page hit counter -->

LAPORAN KIMIA SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

Berdasarkan hukum Raoult, sifat koligatif larutan adalah sifat suatu larutan yang tidak dipengaruhi oleh jenis zat tersebut tetapi dipengaruhi oleh konsentrasinya. Jika dalam suatu zat pelarut dimasukkan zat lain yang tidak mudah menguap (non volatile) maka tenaga bebas pelarut tersebut akan turun. Penurunan tenaga bebas ini menurunkan hasrat zat pelarut untuk berubah menjadi fase uapnya sehingga tekanan uap pelarut dalam larutan akan menjadi rendah bila dibandingkan dengan tekanan uap pelarut yang sama dalam keadaan murni.

Penurunan tekanan uap merupakan selisih antara tekanan uap larutan dengan tekanan uap pelarut. Kenaikan titik didih merupakan selisih antara titik didih larutan dengan titik didih pelarut, titik didih adalah suhu pada saat tekanan uap jenuh cairan itu sama dengan tekanan luar. Osmosis merupakan peristiwa suatu pelarut murni ke suatu larutan atau bergeraknya suatu pelarut dari larutan yang lebih encer ke larutan yang lebih pekat melalui membran semi permeable. Kehidupan kita sehari-hari, kita pasti selalu menggunakan larutan, misalnya larutan ketika kita membuat minuman dengan gula ataupun sirup.

Berdasarkan sifat larutan yang dimiliki, larutan dapat digolongkan menjadi larutan elektrolit dan larutan non elektrolit. Perbedaan dari kedua larutan tersebut yaitu pada larutan elektrolit terdapat ion positif (kation) dan ion negatif (anion), dalam larutan non elektrolit tidak terdapat ion-ion tersebut. Yang termasuk dalam larutan elektrolit yaitu: asam, basa dan garam. Sedangkan yang termasuk non elektrolit contohnya adalah gula.
1. Tujuan Praktikum
Praktikum dari Sifat Koligatif Larutan bertujuan untuk :
a. Menentukan perubahan titik didih larutan
b. Menentukan BM zat non volatile.
2. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum kimia dasar acara ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 9 November 2011 pukul 13.00 – 14.40 WIB bertempat di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

A. Tinjauan Pustaka

Terdapat empat sifat yang berhubungan dengan larutan encer, atau kira-kira pada larutan yang lebih pekat, yang tergantung pada jumlah partikel terlarut yang ada. Jadi, sifat-sifat tersebut tidak tergantung pada jenis terlarut. Keempat sifat tersebut ialah penurunan tekanan uap, peningkatan titik didih, penurunan titik beku dan tekanan osmotic yang semuanya dinamakan sifat-sifat koligatif (Petrucci, 1995).

Sifat-sifat koligatif larutan dipengaruhi oleh zat itu berinteraksi pada tingkat molekul. Bila suatu zat terlarut dilarutkan dalam suatu pelarut, sifat larutan itu berbeda dari pelarut murni. Sejauh mana sifat suatu larutan berubah jika dibandingkan dengan sifat pelarut murni dinyatakan dalam hukum koligatif. Hukum tersebut berbunyi bahwa selisih tekanan uap, titik beku dan titik didih larutan dengan tekanan uap, titik beku dan titik didih pelarut murni berbanding langsung dengan konsentrasi molal zat terlarut (Keenan et al., 1990).

Apabila suatu zat terlarut yang bersifat non-volatile ditambahkan kedalam suatu pelarut murni, maka akan menurunkan hasrat zat terlarut untuk berubah menjadi fase uapnya. Karena terjadi penurunan tekanan uap dari pelarut, maka larutan akan mendidih pada suhu yang lebih tinggi (Anonim, 1995).
Suhu dimana larutan mendidih selalu lebih tinggi dari titik didih pelarut murni jika zat pelarutitu relatif tidak menguap. Dalam larutan encer, kenaikan titik didih berbanding lurus dengan banyaknya molekul zat terlarut di dalam massa tertentu pelarut (Rosenberg, 1992).

Istilah koligatif diambil dari bahasa Latin colligare (mengumpulkan). Artinya sifat-sifat ini ditentukan oleh kumpulan partikel zat terlarut. Penelitian terhadap sifat-sifat koligatif dipelopori oleh Francois Marie Raoult (1830-1901) dari Perancis pada tahun 1870-an. Sifat–sifat fisika larutan yang bergantung pada jumlah partikel zat terlarut dan tidak bergantung pada jenis zat terlarut disebut sifat koligatif larutan (Chang, 1998).

Zat terlarut dalam air (pelarut murni) akan menyebabkan titik didih larutan lebih tinggi dari titik didih air (pelarut). Terjadinya kenaikan titik didih disebabkan larutan membutuhkan temperatur tinggi agar tekanan uapnya kembali sama dengan tekanan uap pelarut murni. Jadi, kenaikan titik didih larutan sebanding dengan jumlah mol zat terlarut ( Prautami, 1998).

B. Alat, Bahan dan Cara Kerja
Alat
a. Waterbath
b. Tabung reaksi
c. Termometer
d. Neraca analitik
e. Pengaduk
f. Penjepit 

Bahan
a. Urea
b. Aquadest

Cara Kerja
a. Menimbang 5 gram urea, melarutkannya ke dalam 75 ml aquadest dan diaduk sampai homogen.
b. Menentukan titik didih larutan dan pelarut dengan pemanasan dalam waterbath dengan suhu 75oC.
c. Mengukur perubahan suhu tiap 5 menit.
d. Menentukan perubahan titik didihnya dan BM urea.

C. Hasil dan Analisis Hasil Pengamatan
1. Hasil Pengamatan
Tabel . Kenaikan Titik Didih Zat Pelarut dan Terlarut
LAPORAN KIMIA SIFAT KOLIGATIF LARUTAN
Sumber : Laporan Sementara

2. Analisis Hasil Pengamatan

D. Pembahasan
Percobaan acara ”Sifat Koligatif Larutan” ini membahas tentang salah satu sifat dari koligatif larutan yaitu kenaikan titik didih larutan. Larutan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan urea yang akan ditentukan besar berat massa (BM) dari larutan non volatile tersebut. Mencari suatu titik didih yang konstan, maka percobaan dilakukan sebanyak 7 kali dengan waktu yang bervariasi. Waktu yang digunakan adalah 0, 5, 10, 15, 20, 25 dan 30 menit.

Suhu mula-mula dari larutan urea adalah 28°C, sedang suhu air murni adalah 26°C. Perolehan suhu tersebut, ternyata suhu pada larutan urea lebih besar dibandingkan dengan suhu air murni

Titik didih larutan urea selalu lebih tinggi dari titik didih pelarut, kecuali pada waktu 0 menit. Hal ini terjadi karena molekul–molekul dari urea menghalangi penguapan sebagian molekul–molekul air sehingga tekanan uapnya belum mencapai udara luar. Pada waktu 0 menit mempunyai titik didih yang sama karena saat pertama dimasukkan dalam waterbath baik zat terlarut maupun pelarut mempunyai suhu yang sama. Penambahan solute yang tidak mudah menguap, dalam percobaan ini berupa urea, mengakibatkan penurunan tekanan uap. Akibatnya untuk mencapai tekanan sebesar tekanan atmosfer diperlukan suhu yang lebih tinggi dari suhu pelarut.

Menentukan besarnya nilai BM urea dapat dihitung melalui besar titik didih yang telah didapat dari hasil percobaan, yaitu 10C. Nilai BM urea adalah sebesar 34,25 gram/mol. Menurut ketentuan nilai BM urea dari rumus molekul CO(NH2)2 seharusnya adalah 60. Hal ini disebabkan karena terjadi sedikit penyimpangan dalam menghitung besar kenaikan titik didih larutan urea dan besarnya ∆Td berpengaruh dalam menghitung BM urea.

E. Kesimpulan
Hasil praktikum acara III ini dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Kenaikkan titik didih (∆Td) yang diperoleh sebesar 1 oC.
2. Kenaikkan titik didih dipengaruhi oleh molalitas suatu zat.
3. Kenaikkan titik didih (∆Td) mempunyai nilai yang berbanding terbalik dengan BM dari suatu zat.
4. Diperoleh nilai BM urea, yakni 34,25.
5. Besarnya BM dipengaruhi oleh volume pelarutnya, besar titik didih larutan, dan massa suatu zat terlarut

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel