page hit counter -->

PENGGUNAAN VITAMIN PADA UNGGAS

Vitamin berasal dari kata “vitae-amine” dan didefinisikan sebagai senyawa organik yang diperlukan dalam jumlah kecil untuk menjaga fungsi metabolisme dalam tubuh agar tetap optimal. Vitamin sebagai salah satu bagian dari nutrisi mikro, memiliki peranan yang tidak kalah besar dibandingkan dengan jenis nutrisi lainnya. Jika dilihat secara kuantitatif, persentase kebutuhan vitamin pada ransum ayam pasti lebih kecil dibandingkan dengan nutrisi lain seperti karbohidrat, protein dan lemak. Meskipun begitu, vitamin tetap wajib diberikan terkait fungsinya sebagai katalis metabolisme nutrisi makro. Dalam arti lain, bila tidak ada vitamin maka metabolisme nutrisi makro akan terhambat. Hambatan metabolisme ini akan menyebabkan pertumbuhan ayam menjadi tidak optimal, terbatasnya pembentukan energi untuk beraktivitas dan tidak terjadi regenerasi sel-sel yang rusak dalam tubuh.
Pernyataan di atas dikuatkan oleh Scott et al., (1992) yang menyatakan bahwa unggas yang dipelihara dengan sistem tata laksana yang tidak baik, sangat peka terhadap kejadian defisiensi (kekurangan) vitamin. Hal tersebut disebabkan :
a.   Unggas tidak memperoleh keuntungan dari sintesis vitamin oleh mikroorganisme di dalam alat pencernaan ayam itu sendiri karena ayam harus bersaing dengan mikroorganisme dalam menggunakan vitamin tersebut. Selain itu, meskipun unggas mampu mensintesis vitamin seperti vitamin C, namun hasil sintesis tersebut sangat rendah. Rendahnya sintesis vitamin oleh unggas disebabkan saluran pencernaan unggas yang lebih pendek dan laju pencernaan ransum yang lebih cepat dibandingkan ternak lain seperti ruminansia.
b.  Unggas mempunyai kebutuhan yang tinggi terhadap vitamin karena vitamin penting bagi reaksi- reaksi metabolis yang vital di dalam tubuh unggas.
c.   Populasi yang padat dalam peternakan unggas modern menimbulkan berbagai macam stres. Ditambah dengan kondisi lingkungan akibat global warming, dimana cuaca selalu berubah-ubah dan tidak menentu sehingga sangat berpotensi menyebabkan ayam stres sehingga kebutuhan akan vitamin juga semakin tinggi.

A.  Vitamin Larut Lemak
1.   Vitamin A
Vitamin ini sering disebut sebagai retinol. Secara umum Vitamin A dapat ditemukan dalam tepung ikan dan jagung. Vitamin A berfungsi dalam proses pertumbuhan, stabilitas jaringan epitel pada membran mukosa saluran pencernaan, pernapasan, saluran reproduksi serta mengoptimalkan indera penglihatan.Defisiensi vitamin A pada ayam dapat menyebabkan ruffled feathers (bulu berdiri), ataxia (kehilangan keseimbangan saat berjalan) dan bisa berakibat pada penurunan produksi telur serta daya tetas. Bila defisiensi berlangsung terus menerus dalam waktu yang cukup lama serta tidak ditangani dengan baik, maka akan mengakibatkan munculnya cairan putih susu (keruh) pada mata ayam tersebut sehingga bisa mengganggu penglihatan dan kadang terjadi kerusakan mata permanen. Selain itu defisiensi vitamin A bisa menyebabkan timbulnya bintik darah (blood spot) pada telur (Saif, 2003).
Timbulnya blood spot pada telur akibat defisiensi vitamin A
Timbulnya blood spot pada telur akibat defisiensi vitamin A
2.   Vitamin D
Vitamin D pada produk-produk vitamin seringkali ditulis sebagai vitamin D3. Vitamin D3 atau yang lebih dikenal sebagai cholecalciferol adalah satu-satunya metabolit dari vitamin D yang bisa digunakan oleh unggas (Weber, 2009). Secara umum vitamin ini dapat ditemukan pada tepung ikan dan sinar matahari yang berfungsi sebagai prekursor. Vitamin D bermanfaat untuk metabolisme kalsium dan fosfor dalam pembentukan kerangka normal, membentuk paruh dan cakar yang keras serta kerabang telur yang kuat.
Defisiensi vitamin D akan menyebabkan metabolisme kalsium dan fosfor terhambat sehingga akan banyak ditemukan telur dengan kerabang tipis dan lembek serta paruh dan cakar yang lembek pula. Selain itu akan terjadi pula penurunan produksi telur dan situasi dimana ayam kesulitan untuk bergerak karena kakinya lemah sehingga terjadilah kelumpuhan/ricketsia.
Kerabang telur lembek
Kerabang telur lembek
3.   Vitamin E
Vitamin E dapat digunakan untuk seluruh derivate tocol dan tocotrienol yang mempunyai aktivitas biologis α-tokoferol. Vitamin E disebut juga vitamin antisterilitas dan factor X. Ungkapan seperti “aktivitas vitamin E” atau “defisiensi vitamin E” sering kali digunakan. α-tokoferol disebut sebagai vitamin E semenjak diketahui mempunyai nilai nutrisi yang lebih. Misalnya jika α-tokoferol mempunyai nilai 100, maka β dan zeta tokoferol nilainya hanya kira-kira 1/3-nya; sedangkan gamma delta, epsilon dan etatokoferolhanya kurang dari 1% dari nilai α-tokoferol. Maka analisis total tokoferol pakan dapat salah faham. Satu unit IU didasarkan 1 mg d- α-tokoferol asetat sama dengan 1,36 mg dl- α- tokoferol asetat. dl-α-tokoferol asetat adalah standar internasional yang didefinisikan sebagai aktivitas1 IU per mg. Kemudian istilah 1 IU dan 1 mg dl- α-tokoferol asetat selalu dapat berubah untuk digunakan.
Vitamin E sering disebut sebagai tocopherols dan sering ditemukan dalam biji kedelai, biji gandum dan CGM (corn gluten meal). Vitamin E bermanfaat untuk meningkatkan fertilitas, pertumbuhan embrio normal dan sebagai antioksidan. Defisiensi vitamin E akan menyebabkan menurunnya fertilitas dan daya tetas, encephalomalacia/crazy chick disease (penyakit ayam gila), serta kelainan pada koordinasi otot.
Crazy chick disease
Crazy chick disease
4.   Vitamin K
Nama/ sebutan lain vitamin K adalah : vitamin antihemoragic, vitamin pembeku darah, factor protrombin, philloquinon, dan 2-metil-1,4-naftoquinon. Vitamin K digunakan untuk 2-metil-1,4-naftoquinon dan turunannya, yang secara aktivitas biologisnya disebut fityl-menoquinon (philloquinon). Istilah ‘aktivitas Vitamin K” dan “defisiensi Vitamin K” lebh sesuai digunakan. Beberapa senyawa mempunyai struktur yang sama dan semuanya mempunyai aktivitas sebagai vitamin K. Di alam, ada dua bentuk yang dapat diisolasi, yaitu K1, dan K2. Selain itu beberapa senyawa sintetis telah dipreparasi mempunyai aktivitas vitamin K, satu diantaranya adalah 2-metil-1,4-naftoquinon., yang disebut menadion yang lebih aktif dibanding K1. Beberapa senyawa vitamin K sintetis larut dalam air, berbeda sekali dengan K1, dan K2 yang larut dalam lemak.
Vitamin K dapat ditemukan pada tepung ikan. Vitamin K berfungsi dalam pembentukan protrombin yang nantinya digunakan untuk pengaturan proses pembekuan darah. Defisiensi vitamin K akan menyebabkan perdarahan pada jaringan/organ tertentu (hemoragi) serta anemia akibat darah yang sukar membeku saat terjadi luka pada bagian tubuh yang terbuka (Saif, 2003).

B.  Vitamin Larut Air
1.   Vitamin B1 (thiamin)
Vitamin B1 sering disebut juga sebagai aneurin terkait dengan sifat antineuritis (anti radang urat syaraf) yang dimilikinya. Vitamin B1 berfungsi untuk membantu proses metabolisme karbohidrat dan energi dalam tubuh. Defisiensi vitamin ini menyebabkan hilangnya nafsu makan, pertumbuhan terhambat serta terjadi pembengkakan pada sistem syaraf (Roche, 1979).
Keterbatasan cadangan tiamin dalam tubuh menyebabkan perlunya supply tiamin. Fungsi tiamin sebagai penyusun system enzim dan esensial untuk menyokong penggunaan karbohidrat sebagai sumber energi untuk tubuh. Perombakan karbohidrat meningkat selama balapan/pacu atau performan, sehingga adalah penting mencukupi ketersediaan tiamin. Toksisitas tiamin belum ada laporan. Kelebihan tiamin segera disekresikan melalui urin, namun demikian kelebihn tiamin dalam ransum perlu dhindari.
2.   Vitamin B2 (riboflavin)
Vitamin B2 berfungsi dalam metabolisme karbohidrat, asam amino dan asam lemak. Vitamin ini dapat ditemukan pada tepung daging dan tepung ikan. Defisiensi vitamin B2 menyebabkan pertumbuhan ayam menjadi lambat, lemas dan ayam mengalami kesulitan berjalan. Gejala yang paling dikenal adalah kelumpuhan pada kaki (leg paralysis) atau kelumpuhan pada jari kaki (curled toe paralysis). Beberapa gejala tersebut akhirnya akan berakibat pada menurunnya produksi telur dan daya tetas (Saif, 2003).
Defisiensi riboflavin menyebabkan penurunan tingkat pertumbuhan dan penggunaan pakan. Rboflavin esensial sebagai penyusun system enzim dalam tubuh. Penting dalam meningkatkan penggunaan energi pakan dan nutrient dalam ransum. Belum terdefinisikan berapa banyak ribovlavin dapat memperbaiki ophtalmia. “ophtalmia Periodik” dapat menyebabkan kerusakan mata, katarak, dan kebutaan.
Curled toe paralysis
Curled toe paralysis
3.   Vitamin B3 (nicotinamide)
Vitamin B3 atau lebih dikenal sebagai niasin atau nicotinamide berfungsi dalam metabolisme karbohidrat, protein dan lemak menjadi energi. Vitamin ini dapat ditemukan pada jagung, biji bunga matahari dan hampir semua bungkil biji-bijian. Kekurangan vitamin B3 menyebabkan hilangnya nafsu makan, pertumbuhan lambat, turunnya produksi telur dan daya tetas, membran mukosa menjadi berwarna merah gelap, perubahan pada tulang paha serta kadang terjadi diare yang disertai darah.
4.   Vitamin B5 (asam pantotenat)
Vitamin B5 atau yang lebih dikenal sebagai asam pantotenat berfungsi sebagai komponen koenzim A dalam metabolisme karbohidrat, asam lemak, asam amino dan steroid. Asam pantotenat banyak terkandung dalam bungkil biji bunga matahari. Defisiensi asam pantotenat akan menyebabkan hilangnya nafsu makan, pertumbuhan terhambat, pembengkakan pada beberapa bagian tubuh seperti paruh, kelopak mata dan jari kaki, warna bulu menjadi kasar dan buram, serta menyebabkan turunnya produksi dan daya tetas telur.
5.   Vitamin B6 (piridoxin)
Vitamin B6 termasuk tiga senyawa : piridoksin, pyridoksal, dan pyrdoksamin, juga ada bentuk lain pyridoksin. Aktivitasnya ketiga senyawa tersebut sama dalam tubuh ternak. Namun sangat berbeda aktivitasnya pada beberapa mikroorganisme. Pada ragi, organ glandula, dan daging sebagian besar vitamin B6 ada dalam bentuk pyridoksal, dan pyrdoksamin. Jadi mempelajari vitamin harus mengingat bentuk keberadaan vitamin dalam pakan kekefektifannya responnya terhadap ternak dan mikroorganisme.
Vitamin B6 atau piridoxin berfungsi untuk metabolisme protein dan lemak dalam tubuh. Vitamin B6 dapat ditemukan hampir disemua bungkil biji-bijian. Selain menyebabkan nafsu makan berkurang dan pertumbuhan terhambat, defisiensi vitamin B6 ini akan menyebabkan bulu tumbuh jarang (tidak merata) dan kasar, produksi telur serta daya tetas telur menurun (Roche, 1979).
Fungsi Vitamin B6 berhubungan dengan system enzim dan berperan dalam penggunaan karbohidrat, lemak, dan protein, oleh karena itu sangat penting dalam mencerna pakan. Tanpa adanya Vitamin B6 asam amino trptofan tidak dapat digunakan oleh ternak. Pada hewan lain selain kuda, defisiensi Vitamin B12 menyebabkan rendahnya tingkat pertumbuhan dan kegagalan reproduksi, anemia, dermatitis, degenerasi sel saraf dan gangguan penglihatan.
6.   Vitamin B9 (asam folat)
Vitamin B9 atau yang lebih sering disebut sebagai asam folat berfungsi untuk metabolisme karbohidrat. Asam folat dapat ditemukan pada biji gandum. Defisiensi asam folat akan menyebabkan pertumbuhan lambat, anemia, menurunnya daya tetas serta bulu yang kasar dan jarang (Roche, 1979).
7.   Vitamin B12 (cyanocobalamin)
Vitamin B12 atau sering disebut sebagai cyanocobalamin berfungsi untuk metabolisme karbohidrat dan lemak dalam tubuh. Tidak seperti vitamin B lainnya, vitamin B12 bisa terakumulasi di jaringan, utamanya di hati dan sedikit di ginjal, otot, tulang dan kulit (Weber, 2009). Defisiensi vitamin B12 akan mengakibatkan pertumbuhan lambat, ukuran telur kecil-kecil dan daya tetas menurun.
Fungsi Vitamin B12 berhubungan dengan penggunaan karbohidrat, lemak, dan protein, oleh karena itu sangat penting dalam penggunaan pakan. Pada hewan lain selain kuda, defisiensi Vitamin B12 menyebabkan rendahnya tingkat pertumbuhan dan reproduksi, anemia, inkordinasi bagian posterior, langkah tidak tetap, rendahnya nafsu makan, hiperiritbilitas, dan bulu kasar.
8.   Biotin
Biotin sering dikenal sebagai Vitamin B7. Vitamin ini berfungsi dalam metabolisme karbohidrat dan lemak dalam produksi energi. Biotin dapat ditemukan pada tepung ikan dan biji gandum. Defisiensi biotin menyebabkan kulit mengeras pada daerah paruh dan mata (hampir sama seperti pada saat terjadi defisiensi asam pantotenat). Selain itu bisa terjadi juga kelainan pada tulang rawan dan menurunnya daya tetas.
9.   Vitamin C
Vitamin C yang ada di pasaran sering disebut sebagai asam ascorbat, L-ascorbat acid, Hexuronic acid, Anti scorbutic vitamin, Cevitamic acid (Scott et al., 1976), juga sering disebut sebagai anti scorbic factor (Ewing, 1963).
Menurut Morrison (1961) dan Mc Donald et al. (1972), vitamin C ini berbentuk kristal, tidak berwarna (bening), larut dalam air, mengandung asam dan mem-punyai daya reduksi yang besar, stabil pada larutan asam, larut dengan segera dalam larutan alkali dan mudah rusak apabila kena cahaya (panas), serta tahan terhadap pembekuan.  Vitamin C ini mudah dioksidasi menjadi bentuk dehydro.
Asam ascorbat ini dapat disintesis pada tubuh ternak, pada ayam memungkinkan sintesis vitamin C ini karena mempunyai ketiga enzim yang diperlukan yaitu enzim NADPH, L-gulonolakton oxidase, D-glukuronolakton reduktase yang semuanya terdapat di dalam ginjal ayam.  Dalam keadaan tercekam (stress) ayam tidak dapat men-sintesis asam ascorbat dalam jumlah cukup, sehingga perlu ditambahkan dalam pakannya.
Banyak peranan vitamin C yang telah terbukti, beberapa dilaporkan Harper et al. (1984) bahwa vitamin C ini untuk mempertahankan zat-zat interseluler normal tulang rawan, dentin dan tulang.  Juga berperan sebagai katalisator pada berbagai reaksi kimia dalam tubuh.  Benerjee (1978) mengemukakan peranan biokimia dalam tubuh dari vitamin C ini, yaitu :   
1.   Sebagai zat esensial untuk pembentukan kolagen dalam tulang.
2.   Membantu merubah asam folic menjadi bentuk aktifnya yaitu asam tetra hydrofolic.
3.   Ikut berperan dalam metabolisme asam amino yaitu dalam hydroxilase prolin, lysine dan anilin yang berperan untuk terciptanya fungsi fisiologis yang baik bagi ternak.
4.   Membantu penyerapan zat besi, sehingga dapat mencegah terjadinya anemia.
Peranan lain dari vitamin C ini yaitu sebagai antioksidan. Untuk mencegah proses oksidasi pada buah-buahan atau sayuran yang dikemas dalam kaleng supaya tidak berubah warna (biasanya menjadi kehitam-hitaman), maka ditambahkan vitamin C.  Vitamin C dalam tubuh banyak terdapat atau tersimpan dalam jaringan-jaringan, hipofisis, korteks adrenal, korpus luteum dan thymus. Dalam jumlah sedikit terdapat pada organ ginjal, jantung dan paru-paru. Otot tidak banyak mengandung vitamin C. Kelenjar air liur dan dinding usus pada umumnya mengandung vitamin C dalam konsentrasi yang tinggi pula (Rosenberg, 1945). Vitamin C ini dalam tubuh diserap atau diabsorbsi dalam usus oleh karena itu kekurangan zat makanan ini diakibatkan oleh konsumsi makanan yang tidak cukup. Kandungan vitamin C pada jaringan binatang dan jaringan tumbuh-tumbuhan lebih besar bila dibandingkan dengan vitamin yang larut dalam air lainnya.
Vitamin C mempunyai peranan dalam proses metabolisme tubuh beberapa fungsi fisiologis dari vitamin C diantaranya :
1.   Untuk pembentukan substansi cairan intraseluler pada jaringan skelet dan memelihara fungsi normal jaringan.
2.   Perangsang pada mekanisme pertahanan tubuh.
3.   Meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi dan membantu perbaikan kualitas kerabang telur.
Sifat vitamin C yang lain, yaitu merupakan vitamin yang larut dalam air yang paling kurang stabil, paling mudah rusak oleh pemanasan dengan adanya sedikit logam seperti tembaga (Cu), tahan pembekuan. Tidak dikenal efek toksik dari vitamin C ini, tapi pada pemberian yang terlalu banyak akan menyebabkan tidak efektif lagi dan mempunyai beberapa efek sampingan, diantaranya :
1.   Pada anak-anak ayam yang dalam ransumnya kekurangan  unsur tembaga (Cu), tambahan vitamin C akan menyebabkan kematian.
2.   Bila diberikan dalam jumlah berlebihan pada ayam petelur yang sedang berproduksi dapat menyebabkan penurunan produksi telur dan bobot badan akhir.
3.   Gangguan pencernaan, sehingga ternak akan mengalami diare (mencret).

TAMBAHAN
Penggunaan vitamin C sebagai anti stress pada ayam
            Dalam kedaan normal tubuh dapat mensintesis vitamin C, tetapi dalam keadaan stress level asam ascorbat dalam adrenal ayam menurun, sehingga perlu ditambahkan vitamin C dalam pakannya. Umur ternak cenderung berpengaruh pada kandungan asam ascorbat pada jaringan tubuh. Semakin tua umur ternak, kandungan asam ascorbat pada organ-organ seperti otak, kelenjar adrenal, pankreas, hati, ginjal, jantung dan testes cenderung menurun.
            Pemberian vitamin C pada pakan ayam biasanya di-berikan dalam bentuk anti stress yang dicampur dalam ransum.  Jadi tidak diberikan dalam bentuk vitamin C murni.  Selanjutnya penelitian yang dilakukan Ichsan (1991) mendapatkan hasil sebagai berikut :  pada ayam tipe pedaging (“broiler”), yang mengalami cekaman atau stress yang diakibatkan oleh suhu lingkungan yang tinggi (330C) akan menyebabkan terjadinya penurunan produksi yang sangat tajam, ditandai dengan menurunnya kecepatan pertumbuhan dan konsumsi pakan serta angka kematian yang meningkat.  Pemberian vitamin C dengan dosis 500 - 1.500 ppm, pada kondisi ini ternyata dapat meningkatkan daya tahan tubuh dibandingan dengan yang tidak diberi vitamin C dalam pakannya. 
            Peningkatan daya tahan tubuh ini sebagai akibat dari perbaikan respon fisiologi, yaitu seperti me-ningkatnya kadar tiroksin plasma darah sampai taraf 500 ppm, meningkatnya kadar hormon kortisol pada umur 7 minggu yang ditunjang dengan meningkatnya kadar vitamin C dalam kelenjar adrenal, menurunnya kadar kholesterol kelenjar adrenal dan menghambat hipertrofi kelenjar adrenal serta meningkatkan bobot bursa fabrisius.
            Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pada kondisi tercekam karena suhu lingkungan yang tinggi, pemberian vitamin C 500 ppm sudah cukup baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh “broiler” terhadap cekaman panas dan mengurangi penurunan kecepatan pertumbuhan yang sangat drastis.

Sumber:
http://info.medion.co.id/index.php/artikel/layer/tata-laksana/apakah-ayam-anda-perlu-vitamin
http://dokterternak.com/2011/08/16/mengatasi-stress-pada-ayam-dengan-vitamin-c/
http://siweh.blogspot.com/2012/05/jenis-vitamin-macam-sumber-dan.html
http://rivaarifin.blogspot.com/2012/03/vitamin-untuk-ternak.html

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel