page hit counter -->

PRAKTIKUM UJI KEBUNTUNGAN

Bereproduksi adalah satu ciri makhluk hidup, dengannya makhluk hidup mampu mempertahankan kelestarian dan menurunkan sifat keturunan. Reproduksi seksual ditandai dengan bertemunya ovum dan sperma sehingga berkembang menjadi zigot yang selanjutnya menajdi embrio. Pada hewan keadaan dimana anak sedang berkembang di dalam uterus hewan betina disebut kebuntinagn. Periode kebuntingan melalui beberapa tahapan. Pertama, tahap ovum (ovum bertemu dengan sperma) dimulai dari fertilisasi sampai implantasi. Kedua, tahap embrio adalah terbentuknya embrio pada uterus dimulai dari implantasi sampai saat dimulainya pembentukan alat-alat tubuh bagian dalam. Ketiga, foetus atau anakan adalah embrio berkembang menjadi foetus, dimulai terbentuknya alat-alat tubuh bagian dalam, terbentuknya extremitas sampai lahir. Hormon yang berpengaruh pada masa kebuntingan adalah hormon gonadotropin yang terdiri atas hormon Follicel Stimulating Hormone (FSH), Luteinising Hormone (LH), dan Luteotropic Hormone (LTH). Ketiga hormon tersebut disekresikan oleh hormon pituari.
Pada manusia, uji kebuntingan tergantung pada kenyataan bahwa plasenta juga menghasilkan sejumlah hormon-hormon estrogenik yang cukup serat gonadotropin karionik, metabolik atau produk akhir yang disekresikan ke dalam urine. Pada pria gonadotropin mengendalikan pembentukan spermatozoa dan sekresi testosteron. Apabila urine yang mengandung hormon-hormon tersebut disuntukkan ke dalam katak maka setelah beberapa saat urine dari katak tersebut diambil dan dideteksi maka akan terdapat spermatozoa dari katak tersebut.
A.  Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum Dasar Fisiologi Ternak tentang Uji Kebuntingan ini adalah mengetahui kebuntingan melalui tes galimainini.
B.  Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Uji Kebuntingan dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 01 April 2010 pukul 09.00-12.30 WIB bertempat di Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

TINJAUAN PUSTAKA
Aktifitas sistem reproduksi sebagian besar hewan dikontrol oleh hormon pada manusia, faktor pembebas yang dilepaskan oleh hipotalamus merangsang lobus anterior kelenjar hipofase untuk melepas FSH dan LH. Pada yang jantan FSH dan LH merangsang testis (buah zakar) untuk menghasilkan sperma dan testosteron. Pada yang betina FSH dan LH merangsang ovari untuk menghasilkan sebuah sel telur yang siap untuk pembuahan dan melepaskan hormon kelamin betina ialah estrogen dan progesteron (Kimball, 1994).
Deteksi HCG dalam urine mula-mula dilakukan dengan uji bio. Pada tahun 1932 Asckheim dan Zandek menunjukkan bahwa kelinci dara mengalami ovulasi (tes A – Z). Friedman pada tahun 1923 menunjukkan bahwa kelinci dara yang disuntik secara intravena dengan urine wanita hamil menunjukkan hiperemi ovarium. Kemudian pemberian urine wanita hamil pada katak akan menyebabkan katak melepaskan sperma atau ovum (Nalbandov, 1990).
Betina atau induk yang sedang bunting perlu memperoleh perhatian yang khusus. Bila terjadi keguguran karena kelainan berarti peternak menanggung rugi. Induk yang bunting perlu bergerak, berjalan dan memperoleh sinar matahari yang cukup. Kondisi badannya dijaga agar gemuk, seaht, segar, dan kuat. Tambahan makanan penting untuk timbulnya anaknya nanti banyak dan untuk keperluan induk itu sendiri dalam mempersiapkan kelahiran di kemudian tetap sehat, kuat, dan lancar (Sumoprastowo, 1980).
Janin diselubungi oleh selaput janin yang disebut plasenta dan berkembang menjadi calon anak yang pada saat kelahiran keluar melalui leher rahim masuk ke vagina dan melanjutkan ke laur melalui proses secaar normal. Pendekatan selaput janin ke dinding uterus dimungkinkan oleh adanya banayk kotiledon disamping berfungsi sebagai tempat perlekatan juga untuk menyalurkan nutrisi melalui aliran darah dari induk melewati tali pusat (Akoso, 1996).
Fimbria pada margin infundibulum dan tuba uterin sangat erat dengan ovari, dan pada saat ovulasi, ovum masuk ke dalam infudibulum dan tuba uterin. Ovum kemudian bergerak ke tuba uterin ke dalam uterus melalui kerja gabungan antara silia pada permukaan mukosa dari sel-sel epitel dan kontraksi yang terjadi pada dinding muscular dari tuba uterin. Setelah ovulasi kebuntingan tidak dapat terjadi secara normal tanpa adanya penetrasi ovum oleh sperma dalam periode waktu ketika ovum masih hidup (Frandson, 1992).

MATERI DAN METODE
A.  Materi
Alat dan bahan
1.   Mikroskop
2.   Preparat Awetan
B.  Metode
1.   Memiliki tiga buah preparat awetan yang telah disediakan (kulit tikus putih, otot polos, dan coecum merpati).
2.   Mengamati di bawah mikroskop.
3.   Menggambar hasil pengamatan dan memberi keterangan

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A.  Hasil Pengamatan
PRAKTIKUM UJI KEBUNTUNGAN
B.  Pembahasan
Dari hasil percobaan dapat terlihat bentuk sperma katak (seperti gambar). Pada sperma katak itu dapat terlihat bagian-bagiannya yaitu kepala, badan, dan ekor sperma. Sebelumnya uji kebuntingan ini harus menggunakan urine wanita hamil pertama kali buang air kecil setelah bangun pagi karena kandungan hormon gonadotrophin masih tinggi dan tubuh belum banyak melakukan proses metabolisme sehingga urine masih murni atau baru sedikit mengandung zat-zat sisa yang disekresikan sebagai sisa metabolisme tubuh.
Pada percobaan ditentukan sperma katak yang hidup, urine disuntikkan pada bagian soccus abdominalis katak, karena gonad katak terdapat pada saluran tersebut. Jika urinenya bukan urine wanita hamil, pada urine katak tidak akan dijumpai sperma. Hal ini karena urine wanita hamil mengandung hormon-hormon estrogenik, gonadotrophin korionik yang merupakan produk akhir atau metabolik dari plasenta yang disekresikan ke urine. 
Pada saat urine tersebut disuntikkan pada katak, gonadotropin merangsang testis dan disekresi oleh plasenta, karena testosteron dan produk akhir disekresikan ke dalam urine dan urine tersebut dideteksi maka akan terdapat spermatozoa dari katak tersebut. Sperma terbagi atas tiga bagian, yaitu bagian kepala untuk tempat kromosom yang mengandung gen, badan terdapat mitokondria sebagai mesin penggerak ekor, dan bagian ekor sebagai alat gerak guna mencapai ovum.
Menurut Kimball (1994), hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar hipophisis yaitu Follicel Luteinising Hormon (FSH) dan Luteinising Hormon (LH). Pada hewan jantan hormon ini merangsang testis untuk menghasilkan sperma, sedangkan pada betina merangsang ovarium menghasilkan sel telur atau ovum.
Ketika melakukan praktikum Uji Kebuntingan ini terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi di dalamnya. Ketika urine tersebut disuntikkan ke lubang saccus abdominalis katak ternyata cairan putih (urine) itu hanya ditunggu tidak sampai 5 menit dan dengan memencet menggunakan bantuan ujung jari urine tersebut dapat keluar. Kondisi sperma yang diperoleh dari praktikum sebelumnya masih hidup, tetapi beberapa saat ketika diamati di bawah mikroskop memang terlihat sperma katak, tidak bergerak kemudian mati. Hal ini disebabkan ketika urine ditampung di decglass praktikan mengulasnya tipis.Sperma yang mati ini disebabkan karena beberapa faktor, antara lain suhu ruangan yang tidak mendukung untuk hidupnya sperma.

KESIMPULAN
Dari hasil percobaan dan pengamatan Uji Kebuntingan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
a.  Uji kebuntingan dapat dilakukan dengan tes galimainini, yaitu dengan memasukkan urine wanita hamil ke dalam tubuh katak jantan.
b.  Uji kebuntingan dapat berhasil jika urine yang disuntikkan benar-benar dari wanita hamil.
c.  Sperma terbagi atas tiga bagian, yaitu bagian kepala untuk tempat kromosom yang mengandung gen, badan terdapat mitokondria sebagai mesin penggerak ekor, dan bagian ekor sebagai alat gerak guna mencapai ovum.

DAFTAR PUSTAKA
Akoso, Budi Tri. 1996. Kesehatan Sapi. Kanisius. Yogyakarta.
Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi keempat. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Kimball, J.W. 1994. Biologi. Jilid II. Alih bahasa Siti Soetarmi, dkk. Erlangga. Jakarta.
Nalbandov, A.V. 1990. Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia dan Unggas. Edisi ketiga. Alih bahasa Sunaryo. EGC. Jakarta.
Sumoprastowo, R. M. 1980.  Beternak Kambing Yang Berhasil. Bharata Karya Aksara. Jakarta.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel