page hit counter -->

MANAJEMEN KESEHATAN PADA TERNAK

Manajemen kesehatan ternak dapat diartikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian faktor-faktor produksi melalui optimalisasi sumberdaya yang dimilikinya agar produktivitas ternak dapat dimaksimalkan, kesehatan ternak dapat dioptimalkan dan kesehatan produk hasil ternak memiliki kualitas kesehatan sesuai dengan standar yang diinginkan. Manajemen kesehatan ternak harus melalui suatu proses yaitu suatu cara yang sistematis untuk menjalankan suatu pekerjaan. Penyakit merupakan salah satu hambatan yang perlu diatasi dalam usaha ternak. Melalui penerapan manajemen kesehatan ternak yang dilakukan secara berkelanjutan, diharapkan dampak negatif dari penyakit ternak dapat diminimalkan. Penyakit-penyakit yang dijadikan prioritas untuk diatasi adalah penyakit parasiter, terutama skabies dan parasit saluran pencernaan (nematodiasis). Sementara itu, untuk penyakit bakterial terutama anthrax, pink eye, dan pneumonia. Penyakit viral yang penting adalah orf, dan penyakit lainnya (penyakit non infeksius) yang perlu diperhatikan adalah penyakit diare pada anak ternak, timpani (kembung rumen) dan keracunan sianida dari tanaman. Pengendalian penyakit parasit secara berkesinambungan (sustainable parasite controle) perlu diterapkan agar infestasi parasit selalu di bawah ambang yang dapat mengganggu produktivitas ternak. Vaksinasi terhadap penyakit Anthrax (terutama untuk daerah endemis anthrax), dan orf merupakan tindakan preventif yang dianjurkan.
Masalah kesehatan ternak juga dapat disebabkan oleh tidak cukupnya nutrisi yang masuk ke dalam tubuh ternak. Ternak tidak akan tumbuh maksimal bila pakan kurang baik atau kurang menerima nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan air yang tidak seimbang. Tidak cukupnya nutrisi dapat mengakibatkan penyakit seperti grass tetany, milk fever, ketosis, white muscle dissease. Selain itu pakan yang kurang akan menimbulkan masalah parasit, gangguan pencernaan, kegagalan reproduksi dan penurunan produksi.

Penanganan kesehatan merupakan salah satu hal yang memiliki peranan penting dalam memperoleh pejantan yang sehat. Selain itu ternak juga penting untuk diperiksa, agar dapat mendeteksi infeksi penyakit-penyakit tertentu. Penyakit pada masing-masing jenis juga berbeda, misalnya pada sapi Bali yang paling umum adalah Jembrana (Gregory, 1983). Adapun upaya  yang dilakukan untuk menjaga kesehatan ternak meliputi tindakan karantina, pemeriksaan kesehatan harian, penanganan kesehatan hewan, pemotongan kuku, desinfeksi kandang, kontrol ektoparasit, pemberian vaksin, pemberian obat cacing, biosecurity maupun otopsi.
1.   Tindakan Karantina
Ternak yang baru tiba di lokasi peternakan tidak langsung ditempatkan pada kandang/ tempat pemeliharaan permanent, tetapi tempatkan dahulu pada kandang sementara untuk proses adaptasi yang memerlukan waktu sekitar beberapa minggu. Dalam proses adaptasi ternak diamati terhadap penyakit cacing (dengan memeriksa fesesnya), penyakit orf, pink eye, kudis, diare, dan sebagainya. Apabila positif terhadap penyakit tertentu segera diobati dan lakukan isolasi. Dalam adaptasi ini juga termasuk adaptasi terhadap jenis pakan yang akan digunakan dalam usaha ternak kambing. Pada adaptasi ini biasanya harus disiapkan berbagai obat-obatan untuk mengantisipasi terhadap kemungkinan timbulnya berbagai penyakit. Setelah 7-21 hari ternak dalam keadaan sehat, maka siap untuk dipindahkan dalam kandang utama
Tujuan dari karantina adalah untuk memastikan ternak yang baru datang dari luar wilayah peternakan terbebas dari penyakit. Kandang karantina harus terletak jauh dari lokasi perkandangan ternak pejantan yang lain, hal ini bertujuan untuk menghindari penularan penyakit oleh ternak yang baru di datangkan.

2.   Pemeriksaan Kesehatan Harian
Pengamatan kesehatan harian dilakukan setiap hari yaitu pada pagi dan sore hari. Pengamatan kesehatan harian ini bertujuan untuk memantau kondisi kesehatan ternak dan mengetahui ada tidaknya abnormalitas pada ternak sehingga jika ditemukan ternak yang sakit atau mengalami kelainan dapat segera ditangani. Pada pagi hari pemeriksaan kesehatan hewan dilakukan sebelum kandang dibersihkan. Sedangkan pada sore hari, pemeriksaan dilakukan sesudah sapi diberi makan.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat melakukan pemeriksaan kesehatan harian antara lain nafsu makan dari ternak, mengamati keadaan sekitar ternak (mengamati feses, urin, dan keadaan sekitar kandang apakah terdapat bercak-bercak darah atau tidak), mengamati keadaan tubuh ternak normal atau tidak (bisa dilihat dari hidung, kejernihan mata, telinga dan bulu ternak), mengamati cara ternak berdiri atau bergerak, ada tidaknya luka atau pembengkakan serta ada atau tidaknya eksudat pada luka. Kondisi feses feses yang tidak normal (encer) mengindikasiakan adanya kelainan atau suatu penyakit pada sistem pencernannya. Adanya pengamatan kesehatan harian diharapkan abnormalitas yang ada dapat ditangani sesegera mungkin dan apabila ada pejantan yang sakit dapat segera diobati. Saat pengamatan kesehatan harian juga dilakukan recording atau pencatatan abnormalitas yang terjadi sehingga terdapat data yang lengkap mengenai riwayat penyakit yang pernah di alami oleh pejantan.

3.   Penanganan Kesehatan Hewan
Penanganan kesehatan hewan bertujuan untuk melakukan pemeriksaan dan penanganan medis pada pejantan yang sakit sehingga pejantan yang sakit secepatnya dapat ditangani sesuai dengan gejala klinis yang timbul. Penanganan kesehatan hewan dilakukan saat ditemukan adanya kelainan atau gejala klinis yang terlihat pada hewan setelah dilakukan pengontrolan rutin.
a.   Pemeriksaan Klinis
Ternak yang terlihat menunjukkan adanya gejala klinis maka akan dilakukan pemeriksaan klinis. Pemeriksaan klinis tersebut dilakukan Sebelum pengobatan. Pemeriksaan klinis dapat dilakukan didalam dan diluar kandang (di kandang jepit). Pemeriksaan klinis meliputi :
1) Pengukuran suhu tubuh melalui rektum dengan cara memasukkan thermometer kedalam rektum dan dibiarkan selama 3 menit, kemudian dibaca suhunya.
2)  Pengukuran pulsus dilakukan dengan menggunakan stetoskop.
3) Pengukuran frekuensi pernafasan dan lapang paru-paru untuk mengetahui apakah frekuensi pernafasan hewan normal atau tidak.
4)  Palpasi dilakukan dengan sentuhan atau rabaan pada bagian yang akan diperiksa apakah normal atau tidak.
b.   Pengobatan 
     Pengobatan dilakukan apabila telah ditemukan ternak yang di diagnosa sakit berdasarkan pengamatan harian. Pengobatan ternak dilakukan sesuai diagnosa yang telah ditentukan, dengan dosis obat yang telah diperhitungkan sesuai kebutuhan ternak tersebut. Ternak yang sakit diistirahatkan di kandang karantina hingga dinyatakan sehat oleh bagian kesehatan hewan.
c.   Pemberian Vitamin
Pemberian vitamin pada ternak dilakukan secara rutin sebulan sekali. Vitamin yang diberikan antara lain adalah vitamin A, D, dan E. Pemberian vitamin dilakukan untuk menjaga kondisi kesehatan ternak sehingga produkstifitasnya terjaga.

4.   Pemotongan Kuku
Pemotongan kuku pada setiap ternak umumnya dilakukan secara rutin yaitu setiap 6 bulan sekali. Tetapi apabila ditemukan masalah seperti ternak yang kukunya sudah panjang atau antara kuku luar dan dalam panjangnya tidak seimbang maka pemotongan kuku dapat dilakukan sewaktu-waktu sesuai kondisi ternak tersebut. Kegiatan ini bertujuan untuk mengembalikan posisi normal kuku, membersihkan kotoran pada celah kuku, menghindari pincang, mempermudah pada saat penampungan dan deteksi dini terhadap laminitis dan kemungkinan terjadinya infeksi pada kuku.
Kuku harus mendapat perhatian terutama pada ternak yang selalu berada di dalam kandang. Hal ini dapat menyebabkan kuku menjadi lebih lunak karena sering terkena feses dan urine serta luka akibat terperosok dalam selokan pembuang kotoran yang menyebabkan infeksi busuk kuku. Biasanya ternak yang berada di kandang dengan lantai karpet pertumbuhan kukunya lebih cepat dibandingkan dengan ternak yang berada di kandang berlantai semen. Hal ini karena setiap hari ternak berpijak pada permukaan lantai yang kasar, sehingga kuku sedikit demi sedikit akan terkikis dengan sendirinya. Alat-alat yang digunakan adalah mesin potong kuku, kama gata teito (pisau pemotong kuku), rennet, gerinda, mistar ukur, dan tali hirauci. Bahan dan obat-obatan yang diperlukan adalah perban, kapas, Providon iodine, Gusanex, antibdiotik, antiinflamasi, dan salep. Langkah-langkah dalam pemotongan kuku yaitu sebagai berikut :
a.    Siapkan peralatan untuk memotong kuku kemudian atur tali pada mesin potong kuku.
b.    Keluarkan ternak dari kandang, pastikan ternak sudah dimandikan dan diberi pakan.
c.   Ternak dimasukkan kedalam mesin potong kuku yang bentuknya seperti kandang jepit kemudian ternak di restrain dengan tali penompang tubuh sapi dibagian tengah, depan dan belakang tubuh sapi yang sudah dikaitkan pada mesin potong kuku dengan cara melingkarkan tali pada bagian perut dan dada kemudian dikencangkan.
d.   Kemudian tekan tombol hidrolik untuk mengangkat sapi ke atas meja dan dibaringkan terlebih dahulu. Proses pengangkatan tubuh sapi menggunakan sistem hidrolik dengan 2 buah silinder sehingga proses pengangkatan lebih halus dan lebih bertenaga.
e.     Setelah itu ikat kaki ternak dengan tali pada tiang mesin potong kuku yang terangkat tadi. Perlu diperhatikan bahwa pada saat pemotongan kuku sebaiknya ternak ditali dengan model Halter (tali kepala) yang ditambat kuat, sedangkan tali nose ring ditambat sedikit longgar. Tujuannya supaya apabila ternak berontak maka hidungnya tidak terluka atau bahkan terputus.
f.    Ukur panjang kuku ternak dengan mistar ukur, setelah dicatat kemudian bersihkan  kotoran-kotoran atau batu pada kuku. Setelah itu kuku diberi desinfektan dan dibersihkan lagi menggunakan sikat.
g.    Selanjutnya Buatlah pola dengan gerinda.
h.    Gerakan tangan memotong kuku ternak adalah mengiris, yaitu kama ditarik vertikal dari atas ke bawah, bukan mencabik. Lakukan pemotongan menurut garis pola yang sudah dibuat secara rata sampai kedua belah kuku betul-betul simetris dan rata.
i.     Apabila ada cekungan pada kuku, bersihkan menggunakan rennet.
PEMOTONGAN KUKU TERNAK

j.     Bila dinding kuku masih terlihat tebal, gunakan gerinda atau alat kikir hingga 0,5 cm dari batas garis putih.
k.    Setelah selesai, panjang kuku diukur dengan mistar dan dicatat kembali kemudian kaki ternak dan tali hirauchi dilepas
l.   Mendipping ternak pada cairan desinfektan yang tersedia di depan tempat potong kuku, kemudian ternak dibawa kembali ke kandang.
m.   Mesin potong kuku yang telah selesai dipakai kemudian di sanitasi agar mesin tetap terawat dan terjaga kebersihannya.    

5.   Desinfeksi Kandang
Desinfeksi kandang dilakukan setiap dua kali dalam sebulan dengan menggunakan sprayer yang telah terisi larutan desinfektan dan disemprotkan ke seluruh lantai, dinding, palungan dan halaman kandang. Tujuan dari desinfeksi kandang adalah untuk mengendalikan populasi mikroorganisme yang berpotensi menimbulkan penyakit sehingga merugikan kesehatan ternak. Kegiatan desinfeksi dapat menggunakan desinfektan Bestadest dengan dosis 2,5 s/d 5 ml/liter (untuk 4m2) atau Benzaklin dengan dosis 60 ml/10 liter air disemprotkan keseluruh lantai, dinding, halaman kandang, dan kuku pejantan.
desinfeksi kandang
6.   Kontrol Ektoparasit
Ektoparasit adalah parasit yang hidupnya menumpang pada bagian luar atxau permukaan tubuh inangnya, seperti berbagai jenis serangga (lalat, dll) serta jenis akari (caplak, tungau dll). Keberadaan ektoparasit akan mengakibatkan ternak merasa tidak nyaman, sehingga nafsu makan ternak menurun dan akan berdampak pada kualitas produk ternak. oleh karena itu penyemprotan anti ektoparasit sangat penting dalam agenda pencegahan penyakit. Penyemprotan anti ektoparasit merupakan suatu tindakan pengendalian terhadap parasit-parasit dari luar tubuh yang dapat mengganggu kesehatan ternak. Ektoparasit dapat menyebabkan stres pada pejantan, serta dapat bertindak sebagai vektor mekanik maupun biologis penyakit hewan.
Penyemprotan anti ektoparasit dilakukan secara rutin setiap sebulan sekali menggunakan sunschin dengan obat anti ektoparasit cyperkiller 25 WP (25% Cypermethrin dengan dosis 30 gr/50 liter air) dan disemprotkan ke bagian tubuh ternak, seperti bagian perut, pantat, kaki dan punggung. Penyemprotan anti ektoparasit dilakukan sebaiknya tidak mencemari pakan, tempat pakan, dan air minum. Cypermethrin adalah piretroid sintetis yang digunakan untuk keperluan rumah tangga. Ini berperan sebagai neurotoksin cepat bertindak pada serangga. Dalam hal ini mudah terdegradasi di tanah dan tanaman. Cypermethrin sangat beracun untuk ikan, lebah dan serangga air, menurut National Pestisida Jaringan Telekomunikasi (NPTN). Cypermethrin banyak ditemukan dalam pembunuh semut, dan pembunuh kecoa, termasuk Raid dan kapur semut.
Anti ektoparasit lain yang digunakan untuk ternak adalah gusanex. Cara pemakaiannya yaitu dengan menyemprotkan gusanex pada bagian tubuh ternak yang mengalami luka. Tujuannya agar luka tersebut segera kering dan tidak dihinggapi oleh lalat yang selanjutnya akan menjadi tempat berkembangnya telur lalat dan ektoparasit lainnya.
PENYEMPROTAN EKTOPARASIT
7.   Biosecurity
Menurut Winkel (1997) biosekurity merupakan suatu sistem untuk mencegah penyakit baik klinis maupun subklinis, yang berarti sistem untuk mengoptimalkan produksi ternak secara keseluruhan, dan merupakan bagian untuk mensejahterakan hewan (animal welfare). Biosecurity adalah semua tindakan yang merupakan pertahanan pertama untuk pengendalian wabah dan dilakukan untuk mencegah semua kemungkinan kontak/ penularan dengan peternakan tertular dan penyebaran penyakit (Dwicipto, 2010) .
Biosecurity merupakan tindakan perlindungan terhadap ternak dari berbagai bibit penyakit (bakteri dan virus) melalui pengamanan terhadap lingkungannya dan orang atau individu yang terlibat dalam siklus pemeliharaan yang dimaksud. Tujuannya yaitu supaya bibit penyakit (bakteri dan virus) yang terbawa dari luar tidak menyebar dan menginfeksi ternak. Tindakan biosecurity meliputi :
a.     Lokasi peternakan harus terbebas dari gangguan binatang liar yang dapat merugikan.
b.   Melakukan desinfeksi dan penyemprotan insektisida terhadap serangga, lalat, nyamuk, kumbang, belalang disetiap kandang secara berkala.
c.    Setiap kendaraan yang akan masuk ke areal peternakan harus melewati bak biosecurity dan disemprot, yang mana cairan yang digunakan adalah cairan desinfektan (lysol).
d.    Setiap petugas yang akan masuk ke kandang diharuskan mencelupkan sepatu boot ke dalam bak biosecurity yaitu wadah berisi desinfektan yang sudah disediakan.
e.     Segera mengeluarkan ternak yang mati untuk diotopsi lalu dikubur atau dimusnahkan.
f.     Selain petugas dilarang memasuki areal kandang.
g.    Membatasi kendaraan yang masuk ke areal kandang.
h.   Meyediakan kendaraan khusus bagi tamu yang berkunjung, contohnya seperti kereta biosecurity.
i.     Untuk aktivitas di dalam laboratorium harus menggunakan pakaian khusus berupa jas dan alas kaki khusus untuk laboratorium

8.   Pemberian Obat Cacing
Pemberian obat cacing secara per oral dan dilakukan terhadap seluruh ternak setiap pergantian musim. Ternaki yang mengidap parasit cacing sulit diprediksi bila dilihat dari kondisi fisiknya sehingga untuk mengantisipasi terjadinya infeksi dan berkembang biaknya cacing dalam tubuh ternak maka diperlukan pemberian obat cacing. Dosis yang diberikan terhadap ternak ialah menurut berat badannya. Pemberian obat cacing dilakukan terhadap seluruh ternak setiap 6 bulan sekali. Obat cacing yang digunakan adalah Albendazole dengan dosis 1 ml/10 kg berat badan ternak.

9.   Otopsi
Bila terjadi kasus kematian ternak maka dilakukan otopsi atau bedah bangkai pada hari yang sama. Setelah itu dilakukan patologi anatomi, diambil potongan kubus 1 cm pada organ yang terjadi kelainan, kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang berisi larutan formalin 10%. Sampel tersebut kemudian dikirim ke laboratorium untuk pemeriksaan lebih lanjut, baru kemudian dilakukan pencatatan atau laporan mortilitas ternak.

KESIMPULAN
Berdasarkan uraian-uraian tersebut, sistem manajemen kesehatan ternak merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sistem usaha agribisnis. Upaya  yang dilakukan untuk menjaga kesehatan ternak meliputi tindakan karantina, pemeriksaan kesehatan harian, penanganan kesehatan hewan, pemotongan kuku, desinfeksi kandang, kontrol ektoparasit, pemberian vaksin, pemberian obat cacing, biosecurity maupun otopsi.
Tahap karantina ternak untuk menjamin bahwa ternak kambing yang akan dipelihara lebih lanjut telah benar-benar aman dari penyakit yang kemungkinan terbawa dari daerah asal. Tahap pemeliharaan sendiri sangat menentukan produktivitas ternak berkaitan dengan gangguan kesehatan. Oleh karena itu pencegahan dan pengendalian terhadap penyakit-penyakit ternak tertentu harus selalu mendapat perhatian terutama penyakit skabies dan cacingan untuk golongan penyakit parasiter dengan menerapkan kontrol penyakit secara berkesinambungan.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel