page hit counter -->

Penyakit Botulismus Pada Itik / Bebek

I.                   PENDAHULUAN

Itik adalah salah satu unggas air (waterfowls) yang termasuk dalam kelas Aves, ordo Anseriformes, famili Anatidae, subfamili Anatinae, tribus Anatini, dan genus Anas (Srigandono, 1986). Itik adalah anggota unggas yang secara relatif tahan terhadap berbagai penyakit unggas. Pada umumnya tingkat mortalitas yang dialami oleh ternak itik tidak setinggi pada ternak ayam.

Itik merupakan salah satu ternak unggas yang memiliki potensi yang luar biasa untuk memenuhi kebutuhan sumber protein pada makanan manusia. Produk yang dihasilkan dari beternak itik adalah daging dan telur. Pada saat ini, banyak makanan olahan yang berasal dari itik. Permintaan pasar terhadap daging dan telur itik sangat tinggi dari tahun ke tahun. Bahkan pada tanggal 26 Februari 2007 lalu, pemerintah melalui Departemen Pertanian mengizinkan importasi 450 ton daging bebek beku asal Malaysia. Terlepas dari pro dan kontra terhadap rencana pemerintah tersebut, yang perlu kita ambil hikmahnya adalah beternak itik merupakan peluang bisnis yang sangat menguntung dan prospektif, karena belum terpenuhinya kebutuhan produk itik di pasaran oleh para peternak.

Salah satu tantangan atau kendala bagi para peternak itik adalah mengatasi serangan penyakit pada itik. Dalam beternak, bila terjadi penyakit yang menimbulkan kematian sampai melebihi dari yang seharusnya, ini menandakan ada kesalahan dalam tata laksana atau ada keteledoran peternak, karena penyakit yang menimbulkan kematian yang tinggi itu, tidak akan muncul bila peternakan dikelola dengan baik dan memenuhi syarat.

Berdasarkan macam penyebabnya, penyakit pada itik digolongkan menjadi beberapa golongan, di antaranya disebabkan oleh parasit, virus, bakteri, jamur, dan disebabkan oleh sebab lain. Macam-macam penyakit pada itik memiliki berbagai macam reaksi dan gejala masing-masing. Bahkan sering terjadi kematian dalam waktu yang sangat singkat tanpa sempat terdeteksi oleh peternak.

Beberapa penyebab penyakit pada itik :
1.  Penyakit yang disebabkan oleh virus :
a.   DVH (Duck Virus Hepatitis)
b.   Fowl Pox
2.  Penyakit yang disebabkan oleh bakteri :
a.    Haemorrhagic Septicemia (Cholera)
b.   NDD (New Duck Disease)
c.   Paratyphoid
d.   Botulismus
3.  Penyakit yang disebabkan oleh parasit :
a.   Parasit dalam (Endo parasite)
b.   Parasit luar (Ecto parasite)
4.  Penyakit yang disebabkan oleh jamur :
a.   Pneumonia
b.   Aflatoxicosis
5.  Penyakit yang disebabkan oleh sebab lain :
a.  Bumble foot
b.  Water belly
c.  Prostrasi phallus

Penyakit-penyakit yang dapat menyerang itik yang tertera diatas merupakan beberapa dari sekian banyak kemungkinan penyakit yang mengancam itik. Dalam papper ini kelompok kami ingin sedikit membahas tentang penyakit yang disebabkan oleh bakteri yaitu botulismus. Alasan kami memilih penyakit ini adalah karena kebanyakan peternak terutama yang masih tradisional kurang terlalu memperhatikan penyakit yang berasal dari bakteri disekitar lingkungan peternakannya. Barangkali justru bakteri yang disepelekan oleh peternak tersebut akan dapat sangat mematikan bagi ternak itiknya.


II.                PEMBAHASAN

A.      Pengertian Botulismus
Botulismus merupakan penyakit yang bersifat neuroparalitik (melumpuhkan syaraf), dan biasanya berakibat fatal. Botulismus atau disebut juga Limberneck adalah suatu keracunan yang disebabkan oleh toksin Clostridium botulinum (C. Botulinum).  Bakteri tersebut berasal dari sisa pakan yang membusuk, kadang-kadang juga dari bangkai hewan atau tanaman yang telah membusuk dimana itik tersebut dipelihara secara ekstensif (digembalakan).

Penyebab botulismus adalah neurotoksin dari C. botulinum yang merupakan bakteria berspora, berbentuk batang, Gram positif dan bersifat anaerobik. Spora dari C. botulinum tersebar dalam tanah, tumbuh-tumbuhan, isi usus hewan mamalia, unggas dan ikan. Dalam kondisi tertentu, spora dapat bergerminasi menjadi sel vegetatif yang dapat menghasilkan toksin. Hal ini yang menyebabkan C. botulinum dapat tumbuh dan menghasilkan neurotoksin dalam kondisi anaerobik seperti pada bangkai hewan ataupun dalam makanan kalengan.
Botulismus pada itik biasanya merupakan keracunan makanan yang dapat membunuh sekelompok itik sekaligus. Kombinasi infeksi dari bakteri dan virus patogen unggas akan menyebabkan kematian terhadap itik tersebut. Kasus botulismus dicurigai banyak terjadi di Indonesia yang menyerang ternak unggas termasuk itik. Peternak biasanya menemukan itiknya mati setelah mengalami kelumpuhan sesaat di sawah atau padang penggembalaan.

Botulismus dapat ditemukan dari darah hewan yang terserang. Gejala sampai kematian yang cepat dan terjadi hanya beberapa jam akan membedakannya dengan gejala penyakit oleh toksin lain seperti aflatoxin dan sebagainya. Diagnosis terhadap kematian semacam ini biasanya tidak dilakukan karena keterbatasan kemampuan laboratorium kesehatan hewan setempat.

Botulismus adalah basilus anaerobik Gram positif yang menghasilkan spora tahan panas. Bakteri ini dapat tumbuh baik pada media biakan biasa. Pertumbuhan paling subur terjadi pada 25ºC, tetapi juga tumbuh baik pada 20º sampai 35ºC. Sporanya berbentuk bulat telur dan letaknya subterminal, dan sedikit membengkak sehingga memberikan bentuk menggelembung pada sel.

1.    Mekanisme penyerangan bakteri terhadap tubuh itik
Mekanisme masuknya C. botulinum toksigenik ke dalam tubuh dapat melalui kontaminasi luka, mulut/makanan dan inhalasi. C. botulinum yang sudah masuk dalam tubuh dapat memproduksi toksin dalam saluran pencernaan atau jaringan tubuh yang luka karena lingkungannya mendukung untuk pertumbuhannya. Toksin tidak diabsorbsi melalui kulit yang utuh.
Sesudah toksin diabsorbsi, maka toksin masuk dalam aliran darah dan ditransportasikan menuju sel neuronal lalu menyeberangi membran vesikel endocytic dan memasuki sitoplasma. Di dalam sitoplasma, toksin memecah beberapa protein yang membentuk synaptic fusion complex. Pecahnya kompleks synaptic fussion mencegah vesikel mengalami fusi dengan membran, yang akan mencegah pelepasan acetylcholine ke dalam celah synaptic. Tanpa pelepasan acetylcholine neuronal, otot yang berhubungan tidak dapat berkontraksi dan menjadi lumpuh.
Fungsi normal akan kembali dengan lambat melalui kembalinya protein ke dalam sitoplasma atau melalui produksi synaps yang baru. Kematian akibat botulismus secara akut terjadi karena obstruksi udara pernafasan atau kelumpuhan otot-otot pernafasan.

2.    Mekanisme aksi toksin pada neuromuscular
Otot rangka tubuh disyarafi oleh motoneuron yang mempunyai sel-sel dalam batang otak atau sumsum punggung. Axon dari motoneuron lewat dan keluar dari sistem susunan syaraf pusat di bagian anterior akar spinal untuk membentuk syaraf perifer yang cabangnya berada dalam otot rangka lalu ke terminal dan berhubungan dengan serabut otot lurik/kasar, membentuk synapses neuromuskuler.

Satu kelompok serabut otot kasar disyarafi oleh motoneuron tunggal membentuk motor unit. Sinyal yang dikirim ke otot untuk berkontraksi berasal dari sistem syaraf pusat dan berlanjut ke serabut otot rangka sebagai aksi potensial motoneuron. Aksi potensial mendepolarisasi terminal motoneuron untuk menstimulasi pelepasan acetylcholine ke dalam celah neuromuskular synaptic. Acetylcholine dilepaskan dari cytosol yang mengatur exocytosis, suatu proses multi tahap yang melibatkan partisipasi dari beberapa protein yang secara kolektif disebut SNAREs (soluble Nethylmaleimide- sensitive factor attachment protein receptors).

Ketika acetylcholine mencapai membran otot postsynaptic, ikatannya terhadap nicotinic cholinergic receptors membuka saluran transmembran, menghasilkan suatu influx ion sodium (Na+) ke dalam serabut otot dan berikutnya efflux dari potasium (K+); reduksi permulaan ini dalam potensial membran serabut otot menimbulkan endplate potensial. Ketika endplate potensial mencapai ambangnya, aksi potensial dibentuk dalam otot, dan menyebabkannya berkontraksi.

Gejala yang timbul dari itik yang terkena bakteri Clostridium botulinum adalah sebagai berikut :
a.     Itik tidak banyak bergerak, diam, dan murung.
b.    Itik mengalami kelumpuhan pada leher, sayap, dan kaki.
c.     Pupil mata melebar.
d.    Kotoran cair atau encer dan berwarna putih kehijauan.
e.     Kadang-kadang mengalami rontok bulu.
Ciri fisik itik yang sudah mati karena penyakit botulismus :
a.     Tubuh menjadi biru pucat
b.    Bulu pada tubuh berkurang
c.     Terdapat belatung/ulat didalam lambung apabila dilakukan pembedahan.
d.    Bau bangkai pada usia yang sama cenderung lebih menyengat.

B.   Penularan
1.  Penularan terjadi jika itik memakan ulat yang sedang menjadi media perkembangbiakan jasad renik organisme, sehingga bebek menjadi keracunan sedang ulatnya sendiri jika sudah dicuci bersih tidak akan menularkan penyakit. C. botulinum yang sudah masuk dalam tubuh dapat memproduksi toksin dalam saluran pencernaan atau jaringan tubuh yang luka karena lingkungannya mendukung untuk pertumbuhannya.
2.  Penularan terhadap itik lain pun juga dapat terjadi apabila ada itik yang tidak sengaja memakan makanan bersamaan dengan itik yang terjangkit penyakit Botulismus.
3.  Penularan juga dapat terjadi apabila terdapat luka pada ternak kemudian terpapar darah ataupun media penularan dari ternak yang terserang penyakit tersebut.
4.  Penularan terhadap manusia juga bisa disebabkan karena memakan bangkai dari itik yang tidak dimasak dengan benar.
5.  Penularan lain juga dapat melalui urin ataupun kotoran dari itik yang terserang penyakit.
6.  Melalui spora, bakteri dapat bertahan hidup dalam beberapa waktu dan akan tumbuh berkembang bila mendapatkan tempat yang tepat atau telah dikonsumsi oleh ternak.

C.   Pencegahan
Upaya pencegahan yang dapat dilkukan untuk mencegah terjangkitnya penyakit botulismus antara lain:
1.  Jauhkan ternak itik dari tempat-tempat yang kotor, bangkai atau makanan busuk.
2.  Pemberian makanan yang bersih dan dalam bentuk segar.
3.  Pemeliharaan kesehatan dan kebersihan lingkungan peternakan maupun vaksinasi terhadap penyakit.
4.  Kandang itik harus selalu dibersihkan agar tidak ada bangkai yang membusuk dilingkungan kandang.
5.  Mengeluarkan itik yang terdeteksi terkena penyakit dan memusnahkannya dengan cara dibakar.
6.  Selalu memantau kondisi ternak itik, apabila terjadi hal-hal diluar kebiasaan itik, maka karantinakan dan lapor ke dinas peternakan setempat.
7.  Pencegahan yang di lakukan dengan manajemen sanitasi biosekuriti dan program karantina yang baik dan kontiyu.

D.   Pengobatan
1.  Pengobatan yang dapat di lakukan segera berikan obat Laxantive atau yang organic berikan Tetes Molasses.
2.  Pengobatan dapat dilakukan dengan cara memberikan obat laxanatia pencahar.
3.  Berikan Epson 25 gram per 1 liter air.
4.  Memberikan air es dan juga minyak agar itik terus merasa haus, sehingga toksin dalam tubuhnya melemah.
5.  Diberikan obat lazantia (obat cuci perut) untuk mengeluarkan racun dari saluran pencernaan atau suntikan antibiotik botulismus type C sebanyak 2 - 4 ml ke dalam pembuluh darah.

Bila masih memungkinkan ternak itik yang sakit dapat diberikan obat-obatan pencahar agar itik mencret dan kuman beserta racunnya dapat ikut keluar dari saluran pencernaan. Pengobatan secara tradisional yang dapat membantu menyembuhkan yaitu dengan memberikan minyak kelapa satu sendok makan dan air minum yang bersih. Minyak kelapa akan membuat itik haus dan ingin minum sebanyak-banyaknya. Jika itik banyak minum, racun dalam darah itik akan encer dan daya kerjanya berkurang, dengan demikian angka kematian dapat dihindari.


III.    PENUTUP

Kesimpulan
Itik merupakan salah satu ternak unggas yang memiliki potensi luar biasa untuk dikembangkan secara intensif. Prospek yang sangat baik, karena itik dapat dijadikan sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat. Produk yang dihasilkan dari ternak itik yaitu daging dan telur. Saat ini pun banyak sekali dijumpai produk olahan dari ternak itik yang sangat digemari oleh masyarakat. Permintaan pasar terhadap produk ternak itik juga memiliki prospek yang bagus.

Salah satu tantangan yang harus dihadapi oleh peternak yang melakukan budidaya itik adalah mengenai adanya serangan penyakit. Meskipun itik dikenal lebih kebal terhadap penyakit dibandingkan dengan ternak unggas lainnya, akan tetapi harus dipersiapkan pencegahan penyakit secara intensif. Hal tersebut dikarenakan jika penyakit sudah berhasil menyerang ternak itik, bukan saja penurunan produksi bahkan bisa terjadi kematian pada ternak itik.

Penyakit yang perlu diwaspadai oleh peternak budidaya itik, baik skala intensif maupun yang hanya memelihara beberapa ekor sebagai sambilan saja yaitu penyakit yang menyebabkan itik yang lumpuh dan lesu. Nama penyakit ini sering disebut dengan penyakit Botulismus. Penyakit ini umumnya menyerang itik yang digembalakan.

Gejala-gejala itik yang terserang penyakit botulismus yaitu itik lemah, lesu, dan lumpuh pada leher, kaki dan sayap. Kadang-kadang itik tidak dapat berdiri tegak, bulu mudah rontok dan jalan sempoyongan. Penyebab penyakit botulismus adalah akibat racun yang dihasilkan oleh kuman Clostridium Botulinum yang sering ditemukan pada bangkai atau tanaman yang sudah busuk.

Pencegahan selalu lebih baik dibandingakan dengan pengobatan. Jadi, lebih baik mencegah itik terserang penyakit ini daripada harus mengobatinya. Jika, penyakit botulismus sudah terlanjur menyerang itik maka upaya pengobatan dapat dilakukan dengan cara memberikan obat laxanatia pencahar. Adapun untuk pencegahannya dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan pakan dan air minum. Usahakan selalu baru dan bersih dan hindari memberikan pakan yang sudah basi, busuk dan tercemar.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel