan dipisahkan rusuk dan kulitnya. Potongan primal karkas babi adalah paha (ham), loin, bahu boston (butt), bahu picnic, perut (bacon), bagian belly, rusuk (space rib), rahang (fowl). Daging yang sudah dalam bentuk potongan langsung dibawa pemiliknya untuk dijual. Daging tersebut tidak dilakukan pelayunan karena langsung dibawa oleh pemilik daging untuk dipasarkan. Seharusnya setelah daging karkasing, dilihat atau dilakukan pemeriksaan post mortem untuk melihat daging yang berkualitas dan tidak terkontaminasi bakteri.
g.      Pelayuan
Di RPH jagalan daging babi tidak dilakukan pelayuan karena setelah penyembelihan selesai daging babi langsung dipasarkan, dan sebagian ada yang langsung di ambil oleh pedagang dan konsumen sesuai dengan pesanan.
h.      Penanganan Kepala dan Kaki
Cara penanganan kepala dan kaki yaitu dengan cara dikerok untuk membersihkan bulu, kemudian kepala dan kaki yang sudah dikerok dan dibersihkan tersebut dibawa oleh pembelinya.
i.        Penanganan darah
Untuk darah ditampung di dalam ember. Darah harus ditampung, karena nilai potensinya sebagai makanan ternak dan karena jika tidak ditampung darah tersebut menyumbat saluran-saluran dan sangat sulit membuangnya tanpa adanya saluran pembuangan yang besar.
Seperti pada pemotongan sapi, darah babi di tampung pada bak penampungan darah yang telah berisi air dan garam untuk mempercepat pembekuan dan menghindari kontaminasi bakteri, kemudian setelah membeku dijual.
j.        Penanganan isi rumen
Seperti pada pemotongan sapi, isi rumen babi di tampung untuk disaring, selanjutnya disalurkan ke sungai-sungai.
k.       Peralatan yang digunakan
Peralatan yang digunakan adalah ember yang digunakan sebagai tempat air untuk mencuci jeroan, bak air panas yang digunakan untuk menampung air panas yang digunakan untuk menyiram tubuh babi pada waktu pengerokan bulu, bamboo yang digunakan sebagai tempat untuk mempermudah penyembelihan pada babi, pisau yang digunakan untuk proses penyembelihan dan karkasing, alat penggantung yang digunakan untuk menggantung babi agar mempermudah eviserasi, tong plastik yang digunakan sebagai tempat karkas, ember sebagai tempat penampung darah, sapu digunakan untuk membersihkan lantai dari limbah-limbah potongan, selang air untuk menyiram lantai dari sisa limbah pemotongan.
V.  KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
  1. Pemotongan Sapi
a.       Sebelum dilakukan pemotongan, sapi diistirahatkan selama 12-24 jam tanpa diberi makan tetapi diberi minum kemudian dilakukan penyembelihan tanpa pemingsanan.
b.      Pengulitannya secara manual. Setelah selesai pengulitan dilakukan eviserasi, karkasing dan dilayukan hanya sebentar.
c.       Darah dimanfaatkan untuk pembuatan tahu darah (Saren).
d.      Penanganan pemotongan pada sapi tidak memerlukan banyak air dan setelah penyembelihan prosesing dilaksanakan dengan cara menggantung hewan ternak.
2.      Pemotongan Kambing/Domba
a.       Sebelum dilakukan pemotongan domba/kambing diistirahatkan selama minimal 12jam dengan tujuan agar domba/kambing tidak stress dan menghasilkan daging yang padat.
b.      Kambing dan domba disembelih pada bagian leher dekat kepala dengan memotong vena jugularis dan arteri karotid.
c   Kambing dan domba disembelih pada bagian leher dekat kepala dengan memotong vena jugularis dan arteri karotid.
d.   Darah dan isi rumen tidak dimanfaatkan tetapi dibuang ke saluran air dan penampung limbah
3.      Pemotongan Babi
a.       Pada babi tidak dilakukan pengulitan tetapi dilakukan pengerokan bulu dengan menggunakan air hangat.
b.      Pemotongan babi dilakukan dengan cara menusuk pada bagian jantung.  Sebelum dilakukan penusukan babi diistirahatkan selama 12-24 jam.
B.       Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan adalah sedapat mungkin praktikan bisa praktik secara langsung dan tidak hanya melihat proses pemotongan dan penyembelihan ternak saja, agar praktikan memiliki pengalaman secara langsung.
DAFTAR PUSTAKA
______. 2003. Tata Cara Memilih dan Memotong Hewan Qurban. http://www.jakarta.go.id/bjaya/bj50j.htm. Diakses pada 30 Oktober 2012.
______. 2007. Hak Asasi Hewan. http://www.cahya.wordpress.com/2007/01/03/hakasasihewan/+cara+penyembelihan+kambing. Diakses pada 30 Oktober 2012.
Apriyantono, A. 2004. Tanya Jawab Soal Halal. Kairul Bayan. Jakarta.
Bolton,. D.J,. Doherty, A.., dan Sherudda, J.J., 2001.  Beef HACCP: Intervention and Non-intervention system. Int. J. Food. Microbiol 66:119-129.
Murtidjo, B. A. 1993. Ternak Sapi Potong. Kanisius, Yogyakarta
Santosa Undang. 2004. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Setiatin, E.T. 2004. Euthanasia: Tinjauan Etik pada Hewan. Makalah Pribadi Pengantar ke Falsafah Sains. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. (dipostkan 20 Desember 2004) (diakses 23 Desember 2010).
Sinaga, S. 2009. Ternak Babi. Saulandsinaga.blogspot.com (dipostkan 01 Juli 2009) (diakses 24 Desember 2010 pukul 14:31 WIB).
Soeparno. 1998. Ilmu dan Teknologi Daging cetakan ketiga. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Sugeng, Bambang. Y. 2003. Sapi Potong Pemeliharaan, Perbaikan Produksi, Prospek Bisnis, Analisis Penggemukan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Wulf,. D.M., R.S. Emnett., J.M.Leheska., S.J.Moeller.2002. Relationships among glycolytic potential, dark cutting (dar, firm and dry) beef and cooked beef palatability. J. Animal Sci. 80:1895-1903.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel