page hit counter -->

KARAKTERISTIK SAPI BALI INDONESIA

Sapi Bali merupakan sapi keturunan Bos sondaicus (Bos Banteng) yang berhasil dijinakkan dan mengalami perkembangan pesat di Pulau Bali. Sapi Bali asli mempunyai bentuk dan karakteristik sama dengan banteng. Sapi Bali termasuk sapi dwiguna (kerja dan potong). Sapi bali terkenal karena keunikan dan keunggulannya  di banding sapi jenis lain. Sapi Bali mempunyai sapi yang memiliki banyak sifat unggul diantaranya reproduksi sangat baik, cepat beranak, mudah beradaptasi dengan lingkungannya, tahan terhadap penyakit, dapat hidup di lahan kritis, memiliki daya cerna yang baik terhadap pakan dan persentase karkas yang tinggi. Tidak heran bila Sapi Bali merupakan jenis sapi terbaik diantara sapi-sapi yang ada di dunia. Maka begitu banyak permintaan untuk daging sapi bali ini sendiri.

KARAKTERISTIK SAPI BALI INDONESIA
Warna bulunya pada badannya akan berubah sesuai usia dan jenis kelaminnya, sehingga termasuk hewan dimoprhism-sex. Pada saat masih “pedet”, bulu badannya berwarna sawo matang sampai kemerahan, setelah dewasa Sapi Bali jantan berwarna lebih gelap bila dibandingkan dengan sapi Bali betina. Warna bulu sapi Bali jantan biasanya berubah dari merah bata menjadi coklat tua atau hitam setelah sapi itu mencapai dewasa kelamin sejak umur 1,5 tahun dan menjadi hitam mulus pada umur 3 tahun. Warna hitam dapat berubah menjadi coklat tua atau merah bata apabila sapi itu dikebiri, yang disebabkan pengaruh hormon testosterone.
Baca Juga: Pola Warna Dari Sapi Bali
Kaki di bawah persendian karpal dan tarsal berwarna putih. Kulit berwarna putih juga ditemukan pada bagian pantatnya dan pada paha bagian dalam kulit berwarna putih tersebut berbentuk oval (white mirror). Warna bulu putih juga dijumpai pada bibir atas/bawah, ujung ekor dan tepi daun telinga. Kadang-kadang bulu putih terdapat di antara bulu yang coklat (merupakan bintik-bintik putih) yang merupakan kekecualian atau penyimpangan ditemukan sekitar kurang dari 1% . Bulu sapi Bali dapat dikatakan bagus (halus) pendek-pendek dan mengkilap.

Seperti dalam pembudidayaan jenis sapi lain, hal pertama yang harus Anda lakukan dalam membudidayakan dapi Bali adalah memilih bibit sapi bali yang unggul. Untuk melakukannya, Anda bida mencoba memilih sapi yang tidak sering batuk serta di hidungnya tidak terdapat lendir karena kedua hal tersebut mendandakan sehat atau tidaknya sapi. Selain itu, Anda juga harus memastikan bahwa kuku sapi Bali yang hendak Anda ambil juga tidak panas ketika Anda raba. Bukan itu saja, dalam memilih sapi Bali untuk dibudidayakan, sangat penting juga untuk memilih sapi parasit pada bulunya dan selain itu, memastikan untuk memilih sapi Bali yang tidak memiliki tanda mencret pada dubur juga tak kalah pentingnya.

 
Karaktersitik Sapi Bali
  • Umur dewasa kelamin sapi bali rata-rata 18-24 bulan untuk betina dan 20-26 bulan untuk jantan
  • Umur kawin pertama betina 18-24 bulan dan jantan 23-28 bulan
  • beranak pertama kali 28-40 bulan dengan rataan 30 bulan dengan lama bunting 285-286 hari 
  • Jarak beranak 14-17 bulan dengan persentase kebuntingan 80-90% dan persentase beranak 70-85%.
  • Rata-rata  siklus estrus adalah 18 hari, pada sapi betina dewasa muda berkisar antara 20-21 hari, sedangkan pada sapi betina yang lebih tua antara 16--23 hari selama 36-48  jam birahi dengan masa subur antara 18-27 jam dan menunjukkan birahi kembali setelah beranak antara 2-4 bulan. 
  • Sapi Bali menunjukkan estrus musiman (seasonality of oestrus), 66% dari Sapi Bali menunjukkan estrus pada bulan Agustus – Januari dan 71% dari kelahiran terjadi bulan Mei – Oktober  dengan sex ratio kelahiran jantan : betina sebesar 48,06% : 51,94% (Pastika dan Darmadja, 1976). 
  • Bobot tubuh dewasa berkisar antara 211--303 kg untuk ternak betina dan 337-494 kg untuk ternak jantan
  • Pertambahan bobot badan harian sampai umur 6 bulan sebesar 0,32-0,37 kg dan 0,28-0,33 kg masing-masing jantan dan betina (Kirby, 1979).
Pertambahan bobot badan pada berbagai manajemen pemeliharaan antara lain pemeliharaan tradisional sebesar 0,23-0,27 kg (Nitis dan Mandrem, 1978); penggembalaan alam sebesar 0,36 kg (Sumbung et al., 1978); Perbaikan padang rumput sebesar 0,25-0,42 kg (Nitis, 1976). Pemeliharaan intensif sebesar 0,87 kg (Moran, 1978).
 
Sapi Bali memiliki sedikit lemak, kurang dari 4%, tetapi persentase karkasnya cukup tinggi berkisar antara 52-60% dengan perbandingan tulang dan daging sangat rendah, komposisi daging 69-71%, tulang 14--17% lemak 13-14% (Sukanten, 1991 dalam Anjar 2012). Sapi Bali mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat selain sebagai penghasil daging, petani kecil memanfaatkannya sebagai ternak kerja, penghasil pupuk, dan tabungan.
 
Dalam beternak sapi Bali, ada berbagai cara ternak yang dapat Anda lakukan dan salah satunya yaitu membuat kandang terbaik untuk sapi tersebut. Untuk membuat sebuah kandang untuk sapi Bali, anda cukup membuat sebuah kandang sederhana yang bisa Anda gunakan untuk menampung beberapa sapi sekaligus. Yakinkan juga untuk memuat kandang yang cukup kokoh sehingga ketika ketika ikatan sapi lepas, sapi tidak akan bisa kabur ke luar kandang. Cara pembuatan kandang sendiri, tentu bukan satu-satunya cara budidaya sapi Bali mengingat pemberian pakan juga termasuk salah satunya.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel