page hit counter -->

BUNGKIL KACANG TANAH (PEANUT MEAL)

Bungkil kacang tanah adalah merupakan limbah dari pengolahan minyak kacang tanah. Bungkil kacang tanah disukai ternak dan merupakan supplemen protein tumbuhan yang berkualitas baik. Tapi bungkil ini mempunyai anti nutrisi yang dapat mengakibatkan kelenjar thyroid membesar dan juga mempunyai sifat pencahar, tapi pengaruhnya lebih rendah dibandingkan dengan kacang tanah. Secara kualitatif kualitas kacang tanah dapat diuji dengan menggunakan bulk density ataupun uji apung. Bulk density bungkil kacang tanah adalah 465,6 gram selain itu uji organoleptik sepertui tekstur, rasa, warna dan bau dapat dipakai untuk mengetahui kualitas bungkil kacang tanah yang baik. Uji sekam dengan fluroglucinol dapat juga dilakukan. Kualitas bungkil kacang tanah secara kuantitatif dapat dilakukan di laboratorium dengan menggunakan menggunakan metode proksimat. Bungkil kacang tanah mengandung protein kasar 46,62% dan serat kasar 5,5%. Bila serat serat kasar lebih tinggi maka telah terjadi pemalsuan sekam dan arena itu produk tersebut tidak disebut bungkil kacang tanah tetapi bungkil kacang tanah dan sekam. Bungkil kacang tanah mempunyai protein tercerna (DP) 42,4% dan TDN 84,5%. Nilai ini lebih tinggi dari bungkil kedelai. Bungkil kacang tanah dan sekam mengandung protein kasar (PK) 41%. Protein tercerna 36,6% dan total nutrient tercerna (TDN) 73,3% lebih tinggi dari PK, DP, dan TDN. Salah satu pembatas pemanfaatan bungkil kacang tanah pada ternak adalah adanya kontaminasi aflatoksin (Orskov, 1988).

Bungkil merupakan bahan pakan sumber protein. Oleh karena itu, penggunaan bungkil sebagai bahan pakan dilakukan dalam jumlah besar. Misalnya saja daging buah kelapa, kacang tanah, kedelai, biji bunga matahari, biji kapas, biji kapuk, lembaga biji jagung, dedak dan masih banyak lagi. Selama ini komoditas yang paling banyak dijadikan bungkil adalah kedelai, kacang tanah, kelapa, biji bunga matahari dan biji kapas. Proses pembuatan bungkil sangat sederhana. Kacang tanah dipres (dikempa) hingga minyaknya keluar. Hasil kempaan dari produk biji-bijian itu berupa minyak nabati dan ampasnya yang disebut sebagai bungkil. 
BUNGKIL KACANG TANAH (PEANUT MEAL)
Oil meal merupakan bungkil protein yang dihasilkan dari biji-bijian yang mengandung minyak. McDonald dkk. (2001) menyatakan bahwa Oil meal adalah limbah yang sangat berguna dan merupakan residu dari ekstraksi minyak. Lebih lanjut Orskov (1988) menyatakan bahwa oil meal mengandung protein (200 – 500 g/ kg) dan ME tinggi. Bungkil atau oil meal diperoleh dari expeller process pada ekstraksi minyak. Proses pembuatan oil meal ini pada prinsipnya adalah dilakukan penyaringan minyak terlebih dahulu, kemudian akan tersisa bungkilnya. Proses pembuatan bungkil yaitu bahan yang akan disaring minyaknya dikeringkan terlebih dahulu kemudian dilakukan pemanasan. Setelah bahannya masak kering, kemudian bahan tersebut digiling dan dilakukan pengepresan atau penyaringan.

Bungkil ini sekarang mudah didapat karena sudah banyak pabrik-pabrik minyak kacang, baik pabrik modern maupun yang masih sederhana. Kadar proteinnya paling tinggi diantara bungkil bungkil yang lain yang umum digunakan. Baik untuk digunakan sebagai komposisi dalam ransum konsentrat untuk sapi, babi dan ayam. Hanya perlu dibatasi jumlah pemberiannya karena kadar lemaknya yang cukup tinggi dan harganya relatif mahal. Analisa nutrisi: 6.6% air, 27% bahan ekstrak tanpa N, 8.5% lemak dan 6.3% abu serta nilai MP adalah 80.

Di Indonesia peranan bungkil kacang tanah ini untuk makanan unggas dan ternak umumnya tidak terlalu besar. Di samping produksinya memang tidak banyak, bungkil kacang tanah terbatas kualitasnya. Walaupun demikian, di beberapa daerah yang memang potensial sebagai penghasil minyak kacang atau olahan lainnya, bungkil kacang tanah ini banyak tersedia dan memang harus dimanfaatkan untuk ternak.

Bungkil kacang tanah merupakan limbah pengolahan kacang tanah menjadi minyak, sehingga kualitas bungkil kacang tanah ini tergantung pada hasil proses pengolahan kacang tanah menjadi minyak tersebut. Di samping itu, proses pemanasan selama pengolahan berlangsung, juga menentukan kualitas bungkil ini. Bungkil kacang tanah ini mengandung methionin dan lysine tetapi dalam jumlah yang rendah. Dalam berbagai penelitian untuk monogastrik seperti unggas, dan babi telah terbukti bahwa penggunaan bungkil kacang tanah yang berlebih tanpa tambahan atau kombinasi yang tepat akan menyebabkan konversi ransum yang buruk.

Pemanfaatan Bungkil Kacang Tanah untuk Unggas
Secara praktis, kekurangan asam amino dalam bungkil kacang tanah dapat ditutupi dengan kombinasi dari bahan-bahan makanan lain. Bila di suatu daerah bungkil kacang tanah ini ada dan harganya layak, pemanfaatan bungkil kacang tanah untuk unggas harus dikombinasikan dengan tepung ikan dan bungkil kacang kedelai. Kombinasi semacam ini selain untuk menutupi kekurangan satu dengan kelebihan lain, juga untuk membuat ransom lebih murah dan tidak tergantung pada satu bahan saja. Semakin beragam bahan-bahan yang digunakan akan semakin besar kemungkinan kebutuhan nutrisi unggas terpenuhi. Pemanfaatan kacang tanah untuk unggas mulai dari 0 atau boleh tidak digunakan hingga 25%. Penggunaan untuk unggas pedaging, selama harga absolutnya memungkinkan, dapat digunakan untuk membantu jagung kuning dan minyak nabati untuk memenuhi kebutuhan energi yang tinggi itu. Selain itu, beberapa jenis burung hias gemar makan bungkil kacang tanah ini.
Faktor penyimpanan sangat penting karena bungkil kacang tanah kerap tercemar oleh Aspergillus flavus, jamur yang menghasilkan racun berbahaya  bagi ayam. Bla racun in bekrja, proses pencernaan ayam tidak akan sempurna lagi dan berdampak negative terhadap daya serap unsur nutrisi ke dalam tubuh ayam. Penyimpanan yang dilakukan dalam wadah yang rapat, tidak lembab, ventilasi gudang cukup dan kadar air yang terjamin akan membantu mencegah kontaminasi bungkil kacang tanah ini.
Sumber: Dirangkum dari berbagai sumber dan https://forsum.wordpress.com/dasar-forsum/bahan-pakan/contoh/sumber-protein/bungkil-kacang-tanah/

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel